Konten dari Pengguna

Kehidupan Putri Bungsu Kaisar Gwangmu, Putri Deokhye

Syavila Nur 'Aini
Mahasiswi Universitas Negeri Semarang
22 April 2022 12:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syavila Nur 'Aini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gyeonghuigung Palace (https://cdn.pixabay.com/photo/2016/08/05/05/46/republic-of-korea-1571641_1280.jpg)
zoom-in-whitePerbesar
Gyeonghuigung Palace (https://cdn.pixabay.com/photo/2016/08/05/05/46/republic-of-korea-1571641_1280.jpg)
ADVERTISEMENT
Putri Deokhye merupakan putri terakhir dari Dinasti Joseon,Putri Deokhye lahir pada tanggal 25 Mei 1912 di Changdeokgung, Seoul, ayahnya bernama Kaisar Gwangmu, beliau merupakan raja ke-26 Dinasti Joseon dan ibunya bernama Nyonya Bongnyeong.
ADVERTISEMENT
Pada saat usia belia, Putri Deokhye bertunangan dengan keponakan menteri yang bernama Kim Jang Han, pertunangan ini bertujuan untuk melindungi Putri Deokhye dari Jepang, sebab Kim Jang Han dikenal sebagai pemuda yang setia akan Dinasti Joseon, serta memiliki kepribadian yang baik.
Pada masa kepemimpinan Kaisar Gwangmu, Korea sedang berada di bawah kekuasaan Jepang. Namun, Kaisar Gwangmu menolak aneksasi dari pihak Jepang. Oleh karena itu, pihak Jepang berusaha menggulingkan kekuasaannya. Pada tahun 1919, Kaisar Gwangmu ditemukan tewas di kamarnya, diduga Kaisar Gwangmu tewas dibunuh oleh Jepang.
Semenjak meninggalnya Kaisar Gwangmu, kehidupan Putri Deokhye berubah drastis, Putri Deokhye memiliki pendirian yang sama seperti ayahnya, yaitu menolak untuk bekerjasama dengan Jepang.
Namun, pada tahun 1925, Putri Deokhye dipaksa oleh kekaisaran Jepang untuk pergi ke Jepang dengan dalih untuk melanjutkan pendidikan. Akhirnya Putri Deokhye berangkat ke jepang setelah mendapat persetujuan dari ibunya.
ADVERTISEMENT
Di Jepang, Putri Deokhye tinggal bersama dengan Pangeran Yeong yang merupakan kakak dari Putri Deokhye. Pada saat tinggal di Jepang, Putri Deokhye merasa tidak betah, ia ingin pulang ke Korea, namun kekaisaran Jepang tidak mengizinkannya.
Pada tahun 1929, ibunda dari Putri Deokhye meninggal dunia, Putri Deokhye merasa terpukul atas kematian ibunya, ia berusaha untuk pulang ke Korea, namun lagi-lagi tidak mendapatkan izin dari pihak Jepang.
Akibat dari semua peristiwa tragis yang dialaminya, Putri Deokhye menderita penyakit mental Demensia, yaitu penyakit yang ditandai dengan penurunan fungsi otak.
Pada tahun 1931, Putri Deokyeon dijodohkan oleh So Takeyuki, So Takeyuki merupakan anak dari Bangsawan Jepang, perjodohan antara Putri Deokhye dan So Takeyuki didasari dengan unsur paksaan, karena Putri Deokyeon tidak ingin menikah dengan orang Jepang.
ADVERTISEMENT
Akibat adanya perjodohan ini, semua rakyat Korea merasa dikhianati, pasalnya Putri Deokhye dikenal sebagai putri yang menjunjung tinggi kebebasan Korea. Akan tetapi, Putri Deokhye malah menikah dengan orang Jepang.
Dari pernikahannya dengan So Takeyuki, pada tanggal 24 Agustus 1932, Putri Deokhye melahirkan anak perempuan yang diberi nama So Masae.
Kehidupan rumah tangga Putri Deokhye dan So Takeyuki tidak berjalan mulus, sampai akhirnya saat Jepang kalah dalam Perang Dunia II, Jepang dipaksa untuk melepaskan daerah kolonialisme nya, termasuk Korea.
Dan pada tanggal 09 September 1945, Korea dinyatakan merdeka dari Jepang. Orang Korea berbondong-bondong untuk kembali ke tanah kelahirannya, Putri Deokhye yang mendengar kabar ini segera bergegas untuk kembali ke Korea.
Namun, nama Putri Deokhye masuk ke dalam daftar hitam orang yang dilarang masuk ke Korea, karena pemerintahan waktu itu takut jika dinasti kekaisaran Korea akan bangkit lagi.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, Putri Deokhye memutuskan untuk bercerai dengan So Takeyuki. Akibat perceraiannya, So Masae memutuskan untuk bunuh diri, selain dari perceraian orang tua nya, ditemukan fakta bahwa penyebab bunuh diri So Masae, dikarenakan ia memiliki penyakit Demesia sama seperti ibunya.
Setelah kematian putrinya, penyakit Demesia yang diderita Putri Deokhye semakin akut, disisa hidupnya Putri Deokhye dihabiskan untuk berobat.
Setelah hampir 30 tahun Putri Deokhye tinggal di Jepang, akhirnya pada tahun 1962 Putri Deokhye dapat kembali ke Korea, setelah mendapat undangan dari pemerintah Korea.
Hingga akhirnya, pada tanggal 21 April 1989 Putri Deokhye meninggal dunia di Balai Sugang, Istana Changdeok pada usia 76 tahun, kemudian Putri Deokhye dimakamkan di Hongryureung, Namyangju, dekat Seoul.
ADVERTISEMENT