Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Prof Ronny R Noor: Waspadai Penyebaran Virus Korona Kucing yang Mematikan
1 Agustus 2023 8:34 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berita kematian kucing secara mendadak dalam jumlah banyak di berbagai wilayah di Indonesia baru-baru ini menimbulkan tanda tanya besar terkait penyebabnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Guru Besar IPB University, Prof Ronny Rachman Noor, kejadian ini perlu diwaspadai karena kejadian serupa juga terjadi di berbagai negara dalam skala yang lebih besar.
“Belum lama ini di Siprus ribuan kucing mati secara mendadak yang menurut hasil penyelidikan disebabkan oleh virus korona kucing (Feline Coronavirus) varian yang tergolong ganas,” ujar Prof Ronny.
“Kejadian kematian kucing secara mendadak di Siprus, Inggris dan Polandia ini menjadi peringatan bagi dunia, karena Feline Coronavirus yang lebih ganas secara perlahan namun pasti sedang menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Lebanon, Turki dan Israel dan ada kemungkinan masuk ke Indonesia,” lanjutnya.
Menurut Pakar Genetika Ekologi IPB University ini, pemerintah Siprus secara resmi merilis data bahwa ada sekitar 300 ribu kucing yang mati akibat wabah Feline Coronavirus. Ini berarti virus tersebut telah memakan korban lebih dari 30 persen populasi kucing yang ada di Siprus.
ADVERTISEMENT
“Feline Coronavirus yang sedang mewabah ini menurut laporan sementara memang tidak terkait langsung dengan COVID-19. Sampai saat ini belum ada catatan kejadian virus ini menular pada manusia,” tutur dia.
Prof Ronny menjelaskan, kucing yang tertular Feline Coronavirus ini mengalami Feline Infectious Peritonitis (FIP), di mana sel darah putih terinfeksi dan selanjutnya menyebarkan ke seluruh tubuh. FIP tersebut kemudian memicu reaksi inflamasi yang seringkali fatal di bagian perut, ginjal dan otak dan menyebabkan kematian.
Hal yang perlu dikhawatirkan, sebut dia, adalah dugaan munculnya strain baru yang lebih mematikan akibat adanya mutasi. “Munculnya varian baru ini kemungkinan karena kucing dapat terinfeksi COVID-19 dan sebagai reaksinya, banyak di antara kucing ini membawa antibody baru yang dapat saja memicu terjadinya mutasi Feline Coronavirus pada kucing,” ulasnya.
ADVERTISEMENT
Di samping mewabahnya Feline Coronavirus, dunia juga dihantui oleh menyebarnya virus flu burung H5N1 pada kucing seperti yang terjadi di Polandia. Kucing yang tertular akan menunjukkan gejala kesulitan bernafas, mengalami diare yang berdarah dan gejala abnormalitas syaraf.
Menurut Prof Ronny, menyebarnya Feline Coronavirus dan juga virus flu burung pada kucing di berbagai negara ini membuat khawatir badan kesehatan dunia (WHO), karena jika tidak segera ditangani akan menimbulkan wabah yang lebih serius lagi lagi.
“Dari berbagai data yang dikumpulkan dan telah dirilis oleh WHO, virus flu burung ini tidak saja menimbulkan kematian pada kucing saja, tetapi juga pada hewan peliharaan lainnya seperti anjing dan juga cerpelai, anjing laut dan singa laut,” ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Prof Ronny menambahkan, penularan virus flu burung pada kucing ini diduga akibat kontak langsung dengan unggas liar yang terinfeksi virus H5N1 atau memakan unggas yang terinfeksi virus ini. “Namun sampai saat ini ini belum ada kasus yang dilaporkan terkait penularan virus ini dari kucing ke manusia.”
“Saat ini WHO sedang memantau tanda-tanda penyebaran virus flu burung yang sudah menyebar pada kucing dan mewaspadai penyebaran virus ini ke manusia,” sambungnya lagi.
Dengan merebaknya kasus penyebaran Feline Coronavirus dan virus flu burung pada kucing dan hewan kesayangan lainnya di Indonesia, Prof Ronny menyarankan untuk sementara mengandangkan kucing dan tidak melepasnya. Segera pisahkan dan melaporkan kepada pihak yang berwenang apabila terjadi kematian kucing dan hewan peliharaan lainnya.
ADVERTISEMENT
“Pemilik kucing diharapkan dapat menjaga sanitasi tempat pemeliharaan kucing dan kebersihan hewan peliharaannya untuk mengurangi resiko penyebaran virus yang mematikan ini,” beber Prof Ronny.
Menurut dia, kejadian kematian mendadak kucing dalam jumlah besar di Jakarta dan kemungkinan di daerah lainnya yang belum dilaporkan, mengharuskan pihak berwenang untuk mulai menentukan dan menelusuri lebih jauh lagi apakah terkait dengan Feline Coronavirus.
“Jika memang benar kematian kucing ini terkait Feline Coronavirus, maka diperlukan langkah sistematis untuk mencegah penyebaran virus ini, termasuk memperkuat karantina kucing dan hewan kesayangan lainnya yang masuk dari luar Indonesia” tandasnya. (*/Rz)