Konten dari Pengguna

Etika dalam Film Schindler List

Naufal Fauziah
Seorang Pelajar, Mahasiswi FKUPH.
17 Oktober 2022 21:42 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naufal Fauziah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Schindler List foto by phone
zoom-in-whitePerbesar
Schindler List foto by phone
ADVERTISEMENT
Film berjudul Schindler List yang disutradarai oleh Steven Spielberg menceritakan tentang Oskar Schindler (Liam Neeson) , seorang pengusaha katolik yang berasal dari Jerman yang membenci orang Yahudi tetapi turut membantu menyelamatkan orang Yahudi dari tentara Nazi. Latar dari film bersejarah yang berdurasi lebih dari 3 jam ini mengisahkan keadaan yang terjadi pada masa Perang Dunia II di kota Krakow, Polandia sekitar tahun 1939.
ADVERTISEMENT
Di awal film ini diperlihatkan gambaran keadaan kota tersebut pada masa kekuasaan tentara Nazi dan disuguhkan juga bagaimana perilaku kejam tentara Nazi terhadap orang Yahudi yang tinggal di wilayah tersebut. Namun, tidak seperti tentara Nazi lainnya, Oskar tidak membenci orang Yahudi, namun malah berusaha membantu mereka bertahan hidup untuk mencari koneksi demi mendapat otoritas politik di wilayah tersebut.
Pemeran utama film ini adalah Oskar Schindler yakni seorang pengusaha yang baru saja tiba di Krakow. Oskar mendapatkan dukungan militer dari Nazi Jerman untuk mendirikan pabrik. Oskar diperintahkan untuk memproduksi barang-barang terutama alat masak untuk memenuhi kebutuhan perang.
Oskar bertemu dengan seorang Nazi bernama Amon Goeth. Oskar mencoba untuk menyogok Nazi dan mempekerjakan orang Yahudi untuk pabriknya. Oskar melakukan ini dengan tujuan agar orang-orang Yahudi tidak ditangkap dan dibunuh oleh tentara Nazi. Upaya Oscar untuk meyakinkan Amon tidaklah mudah. Ia harus berbohong demi meyakinkan Amon bahwa itu tidak akan merugikannya dan akan memberinya lebih banyak manfaat.
ADVERTISEMENT
Usaha yang dilakukan membuahkan hasil dan Amon pun setuju untuk membantunya. Bersama-sama mereka bekerja menyelundupkan orang Yahudi ke pabrik milik Oscar.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pabrik tersebut masih berada di bawah kendali Nazi sehingga karyawan yang dianggap tidak bekerja dengan sungguh-sungguh justru akan dibunuh. Tidak tinggal diam, Oskar juga telah mengatur siasat untuk melindungi pekerja Yahudi dan menjaga agar pabrik miliknya bisa tetap berjalan tanpa kecurigaan dari Nazi.
Dari cerita di atas, kita bisa menilai bahwa tindakan yang dilakukan Oskar merupakan suatu tindakan etis dan bertujuan untuk menyelamatkan nyawa banyak orang. Terlepas dari bagaimana dan siapa latar belakang orang tersebut, tentu setiap individu memiliki etika dan moral serta dibekali hati nurani untuk dapat mengasihi orang lain karena tidak ada satu pun manusia yang pantas mati hanya karena berbeda dalam hal ideologi dan keyakinan.
ADVERTISEMENT
Tindakan Oskar dilandasi dengan rasa keberanian dan moralitas yang sangat tinggi untuk memberikan hak hidup bagi orang-orang Yahudi. Oskar bahkan mempertaruhkan nyawa sendiri untuk orang yahudi yang seharusnya dia benci karena tokoh Oskar sebagai seorang Nazi Jerman sehingga dapat dikatakan bahwa meskipun melakukan kebohongan hingga tindakan suap, tetapi apa yang menjadi hasil tujuannya jauh lebih baik karena Oskar terpaksa melakukan hal tersebut demi menyelamatkan nyawa banyak orang.
Jika kita mengulas etika dalam film ini, etika normatif yang dapat membenarkan perbuatan yang Oskar lakukan ialah etika konsekuensialis yang mana menurut etika ini dinyatakan bahwa akibat dari suatu perbuatan merupakan dasar utama untuk menilai baik dan buruknya tindakan seseorang bukan dilihat dari tindakan tersebut.
ADVERTISEMENT
Seperti cerita pada film ini, Oskar terpaksa untuk berbohong demi menyelamatkan kamu Yahudi agar tidak dibunuh para tentara Nazi. Pada film tersebut kita juga telah melihat bagaimana kebencian tentara Nazi terhadap orang Yahudi.
