Konten dari Pengguna

Kecurangan Terbesar dalam Sejarah Pertanian dan Perangkap Kemewahannya

Nindya Kumala
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
27 Mei 2024 16:54 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nindya Kumala tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source: Shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Source: Shutterstock.com
ADVERTISEMENT
Apakah kalian mengetahui bagaimana kehidupan para Homo Sapiens sebelum terjadinya revolusi agrikultur? Berikut penjelasan mengenai perjalanan Homo Sapiens dalam Revolusi Agrikultur!
ADVERTISEMENT
Kecurangan Terbesar dalam Sejarah
Selama 2,5 juta tahun, manusia  mencari makan dengan mengumpulkan tanaman dan berburu binatang yang hidup dan berkembang biak tanpa campur tangan mereka. Homo erectus, Homo ergaster, dan manusia purba Neanderthal memetik buah ara liar dan berburu domba liar tanpa memutuskan di mana pohon ara akan berakar, di padang rumput mana kawanan domba harus merumput, atau kambing jantan mana yang akan membuahi kambing betina.
Homo Sapiens menyebar dari Afrika Timur ke Timur Tengah, ke Eropa dan Asia, dan akhirnya ke Australia dan Amerika,  tetapi kemana pun Sapiens pergi, mereka terus hidup dengan mengumpulkan tumbuhan-tumbuhan liar dan memburu binatang-binatang liar. Namun, semua berubah sekitar 10.000 tahun lalu ketika Sapiens mulai menghabiskan seluruh waktu dan usaha mereka untuk memanipulasi kehidupan beberapa spesies tumbuhan. Dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, manusia menabur benih, menyiram tanaman, menyiangi rumput dari tanah, dan menggiring domba mereka ke padang rumput terbaik. Pekerjaan ini, mereka pikir akan menyediakan lebih banyak buah-buahan, biji-bijian, dan daging. Perubahan dalam cara hidup sapiens ini lah yang dapat disebut dengan Revolusi Agrikultur.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa yang terjadi setelah adanya Revolusi Agrikultur? 
Revolusi Agrikultur menghadirkan kehidupan yang secara umum justru lebih sulit bagi para petani dan lebih tidak memuaskan ketimbang yang dinikmati oleh para pengembara. Rata-rata petani bekerja lebih keras ketimbang rata-rata pengembara, dan mendapatkan menu makanan yang lebih buruk sebagai imbalannya. Revolusi Agrikultur adalah kecurangan terbesar dalam sejarah.
Siapa yang seharusnya bertanggung jawab terhadap ini? 
Pelakunya adalah segelintir spesies tumbuhan, termasuk gandum. Tumbuhan-tumbuhan ini yang mendomestikasi Homo sapiens, bukan sebaliknya.Coba kita lihat Revolusi Agrikultur dari sudut pandang gandum. Pada 10.000 tahun yang lalu gandum hanya salah satu jenis rumput liar, yang terdapat dalam daerah kecil di Timur Tengah. Namun, tiba-tiba hanya dalam beberapa milenium pendek, rumput itu tumbuh di seluruh belahan dunia.
ADVERTISEMENT
Bagaimana rumput ini berubah dari tidak signifikan menjadi ada di mana-mana? 
Gandum melakukannya dengan memanipulasi Homo sapiens untuk keuntungannya sendiri. Sebelumnya, Sapiens telah hidup cukup nyaman dengan berburu dan mengumpulkan tumbuhan, tetapi Sapiens malah merubah kebiasaannya dengan melakukan lebih banyak daya dan upaya untuk menanam gandum. Gandum membutuhkan banyak hal.
Gandum tidak menyukai batu dan kerikil, sehingga manusia purba mematahkan punggung mereka untuk membersihkan ladang. Gandum tidak suka berbagi tempat, air, dan nutrisi dengan tanaman lain, sehingga pria dan wanita bekerja keras selama berhari-hari menyiangi di bawah terik matahari. Gandum mudah sakit, sehingga manusia purba harus selalu waspada terhadap cacing dan hawar. Gandum tidak berdaya melawan organisme lain yang suka memakannya, mulai dari kelinci hingga kawanan belalang. Sehingga, para petani harus menjaga dan melindunginya. Gandum haus, sehingga manusia mengangkut air dari mata air dan sungai untuk menyiraminya. Rasa laparnya bahkan mendorong manusia purba untuk mengumpulkan kotoran hewan untuk menyuburkan tanah tempat tumbuhnya gandum.
ADVERTISEMENT
Tubuh Homo sapiens tidak berevolusi untuk tugas-tugas seperti itu. Tubuh manusia beradaptasi untuk memanjat pohon apel dan mengejar rusa, bukan untuk membersihkan batu dan membawa ember air. Duri, lutut, leher, dan lengkungan manusia harus menanggung akibatnya. Studi tentang kerangka kuno menunjukkan bahwa transisi ke pertanian membawa sejumlah besar penyakit, seperti cakram tergelincir, radang sendi, dan hernia. Selain itu, tugas-tugas pertanian yang baru menuntut begitu banyak waktu sehingga orang-orang terpaksa menetap secara permanen di samping ladang gandum mereka. Hal ini benar-benar mengubah cara hidup mereka. Kami tidak menjinakkan gandum. Gandum lah yang menjinakkan kami. Kata 'domestikasi’ berasal dari bahasa Latin domus, yang berarti 'rumah'. Siapa yang tinggal di rumah? Bukan gandum, tapi Sapiens.
