Konten dari Pengguna

Kerennya Negeriku, Orang Lepas Hijab Bisa Jadi Bahan Dagangan!

Nyengir
Sebab hydup sesungguhnya adalah layf ~
23 November 2017 15:26 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nyengir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rina Nose (Foto: Instagram/@rinanose16)
zoom-in-whitePerbesar
Rina Nose (Foto: Instagram/@rinanose16)
ADVERTISEMENT
Oke. Jadi, kegaduhan yang merebak selama sepekan atas keputusan Rina Nose melepas hijab belum juga usai. Setelah harus menanggung "ceramah" mahabenar dari para netizen suci (ceramah, jika bukan hinaan), Rina Nose belum juga disediakan ruang untuk bernapas lega akan keputusannya.
ADVERTISEMENT
Benar adanya bahwa lepas hijabnya Rina Nose turut mengundang masalah sejuta umat di Indonesia. Seakan-akan satu Indonesia harus menanggung "dosa" dari seorang Rina Nose yang keputusannya jelas-jelas tidak membahayakan kehidupan bernegara.
Tapi ya, namanya juga warga Indonesia yang berakhlak dan berakidah, mereka berdakwah tanpa peduli bakal menyakiti orang atau tidak. Mereka bahkan rela meninggalkan semua urusan hidupnya hanya untuk mengurusi kehidupan prang lain yang tidak mengenali mereka.
Pagi ini, Rina harus mendapat ujian lain. Keputusannya untuk melepas hijab dijadikan bahan promosi suatu brand kerudung. Mereka menampilkan fotonya (yang pastinya dicaplok tanpa seizinnya) dengan kemudian menambahkan kalimat 'Teruntuk, Saudariku Nurlina Permata Putri. Ada KERUDUNG GRATIS buat kamu dari Rabbani.' Bahkan, tak segan-segan Rina bakal diberikan kerudung gratis agar ia kembali berhijab!
ADVERTISEMENT
Segitunya banget cari duit? Oh, harus dong!
Bisa dilihat dari postingan di atas. Seakan-akan Rina Nose lepas hijab karena selama ini hijab yang dipakai kurang trendi, bahannya tidak nyaman, dan luntur saat dicuci. HWOKAKAAKAKAKAK!
Hmmm... memangnya keputusan Mbak Rina untuk meliepas hijab karena alasan sesepele itu? Tidak ada yang tahu dan tidak perlu ada yang tahu.
Well, okay, terlepas dari itu, apakah bentuk promosi yang dilakukan oleh brand ini benar-benar elok untuk dinikmati? Jawabannya, sorry to say, tidak.
Pertama, strategi promosi seperti ini tentunya sangat oportunis, jika bukan norak. Lho, jadi orang marketing itu emang harus oportunis, dong! Iya, setuju. Tapi bukan norak.
Brand ini tega-teganya memanfaatkan momentum, dengan memusatkan urusan pribadi orang sebagai tema besar yang bakal "menjual". Jelas bahwa beribadah adalah ranah privat seorang manusia dengan Tuhannya, dan tak perlu diheboh-hebohkan dengan penghakiman semaunya, apalagi sampai diiklankan ke publik.
ADVERTISEMENT
Pula tak ada etika dengan seenaknya menggunakan foto orang sebagai bahan promosi. Konten untuk keperluan promosi, baik secara tekstual maupun visual, wajib ada persetujuan dari orang bersangkutan. Bukan asal jeplak dan pinjam nama. Menurutmu, Mbak Rina tidak keberatan jika diiklankan dengan desain dan pesan yang tidak etis begini? Jelas Mbak Rina berhak untuk menuntut.
Kedua, telah terjadi komodifikasi agama. Keputusan Rina Nose dianggap telah melecehkan agama, seakan-akan semua bakal masuk neraka gara-gara hal tersebut. Keputusan Rina dicap sebagai keputusan yang butuh perbaikan, meskipun mereka menulis "tidak akan mencampuri urusan orang" dan "menghormati keputusan Rina" pada caption tersebut.
"Dosa" Rina Nose ini kemudian diobral ke publik sebagai pengingat macam ini: "Hello, ukhti-ukhti budiman, daripada berdusta dan berdosa seperti Rina Nose, lebih baik, yuk, berhijab saja. Beli hijabnya di mana? Di Rabbani! Ada diskon, lho!"
ADVERTISEMENT
Masa syariat Islam dijadikan bahan dagangan begini, sih? Kurang edgy, eh, kurang syar'i.
Lebih parah lagi, postingan ini telah melalui penyuntingan sebelumnya. Disebutkan bahwa bakal ada diskon 50% untuk semua produk Rabbani bagi mereka yang bernama Rina. Lalu, takut bahwa intensi promosinya makin kentara, mereka menghapus bagian tersebut. Artinya, "bagi Rina-rina lain di luar sana, sebaiknya jangan berdusta seperti Rina Nose. Pilihlah hijabmu di Rabbani setengah harga!"
Apa lagi ini namanya kalau bukan komodifikasi syariat agama?
Caption Rabbani sebelum dan sesudah diedit (Foto: Instagram @rabbaniprofesorkerudung)
zoom-in-whitePerbesar
Caption Rabbani sebelum dan sesudah diedit (Foto: Instagram @rabbaniprofesorkerudung)
Ketiga, Rabbani adalah proyeksi dari sebagian umat kita yang tampaknya tak dapat membedakan dua term berikut: berdakwah dan merendahkan. Ya, hanya ada garis tipis yang memisahkan keduanya. Mereka tak sadar bahwa apa yang dilakukan oleh Rabbani bukan semata untuk mengingatkan sesama Muslim sebagaimana yang mereka nyatakan, namun justru melecehkan Rina.
ADVERTISEMENT
Rina dianggap sebagai orang yang telah mendustai agama, oleh karena itu harus "dirayakan" dengan sama-sama dihakimi secara berjamaah melalui postingan tersebut. "Lihat, orang ini telah melepas kerudungnya. Ini merupakan bentuk kemunafikan! Ia harus ditarik ke jalan yang benar. Caranya? Ya beli kerudung di Rabbani dong! Ta' kasih gratis deh!"
Jika memang sesama muslim harus saling peduli dan mengingatkan, bukankah ada cara yang lebih manusiawi, misalnya, dengan mengontak Rina Nose secara pribadi? Bukan malah mendegradasi keputusannya--yang sama sekali tidak merugikan siapa pun, anyway--sebagai momok menjijikan di media sosial, apalagi jadi sumber inspirasi bahan berdagang. Menyakitkan.
Konyol? Sangat!
Lagipula, jika Mbak Rina pun memutuskan untuk berhijab kembali, pastinya dia tahu brand kerudung mana yang terbaik buatnya.
ADVERTISEMENT
Tapi, ya, sudahlah. Biarkan saja bangsa ini makin gemar menghakimi kehidupan pribadi orang lain. Biar hancur sekalian-lah ini bangsa.
Canda deng. Sebat dulu ah, Bang,.