Konten dari Pengguna

Cara Mencari Cinta Untuk Mencapai Kebijaksanaan Menurut Jalaluddin Rumi

Nurul Lailatul Husna
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
25 Desember 2024 9:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Lailatul Husna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Sufi Konya, Turkiye.(Sumber : https://www.pexels.com/id-id/foto/semazen-27139559/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sufi Konya, Turkiye.(Sumber : https://www.pexels.com/id-id/foto/semazen-27139559/)
Cinta seperti apa untuk menuju pada titik kebijaksanaan menurut seorang filsuf yang terkenal saat ini. Jalaluddin Rumi yang karyanya sangat fenomenal dengan kutipan yang telah menyebar di seluruh dunia. Salah satu kutipan yang membuat saya terdiam dan masih terus melekat dalam pikiran saya yaitu:
ADVERTISEMENT
"Jika karena rupa yang membuatmu jatuh cinta, lantas bagaimana kau mencintai Tuhanmu yang tak memiliki rupa." Ini salah satu saja yang membuat penikmat karyanya ikut masuk dalam dunianya yang penuh kebijaksanaan.
Jalaluddin Rumi adalah seorang penyair sufi Persia, lahir pada tahun 1207 di Balkh yang sekarang menjadi Afganistan dan meninggal 1273 di Konya Anatolia, Turki yang berada di bawah kekaisaran Saljuk saat itu. Ayahnya bernama Baharuddin Walad seorang da'i terkenal, fakih dan seorang sufi yang masih berketurunan dengan Abu Bakar menginginkan anaknya untuk menjadi sufi seperti dirinya.
Pertumbuhan spiritual Rumi mulai terlihat ketika usia muda, dia mendapatkan pendidikan langsung dari ayahnya selain itu juga Rumi dididik oleh para ulama terkemuka saat itu, termasuk Burhanuddin Muhaiqqiq yang menjadi gurunya setelah ayahnya wafat. Pendidikan yang didapatkan oleh Rumi menjadi fondasi penting bagi spiritual dan intelektualnya.
ADVERTISEMENT
Dalam hidupnya dia banyak menghasilkan karya - karya besar yang terus mempengaruhi pemikiran dari kehidupan banyak orang di seluruh dunia. Tidak hanya menjadi penyair yang terkenal, dia jua seorang guru spiritual yang mendalam untuk memandu manusia menuju cinta ilahi dengan makna kehidupan yang sejati. Sehingga karyanya terus menjadi sumber inspirasi untuk generasi setelahnya.
Jalaluddin Rumi ketika melihat sekitarnya alam semesta merasakan kehilangan diri dalam keagungan, setiap makhluk, tanah, air, bumi, lautan semuanya adalah menjadi cinta bersatu menjadi keharmonian ilahi. Merasa kenikmatan dalam rindu seolah - olah dalam setiap detik merasakan kehadiran Tuhan yang dekat namun terasa tidak tersentuh. Merasa kecil dihadapan keagungan-Nya namun merasa dicintai atas segalanya.
Menurut Rumi, semua penderitaan, kebahagiaan menjadi jalan kepadanya baik itu cantik, indah, buruk, jelek semua itu atas kehendaknya. Segala kenikmatan mencapai kekayaan, popularitas, dan nafsu tidak penting dibandingkan rindu untuk mencapai kepada-Nya.
ADVERTISEMENT
Dalam mengarungi lautan cintanya untuk mencapai kebijaksanaan yang sesungguhnya, Rumi mengajarkan secara penggambarannya untuk melakukan perjalanan spiritual yang penuh dengan pencarian kedalaman cinta yang sejati, segala pengetahuan dan pencerahannya. Dalam pandangannya, cinta bukan hanya sekedar perasaan, tetapi sebuah kekuatan jiwa yang membawa seseorang untuk lebih dekat kepada sang Ilahiah dengan kebenaran sejati.
Bagi Rumi, cinta dapat membawa kita pada kebijaksanaan, dan kebijaksanaan itu terletak dalam kesadaran yang lebih tinggi tentang segala kesatuan kehidupan. Termasuk hubungan antara manusia dengan Tuhan. Cinta adalah cara kita untuk menghubungkan jiwa kepada Yang Maha Kuasa dan dengan proses itu manusia dapat menemukan esensi hidup yang lebih dalam.
Untuk mengaktifkan cinta yang sesungguhnya, kita harus mematikan ego atau sesuatu hal yang bersifat duniawi. Seperti kutipannya, "Jangan mencari cinta di luar, cinta di dalam dirimu sendiri. Kembalilah ke dalam dirimu, temukanlah cinta sejati." jika diartikan kutipan ini mengandung pesan, sesungguhnya cinta itu tidak perlu dicari melainkan sudah ada di dalam hati kita sendiri. Untuk menemukan cinta yang sejati, seseorang harus mengenali dan mencintai dirinya terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, awal untuk mencapai cinta kita kepada sang Ilahiah adalah bentuk kecintaan kita terhadap diri sendiri yang selanjutnya bisa kita sebarkan bentuk kecintaan itu kepada orang lain. Segala bentuk cinta yang telah kita dapatkan terkadang membuat lupa akan semuanya. Jika seseorang terlalu terlena dengan segala bentuk keduniawian, maka hati akan terasa kosong karena tidak mencapai kedamaian.
Kutipan ini mengandung makna yang dalam mengenai pengamalan spiritual dan keberadaan Tuhan. Perasaan manusia sering terombang - ambing antara dunia materi (fisik) dan dunia spiritual (batin). Rumi menggambarkan perasaan hati yang terbelah antara keterikatan hal - hal duniawi dan pencarian akan kebenaran rohani. Mengungkapkan sifat Tuhan yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu, melampaui segala bentuk dan ukuran. Tuhan ada dimana - mana, dalam diri setiap makhluk, dan di luar segala yang bisa dipahami oleh akal manusia. Dalam konteks ini, Rumi menunjukkan bahwa hati manusia merasakan tarikan dari kedua dunia tersebut, dunia material dan dunia spiritual. Hati yang merasa terasing ini menginginkan kesatuan dengan Tuhan, namun seringkali terhalang oleh keterbatasan dan kesesatan dunia materi, padahal Tuhan tidak terikat oleh ruang dan batasan.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini lautan cinta menjadi simbol dari kedalam dan ketidakterbatasan cinta ilahi yang membawa seseorang menuju pemahaman dan kebijaksanaan yang sejati. Sebagaimana Rumi menggambarkan dalam syairnya, kebijaksanaan bukan datang melalui akal semata, tetapi melalui pengalaman cinta yang mendalam.
Di dalam cinta, kita dapat menemukan kedamaian, pencerahan, dan pemahaman yang melampaui apa yang dapat dicapai oleh pikiran rasional. Jadi, mengarungi lautan cinta menuju kebijaksanaan dalam konteks ajaran Rumi adalah perjalanan spiritual di mana seseorang melalui cinta yang tulus dan murni untuk mencapai kedalaman dan pemahaman yang melampaui batasan - batasan keduniawian.
Nurul Lailatul Husna, mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang.