Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Undip Adakan Literasi Digital: Cegah Anak Usia Dini dari Paparan Konten Negatif
20 Oktober 2022 10:36 WIB
Tulisan dari Mufid H tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
SEMARANG – Kehadiran media baru dengan teknologi yang semakin maju di era digital menyisakan segenap kecemasan bagi para orang tua. Pasalnya, hasil riset ECPAT (End Child Prostitution, Child Pornography and Trafficking of Children of Sexual Purposes) tahun 2017 menunjukkan tingkat paparan pornografi yang tinggi di kalangan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Diketahui, rata-rata dari mereka mengakses konten tersebut melalui ponsel pintar. Lebih lanjut, Komisi Anak Indonesia (KPAI) juga mencatat sebanyak 97% anak SMA terindikasi pernah mengakses konten pornografi melalui internet.
Melihat fenomena yang sedang terjadi, sejumlah dosen Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro terdorong untuk mengadakan pengabdian masyarakat berupa penyuluhan dengan mengusung tema litersi digital, kepada anak-anak serta wali murid Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi Tembalang.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari guru TK Pertiwi, salah satunya Bu Yoto, ia juga mencemaskan dan ingin mencari solusi atas fenomena yang menimpa bocah seusia anak didiknya.
Agus Naryoso, selaku dosen ilmu komunikasi, mengingatkan pentingnya membangun komunikasi yang tepat dengan anak. Melarang anak menyentuh gadget sama sekali bukan cara yang efektif. Perlu strategi lain agar anak bisa teralihkan pikirannya dengan menawarkan kegiatan positif yang ada di lingkungan terdekatnya.
ADVERTISEMENT
“Kami memang tidak memiliki kompetensi khusus di bidang ini. Oleh karena itu, tadi saat sharing dengan para orang tua murid, dari mereka-lah kemudian muncul gagasan yang cemerlang,” ujar Dr. Adi Nugroho, M.Si, perwakilan dosen yang ikut serta memberikan materi.
Bu Juni, salah seorang wali murid membagikan ceritanya dalam upaya mengurangi intensitas interaksi anak dengan gadget. Sebelum memberikan izin, Bu Juni mewajibkan anak-anaknya melaksanakan kegiatan yang penting untuk dilakukan. Alhasil, mereka bisa membagi waktu untuk mengaji di mushola, belajar, dan mengerjakan PR secara teratur. Ponsel digunakan secukupnya didampingi pengawasan yang ketat dari orang tua.
Upaya Preventif
Berkaitan dengan literasi digitial, Agus Naryoso menerangkan beberapa alternatif, seperti membatasi akses anak pada konten yang sesuai untuk umurnya, memonitor perilaku anak, serta memberi edukasi dan pemahaman anak untuk hanya mengakses konten sesuai umurnya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, para dosen ilmu komunikasi meminta sekolah untuk mulai memperkenalkan siswanya dengan permainan-permainan edukatif non gadget, seperti permainan tradisional yang terbukti dapat melatih kemampuan motorik, sensorik, dan interaksi sosial pada anak.
Kemudian, guru bisa mencoba memberikan contoh konten-konten edukatif di internet namun tetap menghibur bagi mereka. Jika anak-anak secara konsisten memiliki rekam aktivitas positif dalam menggunakan gadget, diharapkan mereka akan terbiasa dan sadar dengan sendirinya memilih kira-kira mana konten yang baik untuk mereka tonton dan mana yang tidak.
Membangun pola pikir anak sejak dini merupakan tanggung jawab orang tua dan guru sebagai pembimbing di rumah maupun di sekolah. Anak tidak hanya cukup diajarkan pelajaran formal melainkan juga pemahaman terhadap pendidikan moral, etika, dan agama.
ADVERTISEMENT
Tentu hal demikian bukanlah proses yang instan. Dibutuhkan jangka waktu yang lama untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan hingga benar-benar tertancap di otak anak.
Penyuluhan mengenai literasi digital merupakan langkah awal, selanjutnya diperlukan tindakan nyata dari masing-masing pihak agar harapan dan cita-cita akan generasi yang bijak dalam bermedia dapat terwujud.
Kepala Sekolah TK Pertiwi, Ninik, S.Pd., berharap Undip dapat hadir kembali ke sekolahnya dengan pengabdian lanjutan, dengan membahas fenomena kekerasan pada anak yang akhir-akhir ini juga merisaukan dunia pendidikan.