Konten dari Pengguna

Kesepian di Tengah Keramaian: Alasan di Balik Pilihan Childfree

Nurfatin Sania
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16 Desember 2024 17:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurfatin Sania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.freepik.com/free-ai-image/portrait-sad-young-student-getting-bullied-school_169089259.htm#fromView=search&page=2&position=25&uuid=7762f796-b0d2-4419-834b-17c1f25d1482
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-ai-image/portrait-sad-young-student-getting-bullied-school_169089259.htm#fromView=search&page=2&position=25&uuid=7762f796-b0d2-4419-834b-17c1f25d1482
ADVERTISEMENT
Fenomena childfree atau keputusan untuk tidak memiliki anak di Indonesia telah menjadi diskusi yang hangat, terutama di tengah masyarakat dengan norma tradisional yang menempatkan anak sebagai inti keluarga. Dalam konteks ini, childfree diartikan sebagai keputusan sukarela untuk tidak memiliki anak, baik secara biologis maupun adopsi. Artikel ini membahas alasan di balik pilihan ini dengan mengacu pada penelitian ilmiah dan jurnal akademik terkait.
ADVERTISEMENT

1. Perubahan Gaya Hidup dan Prioritas Pribadi

Keputusan untuk tidak memiliki anak sering kali berakar dari perubahan gaya hidup generasi muda, khususnya milenial dan Gen Z. Dalam studi yang dilakukan oleh Rahmatulloh (2022) dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, terungkap bahwa banyak individu yang memilih childfree demi kebebasan menjalani hidup sesuai keinginan mereka. Alasan ini mencakup keinginan untuk fokus pada karier, pendidikan, perjalanan, atau hobi yang memerlukan komitmen waktu dan finansial yang tinggi.
Studi tersebut juga menyoroti bahwa dalam masyarakat modern, banyak pasangan merasa bahwa memiliki anak bukan lagi kewajiban melainkan pilihan. Mereka cenderung mengutamakan kebahagiaan pribadi, yang sering kali didefinisikan oleh pencapaian individu, bukan oleh keberhasilan membangun keluarga tradisional.
ADVERTISEMENT

2. Faktor Ekonomi: Ketidakstabilan dan Biaya Hidup

Dikutip dari Detik.com; Seseorang mungkin belum punya anak karena merasa belum siap untuk membesarkan anak. Mungkin secara mental ia belum siap untuk mendidik anak, secara finansial belum siap untuk membiayai kebutuhan sehari-hari ataupun sekolah anak, dan secara sosial belum siap untuk merawat anak.
Faktor ekonomi adalah salah satu alasan utama yang diungkapkan dalam berbagai penelitian. Studi oleh Alfa Syahriar (2023) dari Universitas Islam Nusantara menyoroti bahwa tingginya biaya hidup dan pendidikan di Indonesia menjadi hambatan signifikan bagi pasangan muda untuk memutuskan memiliki anak. Mereka yang memilih childfree cenderung merasa tidak mampu memberikan kehidupan yang layak bagi anak di tengah tekanan ekonomi yang terus meningkat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, data dari studi Rahmatulloh juga menunjukkan bahwa pasangan childfree sering kali berfokus pada perencanaan finansial jangka panjang, seperti investasi, pensiun, dan pengembangan diri. Dengan demikian, keputusan ini didorong oleh keinginan untuk hidup dalam kestabilan ekonomi tanpa harus mengorbankan kualitas hidup mereka.

3. Trauma Masa Lalu dan Kesehatan Mental

https://www.freepik.com/free-photo/non-explicit-image-child-abuse_94965164.htm#fromView=search&page=1&position=38&uuid=f5808639-a62f-44c9-8b7d-122e12c1b9f1
Dalam penelitian oleh Universitas Gadjah Mada (2023), ditemukan bahwa beberapa individu memilih childfree karena pengalaman buruk di masa kecil, seperti kurangnya kasih sayang orang tua, kekerasan dalam rumah tangga, atau konflik keluarga. Trauma ini meninggalkan jejak mendalam yang membuat mereka merasa tidak siap atau tidak ingin mengulang pola yang sama dalam membesarkan anak.
Keputusan ini juga sering kali terkait dengan kesehatan mental. Sebagian besar responden dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa mereka merasa lebih tenang dan bebas dari tekanan dengan tidak memiliki anak, sehingga mereka dapat fokus pada kesejahteraan emosional mereka sendiri.
ADVERTISEMENT

4. Pandangan Medis dan Kesehatan

Beberapa pasangan memilih childfree karena alasan medis. Studi oleh Amaniy Rahmatulloh (2022) menjelaskan bahwa ada individu yang tidak dapat memiliki anak akibat kondisi kesehatan tertentu, seperti infertilitas atau risiko kehamilan yang berbahaya. Dalam kasus lain, keputusan ini juga diambil karena kekhawatiran terhadap perubahan fisik dan psikologis yang mungkin terjadi selama kehamilan.

5. Stigma Sosial: Tantangan yang Dihadapi

Meskipun banyak alasan rasional mendasari keputusan childfree, stigma sosial tetap menjadi tantangan besar. Di Indonesia, pandangan tradisional yang menempatkan anak sebagai simbol kesuksesan keluarga sering kali membuat pelaku childfree dianggap egois atau melawan norma agama dan budaya. Menurut studi oleh Alfa Syahriar (2023), tekanan ini dapat menciptakan konflik internal maupun eksternal, tetapi banyak pasangan tetap pada pilihan mereka demi mempertahankan kebahagiaan pribadi dan hubungan.
ADVERTISEMENT
Pilihan untuk menjadi childfree adalah keputusan kompleks yang melibatkan berbagai faktor, mulai dari ekonomi, kesehatan, hingga pengalaman pribadi. Meski sering kali menuai stigma, individu yang memilih jalur ini memiliki alasan yang mendalam dan sering kali terkait dengan upaya mencari kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih baik.
Referensi
1. Rahmatulloh, I. A. (2022). Fenomena Childfree dalam Perilaku Berkeluarga Era Milenial di Indonesia (Studi terhadap Komunitas Childfree Indonesia). UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Syahriar, A. (2023). Childfree dalam Perspektif Islam dan Sosial. Universitas Islam Nusantara.
3. Universitas Gadjah Mada. (2023). Di Balik Keputusan Childfree Berdasarkan Perspektif Perempuan.