Konten dari Pengguna

Mereka yang Tak Terlihat

Nur Afiah
INFJ yang suka-suka menulis, suka-suka membaca
20 Oktober 2022 21:45 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Afiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bisa melihat mereka yang tidak bisa dilihat manusia, benar-benar memiliki sensasi tersendiri. Parahnya, mereka tidak segan hadir di dalam mimpi. 
ADVERTISEMENT
Aku memiliki ketakutan saat memejamkan mata. Terkadang, baru saja mata terpejam. Mereka sudah berhasil menguasai alam bawah sadarku. Makanya, jika tidak benar-benar mengantuk, aku akan terus terjaga. Meski terkadang ada untungnya juga kehadiran mereka yang datang sebenarnya membawa kabar. 
Hal itu pernah terjadi saat pertama kali menempati rumah baruku. Kejadiannya sudah sepuluh tahun lalu. Kami sekeluarga pindah ke rumah yang ayah beli. Rumah tersebut awalnya rumah untuk istri kedua teman ayahku, tetapi pada akhirnya teman ayahku berniat menyatukan kedua istrinya dengan tinggal serumah. Rumah tersebut juga dekat dengan sekolahku. 
Baru tinggal sekitar satu bulan, kami sering kali kehilangan uang. Tidak banyak, memang. Namun, sering kali uang tersebut hilang membuat kami menjadi saling curiga. Apalagi adik yang pernah sekali mencuri uang ibuku saat di rumah lama. Bukan hanya uang saja yang tiba-tiba hilang, tetapi gelas yang disimpan di lemari ketika akan digunakan sudah raib begitu saja. 
ADVERTISEMENT
Kami sama sekali tidak pernah berpikir jika keanehan yang terjadi di rumah karena ulah makhluk tidak kasar mata. Namun, saat libur sekolah, aku iseng tidur di kamar orang tuaku. Baru saja memejamkan mata, dari bawah kolong tempat tidur terdengar suara gaduh. Berisik sekali. 
Mungkin jika dihitung jumlahnya akan lebih dari sepuluh orang. Apa aku bisa bangun? Tidak! 
Tubuhku seketika kaku, membuka mata saja aku tidak bisa. Saat seperti itu rasanya aku sedang diajak masuk ke dunia mereka. Masih begitu sadar dengan apa yang kulihat. Namun, saat berhasil menguasai diri dengan terus berdoa di dalam hati, akhirnya tubuh yang kaku bisa digerakkan dan aku bisa membuka mata. 
Karena rasa penasaran yang besar, keesokan harinya aku kembali mencoba tidur siang di kamar orang tuaku lagi. Namun, kali ini aku sengaja menggunakan selimut. Benar saja, baru saja mata terpejam, tubuhku sudah mulai kaku lagi. Suara berisik itu datang lagi, bahkan mereka saling berebut untuk menarik selimut yang kugunakan. 
ADVERTISEMENT
Sampai hari kedua itu, aku sama sekali tidak mengetahui wujud mereka bagaimana. Namun yang jelas, mereka tahu kalau aku bisa merasakan kehadiran mereka. Bahkan salah satu dari mereka pernah berbisik lirih di telingaku. "Jangan takut!" 
Setelah berhasil menguasai diri, aku kembali sadar bangun dari tidurku itu. Kejadian dua hari berturut-turut itu berhasil membuatku takut untuk tidur di kamar orang tuaku. Aku pun tidak berani mengatakan apa yang kualami kepada mereka. 
Mereka pasti tidak akan percaya, meski mereka juga tahu jika aku memiliki kemampuan untuk mengetahui kehadiran mereka.
Sejak kejadian itu, sudah sebulan kami tidak pernah lagi kehilangan uang. Bahkan aku pun tidak pernah lagi didatangi oleh mereka lewat mimpi, meski aku masih trauma dan tidak berani untuk tidur di kamar kedua orang tuanya. 
ADVERTISEMENT
Saat nenekku datang berkunjung, ternyata kami kembali mengalami kejadian uang yang tiba-tiba hilang. Meski hanya sepuluh ribu atau dua puluh ribu saja. Namun itu sering. Kejadian itu pun menimpa nenekku, uang yang dia simpan di dompet hilang, tidak banyak memang. 
Saat itu nenek hanya berkata jika beliau merasakan memang ada yang masuk ke kamar dan mengambil uangnya. Aku pun kembali penasaran, jika ternyata mereka yang datang ke dalam mimpi itu ada hubungannya dengan uang yang sering hilang. 
