Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengukur Etika Pers dalam Pemberitaan Konflik Rumah Tangga
9 Juni 2020 11:29 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Ndoro Kakung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Terjadi konflik dalam rumah tangga seorang penyanyi terkenal, yang kebetulan juga menjadi pejabat publik, anggota DPR. Media (pers) memberitakan konflik tersebut. Para pelahap gosip bersuka-cita.
Etiskah media (pers) membawa isu privat ke ranah publik?
ADVERTISEMENT
Saya ingin mengisahkan satu kejadian di media tempat saya bekerja dulu. Waktu itu muncul rumor bahwa presiden punya perempuan lain atau selingkuhan. Foto-foto yang disebut sebagai bukti juga kami dapatkan.
Di rapat redaksi terjadi perdebatan apakah rumor itu layak ditulis?
Kubu yang setuju untuk menulis rumor itu menyodorkan argumen bahwa isu tersebut menyangkut pejabat publik. Publik berhak mengetahuinya.
Kubu yang menolak isu itu ditulis beralasan bahwa meskipun presiden adalah pejabat publik, tapi ini soal kehidupan pribadinya (ranah privat). Tidak sepantasnya media menulis kehidupan pribadi seseorang ke ruang publik.
Kedua kubu berdebat dengan argumen tambahan masing-masing yang sama-sama masuk akal.
Apa keputusan akhirnya?
Pemimpin redaksi akhirnya memutuskan bahwa kami hanya akan menurunkan tulisan jika kasus itu dibawa atau dilaporkan ke polisi.
ADVERTISEMENT
Kalau belum dilaporkan, kami menganggapnya sebagai isu privat yang tak layak dibawa ke hadapan publik. Media memiliki kewajiban moral dan standar kepatutan untuk memisahkan urusan privat dan publik.
Kasus itu kemudian memang dibawa ke ranah hukum (polisi) dan media tempat saya bekerja saat itu menuliskan laporannya.
Di era sekarang, ketika batas antara media (pers) dan media sosial begitu kabur, perdebatan seperti itu kemungkinan akan semakin panas. Standar etika dan moral di ruang redaksi terus berkembang dan tak pernah selesai diperdebatkan. Keputusan akhir biasanya ditentukan oleh kebijakan redaksi atau editorial judgement yang tidak bisa hitam-putih.
Bagaimana menurut Anda?