Konten dari Pengguna

Isu Feminisme dalam Film Moxie

Nilam Alfa Salmah
Pejuang rupiah seorang employee, Seorang Mahasiswi Sastra Indonesia UNPAM
15 Maret 2024 21:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nilam Alfa Salmah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: SS dari Netflix
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: SS dari Netflix
ADVERTISEMENT
Feminisme sudah seringkali dibicarakan dalam masyarakat. Zaman sekarang sudah mulai ada gerakan mengenai feminisme. Tak luput juga bahwa negara Indonesia masih kental atau pun masih banyak yang menganut patriarki. Perempuan masih dianggap sebagai dapur, sumur, dan kasur. Padahal pahlawan Indonesia yang bernama Ibu Kartini sudah memperjuangkan hak-hak perempuan dan menaikkan derajat perempuan untuk kesetaraan gender. Namun, kenyataannya masih ada yang masih menggunakan sistem patriarki seolah-olah perempuan hanya makhluk kedua atau pantasnya di bawah laki-laki. Bahkan dalam islam, Tuhan lebih banyak memiliki sifat feminin. Seperti yang dikatakan Habib Ja’far dalam kanal You tube Close The Door dalam program Log In episode 2 bahwa dalam islam, laki-laki dan perempuan itu beda tapi setara. Beda secara seksual dan setara secara gender. Karena, secara seksual sifatnya biologis sedangkan gender sifatnya sosial. Dan di khutbah terakhir Nabi Muhammad SAW berpesan untuk mengangkat derajat wanita agar setara dengan lelaki. Perempuan adalah orang-orang terhormat seperti laki-laki.
ADVERTISEMENT
Karena masih banyak adanya korban patriarki, bahkan sudah ada film yang menceritakan tantang isu feminisme yang mana sebagai kritik tentang kesetaraan gender. Selain itu, sudah mulai ada laki-laki yang pro feminisme seperti halnya dalam film Moxie. Saya ambil contoh film terkait isu feminisme dalam film Moxie. Film Moxie adalah film remaja yang berisi tentang isu sosial. Film ini disutradarai oleh Amy Poehler dan rilis pada tahun 2021di Netflix. Dalam ceritanya moxie (keberanian) menceritakan tentang seorang remaja perempuan yang bernama Vivian mendirikan klub feminisme untuk memulai perubahan sosial di sekolahnya yang terbilang toxic. Asal membuat klub feminisme karena dalam lingkungan sekolah Vivian sangat menyebalkan baginya terutama laki-laki. Para perempuan di sekolahnya diperlakukan seperti kaum minoritas bahkan dilabeli hal-hal yang berbau seksual. Bukan karena lingkungan sekolah saja melainkan Vivian terinspirasi dengan masa muda ibunya karena dahulu ibunya seseorang yang melawan patriarki dan teman barunya Lucy yang feminisme. Maka dari itu, Vivian mempunyai ide membuat klub bernama ‘Moxie’ secara anonim dengan menyebarkan majalah tentang ‘Perempuan Moxie Melawan’ dengan tujuan untuk melawan diskriminasi dan seksisme yang merajalela di sekolahnya.
ADVERTISEMENT
Pada film Moxie, terdapat beberapa tindakan yang seharusnya tidak dialami pada seorang perempuan. Pada adegan pertama, terdapat daftar kategori yang lebih menjuruskan ke semua siswa perempuan. Di lapangan basket ada acara pep rally semua siswa berkumpul. Dan dari anggota OSIS mengirimkan daftar kategori nama-nama siswa perempuan. Seperti, Loretta - paling mau bercinta, saudari seksi- Tonisha, Tonya, dada terbaik- Kaithlyn, Emma- paling layak ditiduri, Kiera- bokong terbaik, paling patuh -Vivian. Bahkan pada scene ini terdapat laki-laki yang menampar bokong Kiera hingga Kiera terpaku melihat perilaku siswa tersebut. Dari adegan tersebut termasuk seksisme bahkan wanita dipandang rendah dan hanya disangkutpautkan dengan hal-hal seksual. Tindakan tersebut sebagai cara pandang perempuan sebagai kerangka kapitalisme yang berupa pelecehan, penindasan, dan terlihat jelas tidak adanya kesetaraan gender.
ADVERTISEMENT
Pada adegan kedua, Kaithlyn ditegur oleh kepala sekolah karena memakai tank top. Padahal yang menggunakan tank top bukan hanya dirinya saja melainkan ada beberapa namun kepala sekolah menyuruhnya untuk menutupinya dengan sweater atau jaket. Tetapi, Kaithlyn tak membawa sweater untuk menutupi dadanya yang besar, ia dipulangkan. Kaithlyn protes terkait hal itu padahal Jason yang laki-laki sering telanjang dadapun tak dipulangkan. Pada adegan tersebut termasuk diskriminasi gender. Hanya karena Kaithlyn memiliki dada yang besar hingga tulang selangkanya kelihatan ia dipulangkan sedangkan ada siswi lain yang memakai tank top tetapi tak ditegur.
Pada adegan ketiga, Klub Moxie mengadakan dukungan pada Kiera Pascal sang kapten tim sepak bola sebagai nominasi Duta Atlet Pelajar. pada saat mendekati pemilihan Duta Atlet Pelajar, anggota Moxie sudah memperkirakan kalau Kiera yang akan menang karena dilihat dari banyak dukungan untuk Kiera. Namun, ketika pengumuman itu tiba, hasilnya tetap dijatuhkan kepada Mitchell Wilson. Semua anggota Moxie kecewa dan marah akan hal itu karena merasa tidak adil ditambah kepala sekolah mengatakan “Mitchell akan mewakili komitmen Rockpot pada karakter dan kepemimpinan di kaukus negara bagian nanti”. Pada kasus adegan tersebut menunjukkan bahwa adanya subordinasi perempuan. Karena, dari tahun ke tahun nominasi Duta Atlet Pelajar dipegang oleh laki-laki dan hanya satu-satunya nominasi diberikan pada Mitchell Wilson.
ADVERTISEMENT
Dari contoh film di atas, dapat disimpulkan bahwa walaupun memiliki kepala sekolah yang perempuan, namun tak bisa menjamin akan adanya keadilan dan kesetaraan gender pada perempuan dalam sekolah tersebut. Dan sepatutnya kita mengkritisi hal yang timpang atau tak adanya keadilan agar keadilan dan kesetaraan dirasakan oleh semua orang bukan hanya ditunjukkan untuk kaum tertentu atau gender tertentu.