Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Photo Story Pasar Tradisional vs Pasar Modern
16 Februari 2022 11:48 WIB
Diperbarui 7 Desember 2023 19:00 WIB
Tulisan dari Nisa Nurazizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sampai sekarang masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa pasar tradisional adalah pasar yang identik dengan ketidaknyamanan karena tempatnya yang kumuh, tidak teratur atau tertata, becek ketika hujan, penuh polusi dan lain-lain. Makanya, sebagian masyarakat masih lebih senang berbelanja di pasar modern atau supermarket yang terkesan lebih bersih, sejuk karena ber-AC, barang-barang yang dijual pun tertata rapi sesuai jenisnya, ditambah lagi dengan karyawan yang ramah dan bernampilan rapi. ”Saya senang karena bisa menikmati suasana yang nyaman dan fresh sambil berbelanja”, kata Alya (22), pengunjung Naga Swalayan.
ADVERTISEMENT
Namun, gambaran bahwa pasar tradisional penuh dengan ketidaknyamanan seperti di atas tidaklah sepenuhnya benar. Kini sudah banyak pasar tradisional yang mengalami revitalisasi sehingga lebih bersih, lebih tertata rapi, dan tidak becek sewaktu hujan karena lokasinya sudah berada dalam gedung. Meski tidak sesejuk, sebersih, dan “sekinclong” pasar modern (supermarket), tapi keunggulan dan keotentikan pasar tradisonal tidak pernah terkalahkan.
Lia Bukit (49), seorang pedagang pasar tradisional di Depok menyebut keunggulan pasar tradisional yang menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari- hari lebih lengkap dan fresh. Adapun Kurniasih (47), salah satu pembeli di pasar Rakyat Cisalak mengatakan bahwa dari segi harga dan sistem jual-beli, pasar tradisional lebih unggul dibanding pasar modern (supermarket). Harga barang-barang yang dijual di pasar tradisional tentu lebih murah (miring) karena tidak dibebani pajak yang tinggi seperti halnya di supermarket. Ditambah lagi dengan sistem tranksaksi antara penjual dan pembeli yang dilakukan secara langsung tanpa perantara. Ini memungkinkan adanya tawar menawar yang lebih bebas, dan membuat harga bisa semakin lebih rendah. Berbeda dengan pasar modern, setiap barang yang dijual sudah ada label harga yang tetap sehingga pembeli tidak dapat menawar harga yang lebih rendah lagi.
ADVERTISEMENT
Ciri khas atau keotentikan lain sistem jual beli di pasar tradisional juga dapat dilihat ketika pembeli berniat membeli daging. Di pasar tradisonal, pembeli dapat memilih kondisi daging sesuai keinginannya, lalu penjual memotong daging sesuai pilihan dan arahan pembeli. Hal itu sulit terjadi di supermarket karena seringkali daging sudah dalam keadaan terpotong, atau bahkan sudah dikemas dalam styrofoam.
Dengan fakta- fakta di atas, keberadaan pasar tradisional masih akan terus diharapkan oleh masyarakat, terutama kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah. Selama kehadirannya masih menguntungkan dari segi harga dan kualitas bahan makanan yang lebih fresh, eksistensi pasar tradisional tidak akan pernah tergusur oleh menjamurnya pasar modern. Selain itu, keotentikan sebuah pasar yang hanya dimiliki pasar tradisional, seperti budaya tawar menawar dan interaksi hangat antara penjual dan pembeli, tidak mungkin tergantikan oleh keberadaan pasar modern yang terkesan “kaku” dalam bertransaksi.
ADVERTISEMENT