Para tentara Nazi akan dengan kejamnya membunuh seseorang tanpa belas kasihan. Di pertengahan film ini terdapat juga cuplikan di mana tentara Nazi menembak habis dan membantai para Yahudi yang tidak bersalah yang sedang bersembunyi di Krakow Ghetto.
Tanpa adanya rasa kemanusiaan, keberaniaan, dan moral yang dimiliki Oskar, mungkin lebih banyak lagi orang Yahudi yang terbantai dan berkat tindakan yang dilakukan Oskar, banyak orang Yahudi yang dapat selamat dan keluar dari Krakow. Oskar bahkan rela pabrik miliknya itu berhenti dan tidak memikirkan lagi berapa juta Reichmark yang dikeluarkan untuk dapat menyelamatkan para pekerja yang merupakan orang Yahudi itu. Ia juga menjelaskan bahwa tidak boleh ada seorang pun yang membunuh para pekerjanya dengan alasan apa pun tanpa seizin Oskar. Hal ini dilakukan karena Oskar tahu bahwa Departemen D telah memerintahkan Goeth untuk menggali dan membakar lebih dari 10.000 mayat orang Yahudi yang terbunuh di Plaszow saat pembantaian di Krakow Ghetto.
ADVERTISEMENT
Dari sini kita bisa menilai bahwa kebohongan dan penyuapan yang dilakukan oleh Oskar pada tentara Nazi tidak sepadan dengan berapa banyak nyawa yang telah menjadi korban atas kekejaman yang tentara Nazi lakukan.
Dengan itu, Oskar tidak mau lagi timbul semakin banyak korban dari kekejaman tentara Nazi Jerman. Sehingga ia menyusun rencana dengan cepat agar dapat membebaskan para tahanan Yahudi dari tangan tentara Nazi.
Hingga kemudian ia berhasil mengirim para Yahudi ke Auschwitz dan mendeklarasikan mengenai berhentinya perang dan pembebasan tanpa syarat bagi para tahanan. Oskar juga menyatakan bahwa mulai besok mereka dapat memulai proses pencarian keluarga yang selamat pada peristiwa pembantaian sebelumnya, meskipun dia tahu mungkin tidak banyak orang yang masih selamat.
ADVERTISEMENT
Menurut pandangan kami, etika deontologis tidak cocok untuk menilai tindakan Oskar yang berbohong dan menyuap seseorang untuk menyelamatkan orang lain. Hal ini karena dalam etika deontologis menganggap bahwa pelaksanaan kewajiban moral tidak bisa dianggap baik untuk segala kondisi dan tidak menilai tindakan berdasarkan tujuannya.
Dalam etika ini perbuatan salah, melanggar aturan, dan merugikan orang lain dianggap sebagai tindakan amoral yang mutlak. Etika ini juga tidak mengakui adanya dusta putih (kebohongan demi tujuan baik), dusta ialah dusta, dan hal tersebut tidak dibenarkan dalam asas-asas moral.
Dengan demikian kita tidak bisa membenarkan tindakan kebohongan dan penyuapan yang dilakukan Oskar melalui etika ini. Karena dari kacamata etika kewajiban ini apa yang dilakukan Oskar tetaplah tindakan amoral.
ADVERTISEMENT
Meskipun dalam etika ini terdapat kewajiban untuk memperlakukan orang lain secara setara dan tidak merugikan orang lain, tetapi hal tersebut tetap tidak bisa digunakan untuk membenarkan tindakan Oskar. Hal ini karena etika ini hanya menilai dari sudut pandang pelaku dan korban saja atau dengan kata lain tindakan Oskar tetaplah merugikan pihak Nazi yang menjadi korban kebohongannya.
Film Schindler List mampu memberikan penggambaran mengenai masa-masa Perang Dunia II di mana kondisi setiap negara masih diwarnai peperangan. Film ini juga menunjukkan bagaimana kekejaman Nazi Jerman terhadap orang Yahudi pada masa itu.
Banyak pesan moral yang dapat kita petik dari film ini salah satunya mengenai rasa kemanusiaan, di mana setiap orang harus memiliki rasa kemanusiaan tersebut untuk bisa menjaga perdamaian antar manusia. Kita harus memahami bahwa setiap orang memiliki nilai yang setara dan tidak ada orang yang pantas mati hanya karena kepercayaan atau ideologi yang dianutnya.
ADVERTISEMENT
Keberanian dan keyakinan Oskar juga mengajarkan kita bahwa tidak ada usaha yang akan menghianati hasil. Jika kita bersungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan baik, maka kemudahan dan hal-hal baik juga akan mengiringi langkah kita.
Selain itu, melalui film ini kita juga dapat belajar mengenai pentingnya etika dan moral yang harus kita tanamkan pada diri sendiri karena hal tersebut nantinya akan menentukan bagaimana cara kita untuk memandang orang lain, dan bagaimana cara orang lain memandang kita.