Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kamis Ngadat
13 Maret 2022 10:43 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sjah Nattsir Salam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Surat Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat tanggal 14 Februari 2022 tentang Pakaian Dinas Harian ASN Kementerian Agama, disebutkan perihal ketentuan penggunaan pakaian dinas yang harus dikenakan ASN setiap hari kerja.
ADVERTISEMENT
Salah satu ketentuan yang tertuang dalam surat tersebut ialah penggunaan pakaian adat tradisional sebagai pakaian dinas ASN yang berlaku setiap hari kamis.
Bagi ASN laki-laki pakaian adat yang dikenakan berupa baju pangsi hitam lengkap dengan ikat kepala sedangkan untuk ASN perempuan menyesuaikan dengan mengenakan kebaya khas Pasundan serta menggunakan tanda pengenal pegawai (Id Card).
Ada dua dampak besar yang diakibatkan dari kebiasaan baru ini. Pertama adalah dampak psikologi dan kedua adalah dampak ekonomi.
Secara psikologi, para pegawai ditanamkan untuk peduli dan mencintai kebudayaan daerahnya yang hampir terlupakan, dalam hal ini pakaian adat. Terbukti, kami menyadari bahwa pakaian adat Indonesia tidak kalah indah dan menarik jika dibandingkan dengan pakaian modern atau pakaian adat dari luar negeri (ada yang bahkan seolah telah menjadi lambang eksklusif kesucian).
ADVERTISEMENT
Budaya setiap daerah di Indonesia memiliki filosofi dan keunikannya tersendiri, setara dalam ke-bhinneka-an. Sebagai lambang jati diri daerah namun tetap kita saling menghargai budaya daerah lain.
“No culture can live if it attempts to be exclusive.” (Tidak ada budaya dapat hidup jika mencoba untuk menjadi eksklusif) Mahatma Gandhi.
Dampak psikologi lainnya, yaitu menciptakan suasana lingkungan kerja dengan vibes yang berbeda.
Selama melaksanakan rutinitas pekerjaan dari pagi sampai dengan sore hari, saya dan rekan-rekan pasti mengalami kejenuhan. Bagaimana tidak? berkutat dengan angka-angka, ketelitian tinggi, serta berusaha keras menjaga agar fokus tetap terjaga bukanlah perkara yang bisa dikendalikan dengan mudah. Mengenakan pakaian adat disela hari kerja tertentu memberikan efek penyegaran suasana kerja yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Dampak kedua, secara ekonomi, keputusan pemerintah ini mengakibatkan peningkatan perputaran uang (Velocity of Money) pada masyarakat. Irving Fisher, seorang ekonom, berpendapat bahwa kecepatan dan besaran nilai perputaran uang berpengaruh pada Produk Domestik Bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi.
Apabila estimasi ini diberlakukan untuk seluruh ASN di Indonesia yang berjumlah kurang lebih 4 juta pegawai (jumlah estimasi) adalah sebagai berikut: jika satu pegawai membeli pakaian adat minimal seharga 200 ribu rupiah per orang dikalikan dengan 4 juta pegawai, maka jumlahnya 800 miliar rupiah.
Seandainya diambil setengahnya saja dari jumlah tersebut, maka tercapai angka sekitar 400 sampai dengan 500 miliar rupiah uang yang bergerak berpindah tangan, yang dibelanjakan hanya untuk satu jenis seragam kerja pakaian adat.
ADVERTISEMENT
Dalam lima hari kerja, kami mengenakan empat jenis pakaian berbeda: putih-hitam, batik, pakaian adat, dan pakaian muslim. Jika hitungan 500 miliar rupiah dikali 4 (empat jenis pakaian) maka jumlahnya 2 triliun rupiah. Angka yang lumayan fantastis.
Perputaran uang 2 triliun rupiah tersebut bergerak pada para pegiat ekonomi dari mulai produsen kain, penyedia bahan baku, perajin tenun tradisional, pengusaha benang, penjahit, toko pakaian, sopir, warung kopi saat sopir istirahat, jalan tol, petugas parkir, dll.
Para pelaku usaha menggaji karyawannya dari uang yang berputar tersebut. Kemudian, para karyawan akan membelanjakan gajinya untuk biaya makan, jajan anak, sekolah, kuota internet, berobat, cicilan motor, hiburan dll. Perputaran uang ini mengurangi terjadinya pengendapan uang pada satu tempat.
ADVERTISEMENT
Kamis “Ngadat” (mengenakan pakaian adat) menjadi fenomena yang menarik, para akang terlihat makin gagah seperti jawara pada saat memakai baju pangsi.
Para euceu juga tampil lebih menawan dengan setelan kebayanya, maka pintu masuk kantor sebelum mulai kerja, ibarat momen Red Carpet yang dipenuhi juru potret amatir menggunakan handphone.
Ketika jam kerja tiba, kami pun mulai fokus pada tugas masing-masing, tanpa disadari di belakang kami ada uang dalam jumlah besar yang bergerak, akibat dari pakaian seragam yang kami kenakan.
Kebudayaan terjaga, manfaat terasa, dan keindahan tercipta.