Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mama Separuh Hidupku
25 Desember 2021 19:43 WIB
Tulisan dari Ni Made Susilawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aku memanggilnya mama sejak usiaku 3 tahun saat itu. Teringat bagaimana mama bercerita padaku tentang ia yang khawatir pada anaknya karena tak kunjung mengeluarkan suara jelas menginjak usianya di 3 tahun, hingga akhirnya aku berhasil melantunkan kata mama pertama kali dari mulutku yang membuat wanita itu tersenyum lega dan mencium wajahku bertubi-tubi.
ADVERTISEMENT
Mama adalah teman satu-satunya yang aku punya di rumah. Setiap kali aku kesepian, ia selalu hadir dengan cerita baru dari pengalamannya. Sejak aku kecil, mama yang selalu mau direpotkan dengan tugas-tugas sekolahku yang terkadang sangat sulit untuk dikerjakan. Usianya memang tidak lagi muda, tapi mama berhasil merawatku hingga tumbuh dewasa. Tidak ada yang berubah dari wajah cantiknya.
Aku yang tumbuh dewasa bukan menjadi alasan untuk mama membebaskan aku, sang anak untuk bertindak bebas. Justru, mama semakin overprotective padaku. Terkadang ingin rasanya untuk memberontak, tapi aku sadar semua itu dilakukan karena ia sayang.
Kehadiran mama sangat berarti dalam hidupku, bisa dikatakan kita seperti teman lama yang berjumpa. Bahkan, orang melihat kami seperti adik dan kakak yang jalan bersama karena perbedaan tinggi yang tidak jauh berbeda.
ADVERTISEMENT
Aku sangat bangga memiliki mama sepertinya, ia seperti pahlawan dalam hidupku.
Ketika aku menangis tanpa sebab, ia datang menghampiriku memberikan kata-kata penenang dan motivasi untuk tetap bertahan.
Ketika aku sakit, ia yang membawaku berobat menemani dan merawatku hingga kembali sembuh.
Ketika aku ingin sesuatu, ia yang selalu berusaha mewujudkannya walau sering kali aku bilang, "Tidak usah" namun tetap diusahakan.
Ketika aku stress dengan pikiran, ia yang dengan inisiatif mengajakku berkeliling Ibu Kota untuk menyegarkan pikiran.
Ketika aku ingin makanan manis, ia yang dengan sigap mengajakku ke supermarket untuk membeli beberapa makanan.
Ketika aku hendak berpergian, ia yang memaksa untuk mengantarku demi sampai tujuan.
ADVERTISEMENT
Mama sudah seperti malaikat yang selalu ada di kala aku membutuhkan bantuannya. Tidak peduli hal apa yang sedang dia lakukan, asal aku cepat berada didekatnya. Separuh hidupku hanya terisi dengan kehadirannya.
Mama yang mengantarku ke sekolah
Mama yang menjemputku saat pulang sekolah
Mama yang menjadi tempat aku bercerita
Mama yang mengambil nilai rapotku
Mama yang mengantar kemana aku hendak pergi
Mama yang memberikanku uang saku
Mama yang berusaha menuruti kemauanku
Mama yang menghiburku
Tidak menjadi masalah, jika aku dikatakan sebagai anak mama karena nyatanya, aku bisa membuat hati mama nyaman dengan kehadiranku didekatnya. Pasti kalian bertanya bukan, mengapa? Iya, ayahku sudah tiada hanya mama yang aku punya. Mama yang selalu merasa kesepian di saat aku berkumpul di luar.
ADVERTISEMENT
Hanya itu yang dapat aku berikan padanya disertai dengan ribuan ucapan terima kasih dan sayang yang selalu aku ucapkan padanya. Walaupun menurutku hal itu belum cukup untuk membayar semua yang mama berikan. Namun, ketika aku berbisik, "Selamat Hari Ibu" ia tetap menjawab, "Terima kasih, sayang.''
Selamat Hari Ibu, ma.
Mama, ibu terhebat yang aku punya.