Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Tradisi Rewang Bikin Kita Jadi Negara Paling Dermawan
1 Desember 2023 17:58 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Nasha UJ tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia untuk keenam kalinya dalam perhelatan World Giving Index yang diadakan oleh Charities Aid Foundation. Sejak 2018, Indonesia berhasil naik dari peringkat pada tahun sebelumnya menjadi peringkat pertama, dan tidak tergeser oleh 144 negara lainnya hingga sekarang. Penilaian tersebut didasarkan pada tiga faktor yaitu bantuan pada orang asing, tingkat sumbangan, dan keterlibatan dalam kegiatan sukarela.
ADVERTISEMENT
Ini dapat dikatakan sebagai prestasi kemanusiaan yang membanggakan. Sifat bermurah hati sesuai dengan ajaran kebaikan apa pun, dan terbukti membantu sebagian besar orang yang ada di muka bumi. Setidaknya sekitar 4,2 miliar orang telah membantu orang lain meskipun tidak mengenal mereka, rela memberikan bukan hanya uang, namun juga waktu dan tenaga.
Fakta menarik yang didapatkan dari survei tersebut adalah bahwa mereka yang ringan tangan membantu orang lain adalah mereka yang memiliki keyakinan pada ajaran agamanya, serta mereka yang merasa puas dengan hidupnya. Orang-orang ini cenderung menjalani harinya dengan positif, tidak peduli seberapa berat orang lain mengukur hidupnya. Kesulitan hidup nampaknya tidak menutup cerminan diri kita untuk menjadi manusia yang bermurah hati.
ADVERTISEMENT
Tradisi Rewang
Banyak pakar yang menyebutkan bahwa kemurahan hati masyarakat Indonesia ini dipengaruhi oleh ajaran agama serta kebudayaan yang sudah lama mengakar. Salah satu ajaran budaya yang sudah bisa menjadi cerminan adalah tradisi rewang yang hidup di tengah masyarakat Jawa.
Rewang sendiri berarti membantu, kadang juga mengacu pada orang yang membantu. Biasanya dilakukan saat seseorang memiliki hajat atau acara besar, sehingga tetangga dan kerabat akan datang berbondong memberi bantuan. Baik itu ibu-ibu, bapak-bapak, hingga muda-mudi. Mereka bergotong royong mempersiapkan perhelatan. Tanpa upah, paling hanya pulang membawa bungkusan makanan sesuai dengan menu yang tadi disiapkan.
Tradisi rewang ini merupakan kebiasaan turun-temurun yang masih dirawat hingga saat ini, khususnya di daerah pedesaan. Penulis Robert R. Jay menyebutkan masyarakat Jawa memang tidak menempatkan dirinya sebagai individu yang dapat menyelesaikan semua urusan. Sehingga, hal yang biasa bagi mereka untuk meminta bantuan serta membantu orang lain.
ADVERTISEMENT
Keyakinan ini juga yang membuat mereka mudah bekerja sama dan meningkatkan jalinan persaudaraan dengan kerabat ataupun tetangga. Hebatnya, keterlibatan rewang ini disebut sebagai penentu kesuksesan hajatan. Sebaik apa warga saling membantu dan bekerja sama.
Sayangnya, tradisi ini semakin memudar dengan urbanisasi. Masyarakat perkotaan cukup jarang melakukannya, biasanya menyerahkan saja pada organisasi profesional atau memberi bantuan cukup berupa uang, bukan lagi waktu dan tenaga. Padahal dibalik rewang, seseorang tidak hanya membantu meringankan beban tuan rumah, tapi juga sebagai ajang silaturahmi dan belajar.
Mengingat padatnya aktivitas masyarakat perkotaan, penyesuaian itu tidak dapat disesalkan. Dengan dampak baik dari tradisi rewang dan kondisi masyarakat kebanyakan, ada beberapa hal yang bisa dijadikan catatan.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya tradisi rewang ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Jawa, namun hampir bisa ditemukan di seluruh Indonesia. Hanya saja, dalam istilah yang berbeda-beda. Tidak asing bagi kita untuk datang ke rumah pemilik acara sekadar untuk bertanya perlu bantuan apa, atau kerabat yang ikut repot membantu di tengah acara. Pengakuan dunia ini hendaknya bisa menjadi dorongan untuk kita bisa terus ringan tangan bekerja sama dan membantu mereka yang membutuhkan.