Konten dari Pengguna

Kuliah Masih Dianggap Tertiary Education Di Indonesia? Kok Bisa?

Nisa Muntafingah
Mahasiswa di Universitas Airlangga
29 Mei 2024 9:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nisa Muntafingah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(foto : istockphoto.com)
zoom-in-whitePerbesar
(foto : istockphoto.com)
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini sedang ramai diperbincangkan terkait kenaikan uang kuliah tunggal (UKT) pada beberapa perguruan tinggi. Hal itu membuat Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek yaitu Tjitjik Sri Tjahjandarie menyampaikan pernyataan bahwa pendidikan tinggi adalah tertiary education.
ADVERTISEMENT
“Pendidikan tinggi adalah tertiary education, jadi bukan wajib belajar. Artinya, tidak seluruhnya lulusan SLTA/SMK itu wajib masuk perguruan tinggi. Itu sifatnya adalah pilihan.” kata Tjitjik dalam menanggapi polemik kenaikan UKT.
Pernyataan Tjitjik banyak menuai pro dan kontra. Salah satu tokoh yang ikut bersuara masalah ini yaitu Wakil Presiden Republik Indonesia, Ma’ruf Amin. Beliau mengatakan, “Ya, tersier itu kan dalam arti bahwa tidak semua orang harus masuk perguruan tinggi, tapi tidak berarti tidak penting. Nah kan begitu kan? Mungkin istilah-istilah yang menjadi istilah ini menjadi perdebatan.” kata Ma’ruf seusai acara pengukuhan KDEKS di Mamuju, Sulawesi Barat, Rabu (22/5/2024).
Pandangan bahwa menempuh pendidikan tinggi merupakan kebutuhan tersier atau suatu kemewahan adalah persepsi yang sepatutnya tidak diucapkan oleh pengelola pendidikan tinggi selevel Kemendikbudristek. Ini sama halnya dengan mengatakan tidak pentingnya peran pendidikan tinggi dalam pembangunan individu dan bangsa, terutama bagi kaum yang kurang mampu.
ADVERTISEMENT
Menempuh pendidikan di perguruan tinggi sepatutnya harus dipandang sebagai kebutuhan yang penting, bukan kebutuhan mewah. Pendidikan adalah hak asasi manusia pada level masyarakat manapun. Pendidikan tinggi mendapatkan peran krusial dalam membentuk masa depan individu dan masyarakat. Seiring perkembangan zaman, tuntutan terhadap keterampilan dan pengetahuan juga semakin bertambah.
Selain berperan dalam pengembangan keterampilan dan pengetahuan, pendidikan tinggi juga bisa meningkatkan kualitas hidup, pembangunan masyarakat yang lebih baik, dan pengentasan kemiskinan. Pendidikan tinggi merupakan salah satu cara efektif untuk mengurangi kemiskinan. Dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh, individu dapat memperoleh pekerjaan yang stabil dan menafkahi keluarganya dengan lebih baik. Hal ini menciptakan efek domino positif bagi perekonomian secara keseluruhan.
Pendidikan tinggi merupakan investasi penting bagi individu dan masyarakat. Manfaat yang ditawarkan tidak hanya mencakup aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial, budaya, dan medis. Oleh karena itu, akses terhadap pendidikan tinggi harus terus diperluas dan ditingkatkan untuk memastikan bahwa setiap individu mempunyai kesempatan untuk membangun masa depan yang lebih baik dan berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat yang lebih maju dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Penulis : Nisa Muntafingah mahasiswa Universitas Airlangga