Konten dari Pengguna

Organisasi Yang Dianaktirikan

Naufal Syafiq
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Staf pengajar pesantren
11 Oktober 2024 16:28 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naufal Syafiq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi berkas yang terbengkalai di fakultas beberapa tahun lamanya. sumber foto: https://pixabay.com/photos/files-paper-office-paperwork-stack-1614223/
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi berkas yang terbengkalai di fakultas beberapa tahun lamanya. sumber foto: https://pixabay.com/photos/files-paper-office-paperwork-stack-1614223/
ADVERTISEMENT
Dalam lanskap dinamika sosial dan ekonomi yang rumit, terdapat organisasi-organisasi yang meskipun sering diabaikan, tetapi tetap tangguh teguh dan bersinar seperti permata yang tersembunyi. keberadaan mereka menunjukkan bahwa dibalik marjinalisasi terdapat potensi signifikan yang mampu melakukan perubahan transformatif dalam masyarakat. Kejadian ini tak lain berlatarkan di kota metropolitan tepatnya pada sebuah PTKIN terbaik pertama di Indonesia 2024 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ADVERTISEMENT

Pada sebuah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) khususnya PTKIN terbaik di Indonesia tentunya memiliki visi dan misi yang jelas serta turut untuk dilaksanakan demi terwujudnya sebuah tujuan daripada kampus tersebut. Ketika meninjau salah satu misi dari kampus tersebut adalah “Menyelenggarakan Pendidikan tinggi dalam kultur organisasi yang professional, akuntabel, berintegritas dan enterpreneurial”, akan sangat disayangkan jika kalimat tersebut tidak lebih dari sebuah penghias dan pemanis yang dijadikan daya Tarik saja, karena pada kenyataanya banyak hal yang tidak sesuai dengan visi misi yang dimiliki oleh PTKIN Indonesia terbaik tersebut. Berangkat dari hal tersebut terlihatlah sebuah kejanggalan yang tampak jelas namun seringkali dilupakan, bahkan diabaikan bagaikan hembusan angin yang menerpa kulit di waktu yang terbilang singkat. Pada hakikatnya berawal dari hal kecil semuanya akan menjadi besar dan merambat, lalu kenapa hal demikian masih didiamkan? kalaupun jawabanya tidak, mengapa hal tersebut masih berlanjut sampai detik ini? apakah memang keadilan dan kenyamanan hanya dimiliki oleh petinggi yang memiliki kekuasan disebuah instansi? lantas kemana nilai demokrasi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ini hadir? kendati demikianlah kita harus mengetahui dan mengklarifikasi secara eksplisit akan hal ini, apakah hal ini hanya retorika belaka atau sebuah realitas nyata yang dihindari oleh para elit yang berkuasa? berikut penjelasan secara lanjut dan epistemik yang ada di lapangan.

Terdapat sebuah wadah organisasi bernamakan abqory yaitu merupakan Lembaga Semi Otonom (LSO) yang berafiliasi dengan Fakultas Dirasat Islamiah disebuah PTKIN terbaik Indonesia 2024. Abqory Arabic Debate Club ( AADC) memiliki dedikasi yang sudah lama untuk meningkatkan kemampuan bahasa Arab di lingkungan fakultas. Kami sangat percaya bahwa menguasai bahasa Arab sangat penting untuk mengakses pengetahuan dan budaya Arab. Kegiatan Abqory meliputi pelatihan pidato dan lokakarya yang berfokus pada bahasa Arab, yang berfungsi sebagai persiapan untuk kompetisi nasional dan internasional.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam satu semester, ada beberapa kompetisi nasional dan internasional yang di selenggarakan di berbagai platform. Jumlah kompetisi itu kurang lebih mencapai 37 kompetisi setiap tahunnya, dan Abqory turut sering berpartisipasi dalam kompetisi-kompetisi tersebut, walaupun tidak sampai setengah dari jumlah total kompetisi yang terselenggara karena adanya berbagai kendala, seperti masalah finansial salah satunya. Kabar baiknya, Abqory sering mendapatkan penghargaan dari beberapa kompetisi yang diikutinya. Beberapa kompetisi nasional yang pernah diikuti Abqory antara lain ITHLA DPW, OASE PTKI se-Indonesia, Semarak Festival Arab (Universitas Negeri Jakarta), Festival Timur Tengah (Universitas Indonesia), Festival Arab Nusantara (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), GRADASI (Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung), Pekan Arabi (Universitas Negeri Malang), dan Suka Arabic Festival (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga). Di tingkat. ASEAN, termasuk Arab Semarak Tiga Bahasa (Al Amien Madura) 2022, Asian Arabic Debating Championship (AADC) Qatar Debate 2023. Demikian pula di tingkat internasional, terdapat kompetisi seperti International Universities Arabic Debating Championship (IUADC) Qatar Debate 2022, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Sayangnya masih terdapat problemaatika kompleks yang belum juga terselesaikan sampai saat ini, diantaranya terkait manajer atau pembimbing yang kurang berkontribusi aktif dalam setiap hiruk pikuk kegiatan Abqory, kemudian juga mengenai hal finansial dikarenakan kurang adanya transparansi dana. Kejadian demikian bukan berarti organisasi Abqory diam dengan tidak melakukan tindakan aksi apapun, melainkan kurang perhatianya para pemangku jabatan di fakultas tersebut. Ketika ditinjau secara seksama peristiwa demikian bertentangan dengan prinsip yang dikemukakan oleh Chester Irving Barnard dalam karyanya "The Functions of the Executive" dengan artian yang ada didalamnya adalah komunikasi yang efektif bukan hanya sekedar penyampaian informasi, tetapi juga merupakan alat untuk membangun kesadaran kolektif terhadap tujuan organisasi. Hal ini membantu dalam memotivasi dan mengarahkan anggota tim menuju tujuan yang sama. Fenomena in juga bersebrangan dengan prinsip organisasi terkait akuntabilitas dan transparansi yang diungkapkan oleh Joseph Stiglitz, sang pemenang hadiah nobel dalam ekonomi tahun 2001. Stiglitz mengemukakan bahwa akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan pemerintah sangat penting. Hal ini memungkinkan pemerintah untuk mendapat kepercayaan dan dukungan dari publik dan membuat proses perencanaan dan pelaksanaan anggaran pemerintah lebih partisipatif dan pro-poor, yang berarti dalam hal ini yakni berkaitan dengan sebuah instansi atau fakultas itu sendiri
ADVERTISEMENT
Kurang masifnya fungsi manajer atau pembimbing secara signifikan dalam sebuah organisasi internal di Fakultas dapat memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kinerja dan keberlangsungan organisasi. Manajer atau mentor berperan penting dalam menjaga arah dan tujuan organisasi, memastikan setiap anggota bekerja secara efektif dan sinergis. Tanpa kehadiran sosok ini, organisasi beresiko kehilangan fokus, mengalami kebingungan dalam pembagian tugas, dan kurangnya bimbingan yang konstruktif. Selain itu, tanpa bimbingan yang tepat, resiko pengambilan keputusan yang tidak matang dan kurangnya koordinasi diantara anggota akan meningkat, yang pada akhirnya dapat menyebabkan konflik internal. Manajer atau pembimbing juga berperan sebagai mediator yang menyelesaikan perselisihan dan menjaga hubungan yang harmonis di dalam organisasi baik secara batiniah maupun materialis seperti yang telah tercantum di atas. Tanpa peran ini, ketegangan di antara anggota mungkin tidak dapat ditangani dengan baik, sehingga berpotensi menyebabkan disintegrasi dan penurunan kinerja secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
ilustrasi problematika yang tak kunjung terselesaikan. sumber foto: https://pixabay.com/photos/problem-solution-help-support-2731501/
Kemudian mengenai problematika keuangan dalam sebuah organisasi di sebuah fakultas sering kali terlihat rumit dan penuh tuntutan. Masalah utamanya adalah tidak adanya transparansi dalam administrasi keuangan, yang dapat memicu ketidakpercayaan diantara anggota organisasi. Selain itu, dana yang tidak mencukupi dari universitas atau donor eksternal dapat membatasi kapasitas organisasi untuk melaksanakan program-programnya secara efektif. Pengeluaran yang tidak terencana atau manajemen anggaran yang buruk juga sering menyebabkan defisit dan penumpukan hutang. Kurangnya keahlian manajemen keuangan di antara para pemimpin ataupun staf dapat memperburuk situasi, yang mengakibatkan ketidakakuratan dalam pencatatan dan pelaporan keuangan. Untuk mengatasi masalah ini, pelatihan dan peningkatan kemampuan manajemen keuangan sangat diperlukan, bersamaan dengan penerapan sistem pengawasan dan audit yang lebih ketat untuk memastikan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana. Dalam organisasi Abqory sendiri sangat sering terjadi kurang stabilnya terkait finansial, itu dilihat dari beberapa kejadian secara epistemik. Kondisi yang demikian tidaklah sebatas satu atau dua kali terjadi tiap tahunya, bahkan bisa dikatakan sangat sering terjadi ketidakefisiensian selama organisasi ini beridiri, sampai ada opini dari luar yang menyatakan bahwa Abqory seakan dianak tirikan oleh pihak fakultasnya itu sendiri.
