Konten dari Pengguna

Aksi Mahasiswa Perlu Dikawal

Carrera Zenitha Niqi
Content writer
16 April 2022 11:22 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Carrera Zenitha Niqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
kumparan.com
ADVERTISEMENT
Setelah sekian lama rakyat tampaknya bisa sedikit lega karena mahasiswa sebagai amplifikator suara rakyat sudah bergerak. Semua pasti paham bahwa rezim ini seolah membungkam rakyatnya supaya tidak “bersuara”. Aksi nasional yang dilakukan oleh mahasiswa secara serentak di seluruh Indonesia tanggal 11 April lalu merupakan lanjutan dari aksi tanggal 28 Maret yang bertujuan untuk menagih janji tuntutan dari mahasiswa yang sudah disampaikan.
ADVERTISEMENT
Terdapat enam tuntutan yang diinginkan oleh mahasiswa, yang kesemuanya itu adalah permasalahan utama yang menzalimi warga. Dari harga-harga barang pokok yang melambung tinggi, ditambah kenaikan pajak, persoalan UU IKN yang menyisakan banyak masalah, konflik agraria hingga menyentuh isu tiga periode kepemimpinan Presiden.
Kelompok mahasiswa yang melakukan aksi tampaknya telah terbelah. Buktinya ada kumpulan organisasi massa ekstra kampus yang tergabung dalam Cipayung Plus turut bersuara dalam kunjungan mereka ke istana dengan tidak memakai almamater kampus atau organisasi tapi memakai batik. Anehnya, kelompok tersebut sepakat dan memuji UU IKN yang justru masih dipersoalkan dalam aksi nasional kemarin.
Kejanggalan lainnya juga tampak pada peristiwa Ade Armando. Mengapa dia tiba-tiba ada di area steril orang umum? Seharusnya sudah diatur hanya mahasiswa yang berada di situ. Lalu mengapa juga media hanya mengekspose peristiwa pemukulan Ade Armando dan polisi yang sedang berpatroli, bukan kejadian mahasiswa yang juga dipukuli massa.
ADVERTISEMENT
Apa yang sedang diframing oleh media dan mengapa. Di sinilah perlunya mengawal aksi nasional ini agar tidak disusupi dan ditunggangi pihak yang tidak berkepentingan.
***
Negeri ini memang dirundung masalah. Jujur saja rezim sedang tidak baik-baik saja. Dengan kekritisan nalarnya, mahasiswa mengendus ada yang tidak beres pada rezim ini, sehingga akhirnya membuat mereka bergerak. Mereka sadar kebijakan yang dikeluarkan pemerintah menzalimi rakyat.
Ketika menemukan sebuah masalah maka bergerak untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah jawaban yang tepat. Pergerakan ini sebenarnya adalah hal yang positif. Hanya saja suatu aksi yang menginginkan sebuah perubahan harus juga dicermati.
Supaya ketika ada pihak yang berusaha menunggangi aksi, mahasiswa bisa langsung aktif bereaksi sehingga tujuan pergerakan tetap tercapai. Mahasiswa harus paham betul sebenarnya perubahan seperti apa yang diinginkan agar masalah terpecahkan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Tuntutan mahasiswa soal kenaikan harga pada barang pokok, pertamax juga pajak PPN ini semestinya juga harus dicari apa akar masalahnya dulu. Mengapa pemerintah dalam memperbaiki kondisi ekonomi negara hanya memberi dua opsi, yakni berhutang atau menaikkan pajak? Tidak adakah pilihan yang ketiga dan seterusnya yang notabene tidak memberatkan rakyat.
Untuk persoalan naiknya harga barang-barang pokok yang diawali dengan minyak goreng, sampai detik ini negara agaknya ogah-ogahan untuk mengungkap siapa mafia biang keladinya. Wajar jika rakyat curiga ada “perselingkuhan” antara penguasa dan pengusaha.
Sedangkan untuk kenaikan harga komoditi lainnya negara juga tidak memberi solusi yang tepat. Hanya menyalahkan momen puasa atau hari raya, hukum permintaan dan penawaran yang alami terjadi pada momen tertentu. Ketika ada momen yang sudah menjadi siklus tahunan, apakah memang kenaikan harga tidak bisa diatasi dan pasrah saja dengan hukum alamiahnya?
