Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dukungan Kemanusiaan bagi Pengungsi Rohingnya di Hari Pengungsi Dunia
5 Juli 2023 11:54 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nazhori Author tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kehadiran pengungsi Rohingya di Indonesia menjadi perhatian lembaga kemanusiaan dan lembaga amil zakat. Lazismu dan MuhammadiyahAid sebagai bagian dari Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) sejak 25 September 2017, bersama lembaga lainnya berhasil masuk ke Cox's Bazar, bantuan kesehatan dan kemanusiaan mengalir tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
Derita pengungsi Rohingnya, tidak berhenti sampai di sana, di Indonesia para pengungsi salah satunya ada di Pidie Provinsi Aceh, yang sebelumnya sebagian dari mereka ada di Lhokseumawe.
Menurut UNHCR Indonesia, selain di Pidie, pengungsi Rohingnya juga ada di Medan, Pekanbaru dan Makassar. Interaksi mereka dengan masyarakat lokal juga menyisakan persoalan. Karena itu, UNHCR Indonesia mengharapkan dukungan dari pemerintah dan masyarakat lokal agar mereka mendapatkan kondisi yang aman, misalnya di Pidie untuk memaksimalkan dukungan dibentuk Satuan Tugas Pengungsi.
Pada 1 Juli 2023, Lazismu bersama lembaga lain hadir dalam peringatan Hari Pengungsi Sedunia di Gampong Leun Tanjong, Pidie, Provinsi Aceh. Kurang lebih 154 pengungsi Rohingnya tinggal di bekas Yayasan Mina Raya. Melalui momen hari pengungsi sedunia yang sebetulnya jatuh pada 20 Juni 2023. Perwakilan dari UNHCR yang ada di Indonesia, Faisal Rahman, mengatakan, di bulan Juli ini baru bisa diperingati mengingat kondisi yang ada dari pengungsi.
ADVERTISEMENT
Pemangku kepentingan yang terlibat diundang untuk menghormati dan menyuarakan kesadaran masyarakat terhadap keadaan para pengungsi Rohingnya di Pidie. Lazismu sendiri selama ini mendukung dan terlibat aktif dalam pendampingan bersama UNHCR dan YKMI serta lembaga lain. Pada bulan Ramadhan dukungan itu dilakukan oleh Lazismu Lhokseumawe dan Lazismu Bireun baik yang bersifat karitas dan pemberdayaan.
Saat berdiskusi dengan Faisal Rahman, diperoleh informasi bahwa pengungsi dan masyarakat lokal secara sosiologis, komunikasinya perlu dibangun agar lebih interaktif. Di samping untuk meminimalisir penolakan warga lokal, langkah integrasi program pemberdayaan perlu segera dilakukan agar dukungan publik bagi pengungsi dapat diwujudkan dengan berbagai pendekatan.
Karena itu, acara peringatan hari pengungsi sedunia itu dikemas dengan halal bihalal yang menekankan tema persaudaraan dan kesiapsiagaan penanganan pengungsi Rohingnya dalam semangat perdamaian dan kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Dalam halal bihalal itu, seni tari khas Aceh diperkenalkan kepada pengungsi Rohingnya. Tari yang dimainkan anak-anak Pidie dan anak-anak Rohingnya digelar apik dengan sambutan antusias dari tamu undangan dan tokoh lokal.
Manager Kemanusiaan dan Lingkungan Lazismu Pusat, Nazhori Author yang hadir bersama dengan Aditya Reffiyanto dan Fajar Ardiansyah, Ketua Lazismu Bireun, menilai upaya menguatkan dukungan dari masyarakat seperti yang didorong oleh UNHCR adalah penting untuk menjalin interaksi yang strategis dengan masyarakat lokal. Kolaborasi semua pihak sebagai bentuk sinergi program dapat dilakukan dengan melibatkan semua unsur.
Seperti diketahui, Indonesia belum meratifikasi Konvensi 1951, perihal pengungsi, meski demikian tradisi masyarakat Indonesia untuk menerima dan menolong orang lain seperti pengungsi telah sejalan dengan hukum internasional yang berkaitan dengan orang – orang yang membutuhkan perlindungan internasional.
ADVERTISEMENT
Saat bertemu dengan Fairuz, salah seorang juru bicara pengungsi, ia mengatakan keberadaan para pengungsi termasuk anak-anak diakuinya tidak memiliki status kewarganegaraan. Dia mengaku kehadirannya di Indonesia penuh risiko. Fairuz tak punya pilihan, bersama warga Rohingnya lainnya ketika mencari jalan untuk menyelamatkan diri dari Myanmar adalah keputusan yang ditempuh saat keluarga mereka mendapat tekanan dan bahkan ancaman mengerikan.
Namun demikian, dia mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Indonesia dan semua pihak yang telah menerima keberadaannya di bumi Serambi Makkah. Ia berharap dapat hidup bersama dengan masyarakat ketika kondisi saat ini telah membuat keberadaanya bersama yang lain telah mengubah impian hidupnya bersama keluarga.
Diketahui bahwa Bangladesh merupakan negara yang paling banyak menampung pengungsi Rohingnya. Sebagian lagi para pengungsi Rohingnya menyelamatkan diri ke Indonesia dan Malaysia. Sebagai pengingat, hampir semua warga Rohingya ditolak kewarganegaraannya sejak 1982. Di samping persoalan status kewarganegaraan, hak-hak dasar mereka seperti akses pendidikan dan kesehatan terabaikan.
ADVERTISEMENT