Saat libur sekolah akhirnya aku kembali memberanikan diri untuk tidur siang di kamar orang tuaku. Ternyata kejadian itu kembali berulang. 
Aku yang baru saja memejamkan mata, kembali merasakan kehadiran mereka yang keluar dari kolong tempat tidur. Mereka bekerja berisik. Namun, tetap saja tidak mau menampakkan diri. 
ADVERTISEMENT
Setelah bisa menguasai diri dengan terus berdoa, aku akhirnya terbangun. Saat tidur tadi kurasakan jika selimut yang aku gunakan mereka tarik sampai terjatuh. Bahkan tubuhku kedinginan, tetapi ketika membuka mata selimutnya tetap menutupi sebagian tubuhku. 
Setelah kejadian itu, rasa takut dalam diriku menguap. Aku makin penasaran saat tiba-tiba saja orang tuaku mengatakan jika uang dua puluh ribu yang ditaruh di lemari kayu hilang. Rasa penasaran membuatku kembali memberanikan diri tidur di kamar mereka saat siang hari. 
Selama tiga hari berturut-turut, hanya selalu kejadian yang sama berulang kembali. Aku hampir menyerah, tetapi hari keempat aku memberanikan diri untuk tidur di kamar orang tuaku. Aku bisa merasakan kehadiran mereka. 
ADVERTISEMENT
Awalnya seperti biasa, aku diajak masuk ke dalam dimensi mereka. Saat itu, lemari kayu dibuka oleh seorang ibu dengan rambut panjang sampai pinggang, rambutnya keriting dan seorang anak perempuan. Entahlah, mungkin usianya sekitar 8 tahun. Mereka membuka pintu lemari dan menimbulkan suara derit. 
Saat itu aku dengar jelas suara girang gadis kecil yang wajahnya tidak terlihat. Dia berseru senang, "Ada uang, ibu. Ayo ambil!" Yang membuatku terkejut jumlah uang yang mereka ambil sama dengan jumlah uang yang hilang. Dua puluh ribu. 
Meski ingin melihat wajah mereka, aku sama sekali tidak bisa melihatnya. Setelah mereka berhasil mengambil uang, kulihat mereka masuk ke kolong tempat tidur. Entah apa yang mereka lakukan di sana. Suara berisik terdengar lagi. Mereka berebut menarik selimutku. Terdengar bisik-bisik dari mereka jika kedinginan. 
ADVERTISEMENT
Aku yang masih berusaha untuk tersadar sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuh. Seorang pria jangkung dengan dua orang yang memperlihatkan wujud mereka itu datang lagi, mereka keluar dari kolong tempat tidur. Menatapku tajam. 
Aku sama sekali tidak bisa melihat wajah mereka dengan jelas. Aku tahu tubuhku tertidur, tetapi yang jelas saat itu ruhku benar-benar dibawa ke alam mereka. 
"Kamu bisa melihat kami sekarang," ucap pria bertubuh jangkung itu sambil menggendong gadis kecil yang rambutnya terurai panjang. 
Aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Dia kembali berbicara, "Itu kemauan kamu dan kamu menurutinya!" 
Gila saja. Bahkan mereka mengetahui keinginanku dan akhirnya mereka kabulkan. Memang sih, yang kulihat mereka tidak sedang. Hanya saja seluruh tubuh mereka seperti saat abu-abu. Pucat. Tubuh mereka tidak padat dan semacam gas yang membentuk gumpalan tubuh manusia. Parah ga anak kecil itu tersenyum ke arahku meski samar-samar terlihat. 
ADVERTISEMENT
Aku sudah tidak kuat. Tubuhku rasanya sudah menggigil karena terlalu lama, biasanya aku hanya butuh waktu 5 menit saja untuk bisa sadar, tetapi saat ini sudah terlalu lama. 
Saat itu mereka tidak mengatakan apa-apa. Mereka tidak kembali masuk ke kolong tempat tidur melainkan berjalan keluar melalui pintu kamar. Namun, saat berada di ambang pintu mereka menatapku dan melambaikan tangan. Mereka bahkan mengatakan tidak akan lagi datang dan mencuri uang-uang di rumahku. 
Benar saja, setelah kepergian mereka aku bisa menguasai diri dan tersadar. Setelah kejadian itu aku memberanikan diri cerita ke ibu yang ternyata mengatakan jika dia juga tahu memang ada sosok yang melakukannya.