Konten dari Pengguna

The Curse - Film Mengusik, Kisah Klasik

8 Mei 2017 23:44 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naoki Ferrio tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tersebutlah Shelina, si pengacara ulung (yang dengan mantap saya pastikan bahwa profesinya adalah pengacara ketika film sudah saya tonton sepertiga. Saya sempat terkecoh dengan profesi mbak Shelin akibat adegan wawancara saksi mas-mas bule dan adegan menerobos rumah kosong berdarah yang ternyata tempat kejadian perkara salah satu klien nya si mbak. Saya kira mbak Shelin ini Sherlock Holmes versi wanita), yang menyandang prestasi termasyhur "tidak pernah kalah".
ADVERTISEMENT
Shelina ternyata memiliki sejarah gelap dengan klien terakhirnya. Sejarah bukan sembarang sejarah, karena ternyata mbak Shel memenangkan kasus pembelaan terhadap klien - sebut saja LeAnn yang diduga meracuni makan malam suami - sebut saja David dan anaknya - Channarong hingga keduanya tewas.
Anehnya semenjak Shelina menangani kasus klien bernama Salman yang diduga membunuh istrinya (masih ingat adegan mbak Shel mewawancara bule dan dikagetin si bule di rumah yang furniturnya berantakan?, rumah tersebut ternyata milik pakde Salman), mbak Shel kerap didatangi roh halus berbagai rupa dan di berbagai tempat (dari mulai si nenek bermuka compang-camping yang suka bergumam tiap kali doi mampir di rumah mbak Shel, mbak-mbak muka berdarah yang tanpa permisi naik mobil mbak Shel duduk di kursi penumpang lalu menghilang saat mbak Shel jahil nengok kebelakang, hantu yang sepertinya pakde Salman sedang mengacungkan kapak di kediaman adik tersayang tapi kok yo setahu saya si Salman itu masih hidup). Usut punya usut, ternyata mbak Shel memiliki indera keenam yang mulai gatal memperlihatkan kelihaiannya mendeteksi entitas gaib.
ADVERTISEMENT
Ternyata oh ternyata nenek compang-camping yang suka mejeng di rumah mbak Shel memiliki niat baik (mbok ya bilang nek!, gausah pake nakut-nakutin gitu!). Sang nenek berulang kali datang untuk mengutarakan berita bahagia kepada mbak Shel, yaitu bahwa pembunuh David adalah LeAnn, yang tak lain dan tak bukan merupakan klien yang pernah dibela habis-habisan oleh Shelina.
Diburu rasa penasaran, datanglah mbak Shel ke rumah LeAnn dengan maksud silaturahmi/ bergosip/ arisan/ apa saja lah yang penting harus datang!. Shelina yang punya kebiasaan menerobos masuk rumah orang, akhirnya kena batunya. Dia tak sengaja mendengar percakapan "Pembunuhan David, what will I do after this?" antara LeAnn dengan seorang pria yang sepertinya kekasihnya. Tanpa pikir panjang mbak Shel ambil langkah seribu, kabur menuju mobilnya, namun sayang ternyata kekasih LeAnn memergoki rencana kabur pandai mbak Shel.
ADVERTISEMENT
Terjadilah pergumulan hebat. Mbak Shel tiba-tiba berubah menjadi wonder woman yang mampu beradu tinju dengan pria dewasa dan memecahkan kepala orang dengan sekop (mungkin si pengacara handal juga merupakan petinju handal?, hanya mbak Shel dan penulis skrip yang tahu).
Akhir cerita, kebajikan selalu menang. Mbak Shel mampu mengambil kunci mobil Mercy nya dari LeAnn dan dengan bantuan nenek compang-camping mbak Shel pun berhasil membinasakan LeAnn.
Menurut pendapat saya, sejujurnya film The Curse terlalu banyak dipenuhi adegan membingungkan. Sebagai contoh, kenapa kasus pakde Salman begitu menarik perhatian kepala Polisi yang jauh-jauh datang menemui Shelina hanya untuk memohon pemindahan persidangan dari Australia ke Indonesia, siapakah pakde Salman sebenarnya?. Mengapa kasus Salman diperkenalkan didepan padahal inti ceritanya hanya pada kasus LeAnn? (kasus Salman ini mirip iklan deodoran yang setelah dipakai selanjutnya terserah mau dibuang, dikasih orang, disimpan - diperkenalkan didepan tanpa ada penjelasan penutupnya). Sepengamatan saya, bahwa nenek compang-camping merupakan kiriman keluarga David untuk mengganggu ketenangan Shelina (ditunjukan dengan adegan dukun Thailand yang menyingkap kain hitam berisi boneka mbak Shel), tapi kenapa cenayang kenalan mbak Shel bilang bahwa si nenek berniat baik berbagi kisah kebenaran masa lalu dengan mbak Shel. Lagi-lagi saya dibuat garuk-garuk kepala berusaha mencerna maksud fenomena berbagai "penampakan" yang dialami Shelina.
ADVERTISEMENT
Satu-satunya yang lumayan menghibur saya adalah pemandangan hutan dan lalu lintas Australia (walaupun lagi-lagi terdapat adegan membingungkan saat mbak Shel mengobrol dengan rekan sekantornya, mereka bisa berpindah lokasi seketika dari gundukan rumput ke tempat duduk di pinggir lampu merah). Entah kenapa film Indonesia saat ini sedang giat-giatnya menggunakan landskap luar negeri. Saya jadi berpikiran buruk, apakah mungkin pembuat film sudah menyadari kebingungan penonton setelah menonton film dan berusaha melipur lara penonton dengan keindahan landskap negara asing?, hal ini tentu saja hanya mbak Shel dan ibu produser yang tahu. Alangkah baiknya jika kisah klasik mengenai hantu Indonesia bisa berlokasi di Indonesia juga (transportasi ke luar negeri mahal lowh!, oh saya lupa, hantu itu bisa terbang dan pindah sesukanya), selain menurut saya pastinya orang Indonesia akan bisa "relate" dengan tempat kejadian dan saya yakin banyak lokasi Indonesia yang mistis dan eksotis.
ADVERTISEMENT
Satu lagi, saya juga kecewa dan gemas karena idola saya mbak Danish hanya nongol di saat filmnya sudah mau habis. Kalau kata orang-orang, "We want more!!".
Akhir kata, sukses buat The Curse dan maju terus buat perfilman Indonesia!.