ADVERTISEMENT
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam kapitalisme, APBN akan sangat bergantung pada sektor pajak dan utang. Komponen lain memang masih ada seperti migas, kereta api, pariwisata, kesehatan, dividen BUMN, obligasi dan lain sebagainya yang jumlahnya tidak begitu besar dibandingkan dengan pajak.
Karena kedua komponen tersebut menjadi primadona pemasukan negara, maka wajar jika menilik utang Negara yang tembus tujuh ribu triliun rupiah, akhirnya memilih untuk menaikkan pajak PPn sebesar 11%. Sedangkan pajak untuk orang-orang kaya juga dinaikkan menjadi 35%.
Sebagai negara kepulauan dengan Sumber Daya Alam (SDA) berlimpah, Indonesia merupakan negara pemilik minyak, batu bara, gas alam, emas, nikel, tembaga dan berbagai komoditas lain yang diminati pasar internasional. Jika seluruh kekayaan alam dicairkan dalam bentuk uang, Indonesia diperkirakan memiliki aset hingga mencapai 200 ribu triliun rupiah (djkn.kemenkeu.go.id).
ADVERTISEMENT
Jika berhitung dari SDA yang begitu besar maka utang Indonesia yang “hanya” 7 ribu triliun juga pasti dapat segera dilunasi. Kebutuhan dasar rakyat akan sembako, pendidikan, kesehatan, dan energi murah juga mudah untuk direalisasikan. Sayangnya, pemerintah lebih suka “menggadaikan” SDA yang dipunya ke pihak swasta lokal, aseng maupun asing. Sehingga potensi besar pemasukan negara ini tidak dilirik untuk mengatasi beban ekonomi negara.
***
Itu hanya secuil gambaran episode kebobrokan kapitalisme yang harus segera disingkirkan. Masih banyak dampak buruk dari kapitalisme. Dan seharusnya mahasiswa dan rakyat juga harus paham hal ini. Butuh sebuah sistem pengganti yang tidak lagi menzalimi rakyat. Bahkan bisa memberikan kesejahteraan pada umat secara menyeluruh.
Dengan spirit takwa di dalam bulan Ramadhan ini semestinya kita juga memilih sebuah sistem yang berasal dari Sang Maha Pengatur hidup manusia, yaitu syariat Islam. Di mana ekonomi Islam dengan tegas membagi kepemilikan menjadi tiga bagian. Yakni kepemilikan umum, negara dan individu.
ADVERTISEMENT
Bahan tambang dan sumber daya alam yang menguasai hajat hidup rakyat banyak di dalam sistem ekonomi Islam masuk dalam kategori kepemilikan umum. Di mana negara akan mengelola penuh komoditas tersebut, dan hasilnya diberikan kembali untuk rakyat. Pihak swasta mana pun tidak punya hak untuk memilikinya barang secuil pun. Karena itu adalah milik umum. Sehingga rakyat akan bisa menikmati apa yang sudah menjadi haknya. Keadilan dan kesejahteraan akan dirasakan oleh rakyat.
Persepsi bahwa negara adalah pelayan umat selalu hadir dalam Islam, bukan sekadar wasit atau pengawas. Sehingga jika kondisi panen raya atau produksi berlimpah maka negara bisa menyimpannya pada suatu tempat dengan teknologi canggihnya. Dan apabila dibutuhkan di masa tertentu bisa segera dikeluarkan, misal di momen puasa, hari raya, dan masa paceklik. Hasilnya rakyat akan mengalami barang-barang dengan harga yang melambung terlalu tinggi.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian maka sudah sepatutnya mahasiswa dan rakyat yang mengawal harus paham perubahan ini harus tuntas, di mana tidak lagi menyiasakan pada solusi tambal sulam. Perubahan ini harus benar-benar dikawal menuju perubahan sistem. Yaitu meraih kesejahteraan hakiki dalam sistem ilahi. Semoga spirit Ramadhan bisa ikut menggugah kesadaran mahasiswa dan rakyat menuju ke sana. Wallahu a’lam bishowab.