Konten dari Pengguna

Kisah Motivasi Kak Dewa dan Seorang Penipu

19 April 2018 22:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nediva Gilia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kisah Motivasi Kak Dewa dan Seorang Penipu
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pada suatu hari, seseorang yang cerdas, ahli pengetahuan, datang ke sebuah desa. Ia dikenal dengan nama Dewa, tapi banyak orang memanggilnya dengan menyematkan nama di depannya dengan Kakak. Ya, Kakak Dewa atau Kak Dewa, begitulah orang-orang di desa memanggilnya. Lelaki berparas menyenangkan dan disukai oleh banyak orang ini benar-benar mempraktikkan inti dari pengetahuan, di mana pengetahuan haruslah dipraktikkan untuk memecahkan masalah-masalah di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Nah, suatu ketika... sebagai praktik atas ilmu yang didapatkannya selama ini, Si dKakak Dewa ingin membandingkan pandangan yang berseberangan yang mungkin ada dalam desa itu. Maka, Si lelaki yang memiliki kacamata tebal ini pun mendatangi sebuah warung dan bertanya tentang siapakah yang paling jujur dan siapa pula yang paling gemar berbohong di desa itu. Orang-orang di warung itu sepakat bahwa orang yang bernama Kazzab adalah penipu terbesar; sementara itu Rastgu adalah yang paling jujur. Si Kakak Dewa kemudian mendatangi kedua orang tersebut bergantian, mengajukan pertanyaan yang sama kepada keduanya, “Jalan manakah yang terbaik menuju ke desa tetangga?”
Rastgu yang jujur berkata, “Jalan gunung.”
Kazzab si Penipu juga berkata, “Jalan gunung.”
ADVERTISEMENT
Tentu saja jawaban itu membingungkan si Kakak Dewa tersebut. Seharusnya, ada perbedaan besar dari orang jujur dan penipu. Maka, untuk memilih saran yang lebih tepat, si Cerdas bertanya kepada orang lain, penduduk desa biasa.
Ada yang mengatakan, “Lewat sungai;” yang lain mengusulkan, “Lewat padang saja”. Ada juga yang sama seperti Ratsgu dan Kazzab, mengatakan, “Jalan gunung.”
Akhirnya Si Cerdas memutuskan untuk mengambil jalan gunung. Sepanjang perjalanannya, ia tak habis pikir dengan Ratsgu dan Kazzab. Mana yang benar dan mana yang salah kalau mereka mengucapkan kata yang sama?
Ketika Si Kakak Dewa tiba di desa berikutnya, ia meceritakan kisahnya di sebuah rumah penginapan. Di Akhir kisah Si Kakak Dewa pun berkata, “Saya jelas telah membuat logika yang keliru dengan bertanya kepada orang-orang yang tidak tepat tentang Ratsgu Si Jujur dan Kazzab Si Penipu. Nyatanya saya telah sampai di sini tanpa kesulitan apa pun, melalui jalan yang disarankan mereka, jalan gunung.”
ADVERTISEMENT
Orang Bijak yang kebetulan berada di penginapan tersebut berkata, “Harus diakui bahwa para ahli logika seperti Anda cenderung tak terbuka matanya. Mereka suka meminta orang lain membantunya yang menyebabkan kekeliruan pikir. Tetapi masalah yang menimpa Anda justru sebaliknya. Kenyataannya, sungai sebenarnya merupakan jalan termudah. Untuk alasan ini Si Pembohong menunjukkan jalan gunung.”
“Artinya Ratsgu si Jujur menipu saya?” sergah Si Kak Dewa tidak percaya.
“Tidak. Malah sebaliknya. Si Jujur itu tidak hanya jujur; ia juga mengetahui bahwa Anda punya keledai dan keledai itu memudahkan perjalanan Anda jika melalui jalan gunung. Si Pembohong kebetulan tidak mengetahui bahwa Anda tak punya perahu. Seandainya ia tahu hal itu, pasti diusulkannya jalan sungai kepada Anda.”
ADVERTISEMENT