Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Festival Nasional Reyog Ponorogo Kembali Digelar
27 Juli 2022 10:53 WIB
Tulisan dari Nanang Diyanto DS tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dua pasukan berkuda keluar dari gerbang utama tengah, mereka membagi diri menjadi dua kelompok besar. Satu kelompok ke arah kiri memutari panggung yang seakan seperti alun-alun, begitu pula kelompok satunya mengambil arah kanan. Disusul pasukan warok yang dipimpin lelaki tua, mirip perguruaan silat. Berbaju terbuka, bertubuh gempal dengan memperagakan keahlian beladirinya.
ADVERTISEMENT
Barisan belakangnya kelompok bujang ganong, pasukan bertopeng yang menggambarkan sebagai telik sandi menyamar, mengintai, dan memastikan kalau gelar pasukan sudah siap. Selanjutnya Prabu Kelono Sewandono, lelaki gagah bertopeng memasuki gelanggang mengendalikan pasukan yang telah digelar.
Rombongan paling belakang Singo Barong, yang menjadi musuh Prabu Kelono Sewandono dan pasukannya. Pertarungan sengit terjadi, di awal pasukan yang dipimpin Prabu Kelono Sewandono kalah, namun dengan kecerdikan Bujang Ganong berhasilkan mendapatkan Cemeti Samandiman dan diserahkan pada junjungannya. Kemenangan berpihak pada pasukan Prabu Kelono Sewandono dan pasukannya, dan Singo Barong menyerah dan bergabung untuk bersama-sama membangun Kerajaan Batarangin.
Demikian cerita panji yang menjadi imajinasi cerita tarian reyog yang mirip sendratari kolosal tersebut. Meski menurut leluhur kami lewat cerita tutur kalau cerita sebenarnya berawal dari pergolakan laskar Majapahit di akhir pemerintahan Prabu Brawijaya. Yang tidak setuju pada keputusan rajanya memeluk agama Islam lewat istrinya yang bernama Putri Champa. Bentuk sindiran seorang raja (Macan) tunduk pada perempuan (burung merak) yang bertengger di kepala macan seperti bentuk dadak merak pada reyog Ponorogo.
Tarian di atas dalam rangka Festival Nasional Reyog Ponorogo XXVII (FNRP XXVII) yang biasanya digelar saban tahun saat Grebeg Syuro memperebutkan Piala Presiden. Karena pandemi Covid-19 festival tahuan ini ditiadakan, dan baru tahun 2022 ini digelar kembali meski pesertanya tidak sebanyak festival-festival sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Festival kali ini berbarengan dengan Hari Jadi Ponorogo yang disertai Festival Reyog Mini, untuk kelompok usia di bawah SLTP. Karena waktu yangberbarengan inilah kedua festival yang membedakan kelompok umur tersebut digabung, hanya saja festival reyog mini lebih dulu dimulai di minggu awal perayaan Grebeg Suro di Ponorogo.
"Awalnya kami ragu mereka bisa tampil, karena tidak bisa latihan selama masa transisi pandemi Covid-19 sehingga tidak bagus. Tapi buktinya luar biasa, penampilannya total, rancak, serentak dan kolaboratif. Keren lah," kata Bupati Giri Sancoko sesaat setelah pembukaan Festival Nasional Reyog Ponorog0 XXVII (FNRP XXVII), Senin (25/7/2022) malam.
Antusias luar biasa dari masyarakat baik dari wilayah kabupaten Ponorogo maupun luar kabupaten Ponorogo, tiket sudah ludes sebelum hari H. Kerinduan pada hiburan karena pandemi menjadi pelampiasan meski abai pada protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Serangkaian acara akan digelar selama menjelang bulan Muharam sampai akhir Muharam, namun puncaknya pada malam tanggal 1 Muharam (29/07/2022) yang mendatangkan artis ibukota Padi dan Deni Cak Nan di alun-alun Ponorogo sebagai Pesta Rakyat.