Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Menguak Temuan Artepak di Situs Gilimanuk
13 Maret 2024 11:18 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari MadeYuliasih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bila mendengar kata “Gilimanuk“ pikiran kita akan berkelana mencari keberadaan daerah tersebut. Gilimanuk merupakan daerah strategis sebagai pintu gerbang daerah Bali Barat menuju Pulau Jawa. Gilimanuk merupakan Kawasan yang kaya akan warisan budaya sebagai situs arkeologi dan Kawasan cagar alam yang perlu mendapatkan perhatian untuk dilestarikan keberadaannya. Situs Gilimanuk memiliki potensi yang besar dalam mengungkap kehidupan yang terjadi pada masa lampau dan berbagai peningalan sejarah nenek moyang kita.
ADVERTISEMENT
Situs merupakan lokasi di mana peninggalan sejarah ditemukan. Hal senada juga tertuang dalam buku yang ditulis peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) (Geria Made;2006) situs adalah lokasi yang mangandung atau diduga mengandung artepak termasuk lingkungannya yang memerlukan penjagaan lebih lanjut.
Situs Gilimanuk merupakan salah satu situs prasejarah yang ada di Bali, berbagai temuan terkait data arkeologi telah ditemukan di situs Gilimanuk meliputi artefak, ekofak dan fitur. Dari temuan tersebut oleh para peneliti arkeolog dapat diidentifikasi berbagai informasi tentang kejadian pada masa lampau terkait dengan fungsi, masa pembuatan, dan teknologi dalam pembuatan suatu artepak bahkan pandangan individu atau masyarakat pembuatnya (Made Gria:2006).
Beberapa Temuan tinggalan arkeologi di situs Gilimanuk yang tertuang pada penelitian (Aziz dan Faisal 1997, 53 dalam : Prayudi A dan Suriyanto Adi R; 2017) antara lain: gerabah (utuh dan pecahan) dengan motif polos dan motif hias, fragmen tulang hewan dan manusia, manik-manik, bandul jala, dan fragmen benda logam seperti besi dan perunggu. Alat-alat logam yang terbuat dari besi dan perunggu diyakini digunakan baik untuk kegiatan sehari-hari maupun sebagai bagian dari upacara ritual yang penting dalam sistem kepercayaan masyarakat pada zaman perundagian. Di Situs Gilimanuk juga ditemukan lempengan daun emas yang digunakan sebagai penutup mata pada kerangka manusia
Di samping temuan peninggalan arkeologi, hal menarik dari situs Gilimanuk adalah terkait sistem penguburan. Menurut (Aziz;1995) penguburan di situs Gilimanuk dapat dibedakan menjadi dua jenis: pertama, menggunakan wadah seperti tempayan atau sarkofagus; dan kedua, tanpa menggunakan wadah. Beberapa rangka manusia dikuburkan secara sekunder tanpa wadah, di mana mereka terlebih dahulu dimakamkan dalam jangka waktu tertentu sebelum akhirnya dikuburkan kembali (penguburan tertunda). Selain itu, juga ditemukan penguburan primer tanpa wadah, di mana jasad langsung dimakamkan tanpa proses penundaan. Terdapat juga pola penguburan yang menggabungkan unsur primer dan sekunder dalam kompleks kubur Gilimanuk.
ADVERTISEMENT
Senada dengan apa yang tertuang dalam buku “Mengungkap Manusia Purba Gilimanuk untuk Penguatan Karakter Bangsa ”Sistem penguburan di Gilimanuk secara garis besar dibagi menjadi empat kategori menurut polanya: Pola-1 merupakan kubur pertama, Pola 2 merupakan kubur kedua, pola -3 merupakan kubur campuran atau gabungan antara pola 1 dan 2 dengan berbagai variasi, dan pola 4 adalah penguburan dengan tempayan yang sifatnya khusus, karena menggunakan tempayan sepasang untuk mengubur tulang-tulang kubur kedua.
Di samping itu, ada juga penguburan dengan menggunakan sarkofagus. Sarkofagus merupakan jenis peti mati khas dari budaya kuna yang digunakan untuk menguburkan jenazah. Biasanya terbuat dari batu, marmer, atau bahan tahan lama lainnya. Sarkofagus sering kali dihias dengan relief, ukiran, atau dekorasi lain yang mencerminkan budaya dan kepercayaan agama masyarakat, yang menunjukkan praktik penguburan kuna dan kekayaan artistik masyarakat pada masanya. Simbol-simbol yang tertuang dalam sarkopagus dipercaya memiliki kekuatan magis yang sangat berpengaruh bagi perjalanan roh orang yang meninggal.
ADVERTISEMENT
Menurut (Solheim,1959,1964; dalam Geria Made ; 2006), hasil temuan gerabah di Situs Gilimanuk juga ditemukan di daerah lainnya tidak hanya di wilayah Indonesia, tetapi menunjukkan adanya persamaan dalam bentuk dan pola hias dengan gerabah yang berasal dari situs Sa Huynh (Vietnam) dan Kalanay (Filifina). Lebih lanjut dijelaskan bahwa persebaran gerabah Sa Huynh-Kalanay di Asia Tenggara bukanlah disebabkan oleh kegiatan perdagangan, melainkan karena adanya perpindahan penduduk melalui proses perkawinan, dan tradisi gerabah tersebut erat kaitannya dengan penyebaran penutur bahasa Austronesia di Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Dari sejumlah temuan-temuan arkeologi di Situs Gilimanuk para peneliti menafsirkan bahwa terdapat sistem status sosial dalam masyarakat pada masa itu, dengan melihat perbedaan cara penguburan dan barang-barang yang ditempatkan di dalam kuburan. Informasi terkait Situs Gilimanuk dan beberapa temuan arkeologi lainnya bisa ditemui di Kawasan Kerja Bersama (KKB) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) wilayah Denpasar Selatan (Yul)
ADVERTISEMENT