Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Uniknya Khotbah Jumat di Brunei
18 Maret 2021 10:55 WIB
Diperbarui 8 April 2021 9:47 WIB
Tulisan dari Nur Janna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Suatu siang di minggu-minggu awal kedatangan saya ke Brunei , suami saya pulang salat Jumat sambil berkomentar, “Salat di sini khotbahnya kurang seru, tapi adem. Soalnya, isinya hanya tentang Brunei aja.” Saya jadi terpancing untuk berdiskusi lebih jauh tentang statement barusan. Memang khotbah salat Jumat di Indonesia, khususnya Jakarta, seperti apa?
ADVERTISEMENT
Di suatu artikel yang saya baca, khotbah Jumat - khususnya di Jakarta - kerap dijadikan sebagai penyampaian pandangan politik dan ideologi. Kejadian ini ternyata sudah lama terjadi, bahkan sebelum insiden surat Al-Maidah 51. Menjelang pemilihan umum, khotbah jumat sering membawa agenda-agenda politik khatibnya.
Mengutip dari artikel tersebut, gejala penggunaan khotbah untuk kepentingan politik dan ideologi tertentu - khususnya kelompok garis keras - mulai marak sejak paskareformasi 1998. Karena di masa pemerintahan Soeharto, kelompok itu tidak memiliki ruang untuk melebarkan sayap.
Di sini saya tidak akan membahas benar atau salahnya sebuah khotbah Jumat membawa agenda politik dan ideologi. Namun, suami mengatakan bahwa ia tidak nyaman saat ada agenda tersebut di dalam khotbah Jumat. Karena menurutnya, khotbah itu sudah masuk ranah politik praktis. Khatib, dengan lantang berani menyebut nama tokoh yang diusung atau dibencinya, atau menggiring opini jemaah untuk meyakini sebuah ideologi yang diyakininya. Sampai sini saya paham mengapa suami mengeluarkan kata ‘adem’ dalam statement-nya.
ADVERTISEMENT
Di Brunei, khotbah Jumat tidak bisa ‘terserah’ khatib. Draf khotbah harus melalui atau berasal dari Jabatan Hal Ehwal Mesjid, Kementerian Hal Ehwal Ugama Negara Brunei Darussalam (Kementerian Agama Brunei). Draf itu harus sudah ada satu minggu sebelum salat Jumat berikutnya. Setelah draf disetujui, seluruh mesjid di Brunei harus membacakannya. Iya, seluruh mesjid, tanpa terkecuali. Artinya, jangankan membawa-bawa politik dan ideologi, kata-kata yang tidak baku pun tidak akan ditemukan dalam khotbah Jumat di Brunei.
Hal menarik lainnya adalah, draf khotbah juga boleh dikeluarkan oleh kementerian atau lembaga negara lainnya. Sebagai contoh, salah satu kawan di Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan (Kementerian Pemuda dan Olahraga Brunei), mengatakan kalau kantornya telah booking jadwal khotbah untuk Hari Kebangsaan Brunei pada bulan Mei dengan tema ‘keluarga.’ Suami saya bahkan pernah mendengar khotbah Jumat yang mengajak jemaah untuk berhati-hati dalam berkendara dan agar mengikuti peraturan lalu-lintas. Pernah juga tentang perekonomian Brunei yang disusun oleh Kementerian Kewangan dan Ekonomi.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya bersifat informatif, khotbah Jumat di Brunei pun juga memiliki sifat mengedukasi. Menurut suami, ia kerap mendengar khotbah mengenai kisah nabi atau sejarah Brunei. Dari kedua hal tersebut, bisa dikatakan bahwa khotbah Jumat di Brunei bertujuan sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah dalam memberikan informasi dan edukasi.
Wait, berarti cuma laki-laki doang dong, yang bisa mendapatkan informasi dan edukasi tersebut?
Ini keunikan lainnya. Di Brunei, setelah salat Jumat selesai, isi khotbah tersebut akan beredar di Pelita Brunei, salah satu surat kabar di Brunei. Selain itu juga akan beredar di akun media sosial milik kementerian/lembaga yang bersangkutan, yaitu berupa infografik dari isi khotbah dan dibuat dalam Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris.
Saya kira, di Indonesia tidak jauh berbeda. Saya melihat di youtube, banyak juga khotbah-khotbah Jumat yang berisikan tentang informasi dan edukasi. Hanya saja, karena tidak ada satu lembaga yang khusus mengatur tentang khotbah Jumat, setiap orang bebas berbicara dan menyampaikan agendanya. Menurut saya, suami saya hanya sedang apes saja pernah mendengar khotbah yang sifatnya mempengaruhi pilihan politik dan ideologi.