ilustrasi perdebatan antara staf universitas dengan mahasiswa sumber foto: https://pixabay.com/vectors/court-jury-debate-lawyer-legal-2691100/
Melihat dari kejadian pilu pada 14 Oktober 2023 dalam event Kalijaga Arabic Festival (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga) yang pada awalnya staf fakultas telah menjajikan dana akan turun dan diberikan kepada anggota Abqory yang mengikuti kompetisi setelah pulang dari perlombaan Kalijaga Arabic Festival itu, namun sepulang dari perlombaan dana tersebut tak kunjung turun dengan beberapa alasan yang bermacam-macam. Dana tersebut disebut-sebut telah terpakai oleh salah satu staf fakultas, sehingga tujuan awal dari dana tersebut yang diperuntukkan bagi kebutuhan dan persyaratan kompetisi saat itu, berakhir tanpa kejelasan yang logis. Sudah menjadi hal yang lumrah bahwa ketika dana sudah di alokasikan atau diperuntukkan untuk kebutuhan dan persyaratan Abqory, seharusnya dana tersebut tidak berpindah tangan semudah membalikkan telapak tangan. Perilaku seperti ini sungguh tidak profesional, terlebih kejadian ini terjadi di Universitas Islam Negeri di Daerah Khusus Ibukota. Kejadian serupa terjadi pada tanggal 14 September 2023 pada saat kompetisi SUKA ARABIC FEST (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta) pada saat itu dana yang sudah jelas-jelas tersedia dan belum terpakai karena suatu hal, dipersulit dalam proses Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) selama kurang lebih tiga bulan baru dapat di alokasikan kepada Abqory. Lebih parahnya lagi, kejadian serupa terjadi di tingkat internasional, tepatnya pada akhir Januari lalu pada ajang International Universities Arabic Debating Championship (IUADC) Qatar Debate 2022 mewakili Indonesia. Sudah sewajarnya hal ini menjadi bahan introspeksi dan pembelajaran bagi seluruh pemain yang terlibat didalamnya, baik itu bagi pemangku jabatan fakultas atau member organisasi itu sendiri. Karena ketika mahasiswa tersebut pada akhirnya memenangkan kejuaraan dalam kompetisi yang diikutinya, akan secara otomatis nama baik universitas dan fakultas tersebut mendapatkan akreditasi yang baik. Benar adanya, ketika mahasiswa tersebut memenangkan kejuaraan dalam sebuah kompetisi, mereka langsung dihubungi oleh pihak fakultas untuk memberikan bukti-bukti hasil kompetisi tersebut untuk keperluan akreditasi fakultas. Situasi ini sangat tidak mencerminkan simbiosis mutualisme, yang mengarah pada konsekuensi bahwa salah satu pihak tidak menerima haknya.
ADVERTISEMENT
Ketika dilihat secara menyeluruh dan mendalam organisasi ini belumlah dapat dikatakan mendapatkan hak-haknya karena ketika dikatakan sudah mendapatkanya, tentu akan sangat sedikit kemungkinan terjadi adanya problematika kompleks. Dalam kata lain suatu organisasi tersebut telah terstruktur atau tersistemastis dengan baik, yang tak lain inilah suatu badan organisasi yang dimpi-impikan oleh banyak kalangan. Oleh karenya banyak dari kalangan mahasiswa internal maupun eksternal yang sangat menyayangkan dengan eksistensi Abqory yang kian menjulang dan harum dikalangan universitas, namun ternyata memiliki banyak problematika internal yang belum juga terselesaikan sekian lamanya.
Dalam dinamika arus sosial dan pendidikan, kita sering menjumpai organisasi-organisasi yang berjuang namun masih merasa terpinggirkan. Mereka adalah entitas yang penuh dengan semangat, diisi oleh individu-individu yang berdedikasi tinggi, namun terkadang terabaikan oleh kebijakan dan perhatian yang seharusnya diberikan. Ironisnya, meski berada di pinggiran perhatian, kontribusi mereka sangat signifikan dalam membentuk karakter dan kualitas komunitas kampus. Organisasi yang dianak tirikan adalah potret keteguhan dan ketangguhan. Mereka bergerak dengan penuh percaya diri, mengatasi keterbatasan sumber daya dan dukungan, serta terus berinovasi untuk memberikan dampak.
ADVERTISEMENT
Mari kita sambut masa depan dengan menegaskan pentingnya inklusivitas dan keadilan dalam organisasi kita. Bersama, kita harus memastikan tidak ada yang tertinggal, membangun komunitas yang kuat, beragam, dan harmonis. Dengan memberikan dukungan yang setara dan mendengarkan setiap suara, kita dapat menciptakan lingkungan di mana setiap orang merasa dihargai. Inilah langkah menuju masa depan yang lebih cerah dan inklusif, di mana semua bagian komunitas dapat bersinergi dan bersinar.