Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kolaborasi Riset Departemen Agribisnis IPB Kuatkan Ketahanan Petani Peri-Urban
3 Desember 2024 10:42 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University melaksanakan penelitian dalam kerangka kolaborasi riset Knowledge Partnership Platform Australia-Indonesia (KONEKSI).
ADVERTISEMENT
Kolaborasi riset ini dilakukan bersama University of Queensland (UQ) Australia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Malang (UM), dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dan didanai oleh The Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia.
Penelitian ini mengusung tema “Addressing Vulnerabilities and Enhancing Resilience in the Smallholder Value Chains of Java’s Peri-Urban Food Supply Systems” dengan cakupan wilayah Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
Berlangsung selama satu setengah tahun (2023–2025), penelitian ini melibatkan tim peneliti IPB University, yaitu Prof Amzul Rifin sebagai ketua; Dr Yanti Nuraeni Muflikh; Tintin Sarianti, MM; dan Dr Maryono.
Lokus utamanya di wilayah peri-urban Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Komoditas utama yang dikaji adalah padi sebagai pangan strategis dan kangkung sebagai sayuran kaya nutrisi mikro.
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari rangkaian riset, tim IPB University yang dipimpin oleh Dr Yanti Nuraeni Muflikh melaksanakan diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/FGD) dengan metode Group Model Building (GMB) di kedua wilayah tersebut.
FGD tahap pertama dilakukan pada 5–10 Juni 2024 di tiga lokasi untuk menggali informasi terkait permasalahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi petani serta pelaku rantai nilai. Hasil diskusi kemudian diolah menjadi diagram sebab-akibat yang merepresentasikan kondisi nyata di lapangan. Tahap kedua, yang dilaksanakan pada 23–26 Oktober 2024, berfokus pada validasi model dengan melibatkan peserta yang sama.
Kegiatan ini melibatkan 20–30 peserta di setiap lokasi, terdiri dari petani, pelaku usaha, dan perwakilan pemerintah daerah. Rata-rata penilaian peserta untuk proses GMB adalah 4,28 (kategori sangat baik), sementara hasil yang dihasilkan mendapat penilaian 4,11 (kategori baik) dari skala 1–5. Peserta menilai bahwa metode GMB sangat komunikatif, transparan, dan mencerminkan kondisi riil.
ADVERTISEMENT
Sambutan baik untuk kegiatan KONEKSI khususnya metode GMB datang dari berbagai pihak. Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Ir Haeruman MP, melalui Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan, Ardhy Firdian, MSi, menegaskan pentingnya kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan petani.
“Kolaborasi seperti ini sangat penting untuk menemukan solusi inovatif yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani kecil serta menjawab tantangan sistem pasokan pangan seperti dampak El Niño, keterbatasan lahan, dan kenaikan harga pupuk,” ujar Ardhy.
Senada dengan itu, Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda Kabupaten Bandung, Dr Dadan Wardhana, berharap agar hasil riset ini mampu memperkuat potensi pertanian peri-urban untuk beradaptasi dengan tantangan iklim dan urbanisasi.
Peserta dari kalangan petani, seperti Tri Susilo dari Kecamatan Tarogong Kaler, memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini. “Hasil FGD ini diharapkan menjadi bahan kebijakan yang berpihak kepada petani,” katanya.
ADVERTISEMENT
Dengan pendekatan sistem yang partisipatif, penelitian ini diharapkan mampu mengidentifikasi leverage points untuk intervensi yang efektif dalam membangun sistem pangan yang tangguh dan berkelanjutan. (MW/Rz)