Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Langkah Ilmuwan Pangan Membuat Inovasi Produk Pangan Kurangi Food Lose & Waste
12 November 2023 15:53 WIB
Tulisan dari Nova Gress Hotma Tampubolon tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jika anda adalah seorang produsen hasil produk pangan, pastinya Anda ingin agar produk pangan tersebut memiliki umur simpan yang panjang sehingga penjualan dapat meningkat, bukan? Nah di sinilah peranan bagaimana Ilmuwan pangan menyelesaikan masalah tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut Laporan Bappenas 2021, selama 2001 – 2020 jumlah buah dan sayuran selama proses pemanenan, pengangkutan, dan pengawetan dipengaruhi atau dirusak oleh serangga dan mikroorganisme hingga mencapai angka 165 – 183 kg per kapita/tahun Inilah yang menyebabkan banyaknya kasus food lose dan food waste di Indonesia.
Tantangan utama bagi ilmu pangan adalah menyelesaikan banyaknya kasus limbah pangan (food waste dan food lose)sekaligus menyediakan produk serta layanan pertanian yang memadai.
Oleh karena itu, pengembangan strategi pelestarian makanan dan pengelolaan limbah menjadi sangat penting. Terinspirasi oleh meningkatnya kepedulian terhadap keselamatan lingkungan dan kesehatan, berbagai ilmuwan dari ilmu pangan telah memfokuskan penelitian mereka pada metode berbeda untuk mengembangkan kemasan biodegradable yang aman dan andal.
ADVERTISEMENT
Salah satu pengembangan penelitian yang dilakukan oleh para penelitian ilmu pangan Di antaranya, yaitu Edible film.
Apa itu edible film?
Edible film adalah sebuah lapisan yang dapat dimakan dan digunakan sebagai bahan apa pun untuk melapisi atau membungkus berbagai makanan untuk memperpanjang umur simpan produk.
Pada artikel ini, kemasan yang dapat dimakan (edible) film dan pelapis yang dapat dimakan untuk buah-buahan dan sayuran yang dapat menawarkan solusi langkah-langkah pengawetan untuk memenuhi kebutuhan dan pengelolaan produk pangan yang dihasilkan dari pertanian di Indonesia.
Inovasi edible film ini pun semakin dikembangkan sebagai bahan kemasan makanan berbasis polimer yang dapat terbiodegradasi dan sudah mendapat perhatian besar dari industri makanan karena sifatnya yang terbarukan dan ramah lingkungan (Hassan, Chatha, Hussain, Zia & Akhtar, 2018).
Ilmuwan pangan di Indonesia kemudian memperkembangkan kemasan edible film ini dengan menggabungkan berbagai bahan tambahan, seperti agen antimikroba, antioksidan, nutrisi, dan pewarna, dan lainnya. Bahan aktif tersebut dapat meningkatkan kualitas makanan serta umur simpan produk dengan membatasi perkembangbiakan mikroba . Di antaranya, penyertaan agen antimikroba ke dalamedible film berbasis biopolimer merupakan salah satu kemajuan signifikan dalam teknologi pengemasan makanan aktif (Abdollahi, Rezaei & Farzi, 2020).
ADVERTISEMENT
Sebenarnya apa yang membuat para Ilmuwan pangan di Indonesia mengembangkan penelitian edible film sebagai pelapis di produk pangan?
Lalu, apa saja manfaat dari penambahan senyawa antimikroba ke dalam edible film? dengan penggunaan peptida antimikroba ataupun nanopartikel dalam kemasan tidak hanya membantu mencegah perubahan yang tidak diinginkan pada makanan seperti rasa tidak enak, perubahan warna, atau terjadinya penyakit bawaan makanan, namun juga memastikan pelepasan terkontrol dalam jangka waktu lama untuk meningkatkan kualitas makanan.
Pengembangan sistem pengemasan makanan yang cerdas berdasarkan nanoteknologi memberikan peningkatan efisiensi sistem dan keamanan pangan yang lebih baik dengan melokalisasi, penginderaan, pelaporan, dan kendali jarak jauh bahan makanan selain meningkatkan kualitas nutraceutical makanan melalui sistem pengiriman berbasis nano.
Dengan memperhatikan tren industri makanan dan pengemasan saat ini, penyelidikan lebih lanjut dapat ditujukan untuk mengidentifikasi dan memahami interaksi sinergis antara berbagai agen bioaktif, memeriksa interaksinya antara komponen makanan dan nanocarrier antimikroba dalam satu sistem pengemasan.
ADVERTISEMENT