ADVERTISEMENT
Gandum juga tidak memberi orang keamanan ekonomi. Kehidupan seorang petani lebih tidak aman ketimbang kehidupan pengembara. Para pengembara bergantung pada puluhan spesies untuk bertahan hidup, dan karena itu mereka bisa menghadapi tahun-tahun sulit, bahkan tanpa persediaan makanan yang disimpan. Jika ketersediaan satu spesies berkurang, mereka bisa mengumpulkan dan memburu lebih banyak dari spesies-spesies lain. Sedangkan petani menggantungkan banyak sekali kebutuhan kalori mereka hanya pada persediaan makanan tunggal, yaitu gandum.
Sulit bagi orang dalam masyarakat makmur seperti sekarang untuk menghargai pengorbanan para petani di zaman itu. Karena pada saat ini kita sedang menikmati kemakmuran dan keamanan. Padahal kemakmuran serta keamanan yang kita rasakan sekarang dibangun diatas pondasi yang dibuat oleh Homo Sapiens melewati Revolusi Agrikultur.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari kesengsaraannya, gandum menganugerahkan Homo sapiens dengan memberi lebih banyak makanan per satuan teritorial, Karena hal itu memungkinkan Homo sapiens untuk berkembang biak secara eksponensial. Sehingga, sapiens dapat dikatakan sukses evolusi karena diukur dari jumlah salinan DNA-nya. Namun, banyak orang yang tidak setuju dengan pernyataan ini karena Homo Sapiens menurunkan standar hidupnya hanya untuk menggandakan jumlah salinan gen agar terbilang sukses secara evolusi tetapi tidak sejahtera. Revolusi Agrikultur adalah sebuah perangkap. 
Source: Shutterstock.com
Perangkap Kemewahan
Pada 8500 SM, Daerah Timur Tengah dipadati desa-desa permanen dan meninggalkan gaya hidup nomaden yang memungkinkan kaum perempuan memiliki anak setiap tahun. Bayi-bayi disapih lebih awal serta mereka disuapi bubur dan adonan. Ketika anak- anak lebih banyak disuapi sereal dan lebih sedikit susu ibu, lalu ketika setiap anak bersaing untuk mendapatkan bubur dengan lebih banyak saudara-saudaranya, Maka tingkat kematian anak pun meningkat secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Orang-orang tidak bisa melihat bahwa jumlah anak akan bertambah, yang berarti bahwa ekstra gandum akan dibagi dengan lebih banyak anak. Para petani awal itu juga tidak mengerti bahwa menyuapi anak-anak dengan lebih banyak bubur dan lebih sedikit susu ibu akan memperlemah sistem kekebalan tubuh mereka, dan bahwa permukiman-permukiman permanen akan menjadi sarang bagi penyakit-penyakit menular. Mereka tidak melihat bahwa dengan menaikkan ketergantungan pada satu sumber makanan tunggal, mereka sesungguhnya memapar diri dengan ancaman bahaya.
Para petani itu juga tidak melihat pada tahun baik, lumbung mereka yang berlimpah akan mengundang pencuri dan musuh, memaksa mereka mulai membangun dinding dan melakukan tugas-tugas penjagaan. Perburuan kehidupan yang lebih mudah menghasilkan lebih banyak kesulitan. Salah satu hukum sejarah adalah bahwa kemewahan cenderung menjadi keharusan dan melahirkan beban-beban baru. Begitu orang terbiasa dengan satu kemewahan tertentu, mereka menerimanya sebagai kebiasaan. 
ADVERTISEMENT
Implementasi dari hukum sejarah ini yaitu kita telah menemukan berbagai alat penghemat waktu yang diharapkan membuat hidup lebih mudah dan santai. Pada zaman dahulu, butuh banyak pekerjaan untuk menulis sebuah surat, menempelkan perangko dan membawanya ke kotak surat dan perlu beberapa hari atau beberapa pekan, untuk mendapatkan jawaban dari surat itu. Sekarang, kita bisa menulis surel atau pesan dengan gadget lalu pesan akan diterima beberapa detik kemudian. Ini memang menghemat waktu dan tenaga, tetapi apakah kita menikmati kehidupan yang lebih santai? Sayangnya tidak. Orang- orang terdahulu menulis dan menerima hanya segelintir surat dalam sebulan dan jarang merasa terpaksa untuk segera membalasnya. Sekarang, kita menerima puluhan surel atau pesan setiap hari, dan merasa harus membalas secepatnya. Sehingga ini membuat hari-hari kita lebih cemas dan gelisah.
ADVERTISEMENT
 Namun, pada zaman sekarang tetap ada seseorang yang menolak untuk membuka dan membalas pesan secepatnya sebagaimana ribuan tahun lalu kawanan-kawanan manusia menolak ikut berladang, dan menghindari perangkap kemewahan. Cerita perangkap kemewahan membawa satu pelajaran penting. Pencarian manusia akan kemudahan hidup menghasilkan kekuatan besar perubahan yang merubah dunia dengan cara yang tidak pernah dibayangkan dan diinginkan sebelumnya.
Referensi
Harari, Y. N., & Sapiens, A. (2014). A brief history of humankind. Publish in agreement with The Deborah Harris Agency and the Grayhawk Agency.