Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Gender: Ekofeminisme dan Eskalasinya di Dunia Internasional
24 Oktober 2024 7:30 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari I Dewa Made Gede Pradnya Prasetya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ekofeminisme dan Krisis Global
Dalam lingkup global, isu gender seringkali dianggap sebelah mata dalam pandangan tradisional yang cenderung menekankan politik kekuasaan, ekonomi global, dan diplomasi. Namun, seiring berkembangnya zaman dan pemikiran, semakin banyak akademisi dan aktivis yang memperjuangkan pentingnya perspektif gender di dalam lingkup internasional, salah satunya di dalam isu lingkungan. Salah satu pendekatan gender yang memiliki fokus yang menyoroti pentingnya keterkaitan antara gender, lingkungan, dan hubungan kekuasaan global ialah ekofeminisme.
ADVERTISEMENT
Mendengar kata ekofeminisme mungkin terasa awam bagi beberapa orang. Ekofeminisme merupakan sebuah gerakan yang muncul dari pemikiran antara feminisme dan ekologi. Gerakan ini memandang bahwa eksploitasi terhadap alam dan penindasan terhadap perempuan berasal dari akar yang sama, yaitu dominasi serta kekuasaan patriarki. Menurut pemikiran ekofeminis, sistem patriarki global yang mementingkan kapitalisme, industrialisasi, dan pemanfaatan lingkungan yang berujung eksploitasi berlebihan menyebabkan krisis lingkungan. Oleh sebab itu, ekofeminisme berusaha untuk menunjukkan bagaimana sistem yang menindan tersebut memiliki keterkaitan dan berupaya untuk mencari solusi yang tidak ada ramah lingkungan, tetapi juga inklusif secara gender.
Peran Gender dalam Krisis Lingkungan Global
Krisis lingkungan seperti perubahan iklim, deforestasi, serta polusi kerap dianggap sebagai isu teknis yang dapat diatasi melalui kebijakan-kebijakan ekonomi dan teknologi. Tetapi, ekofeminisme memberikan pandangan yang berbeda, yaitu penyebab utama krisis lingkungan merupakan hasil dari ketidaksetaraan sosial yang terstruktur, termasuk ketidakadilan berbasis gender. Perempuan, terutama di negara-negara berkembang, seringkali menjadi kaum yang terkena dari dampak perubahan iklim dan degaradasi lingkungan. Perempuan dapat dilihat sebagai kelompok yang berada di garis depan di dalam mengelola sumber daya alam, seperti air, tanah, dan energi yang sangat bergantung terhadap kondisi lingkungan. Sebagai contohnya, jika terjadi kekeringan atau bencana alam, perempuan yang tinggal di pedesaan sering kali dihadapkan dengan beban yang lebih besar di dalam mencari air bersih dan bahan bakar untuk keperluan rumah tangga mereka. Dalam hal ini, kebijakan lingkunan internasional yang tidak memperhatikan perspektif gender berisiko mengabaikan kebutuhan dan peran penting perempuan dalam mebgatasi krisis ini.
ADVERTISEMENT
Ekofeminisme dalam Kebijakan Internasional
Pada ranah internasional, ekofeminisme menilai perlunya pendekatan yang lebih inklusif dan adil terhadap kebijakan lingkungan. Beberapa isu penting yang diangkat oleh ekofeminisme dalam hubungan internasional yaitu:
1. Ketidakadilan Ekologis Global
Ekofeminisme mengkritik negara-negara maju yang secara historis bertanggung jawab atas emisi karbon yang berlebihan dan sering kali mengambil solusi yang tidak adil bagi negara-negara berkembang. Perempuan di negara-negara berkembang sering kali menjadi korban utama dari dampak buruk perubahan iklim yang terjadi.
2. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Partisipatif
Ekofeminisme menyatakan bahwa pentingnya melibatkan perempuan secara langsung dalam pengambilan keputasan terkait lingkungan di tingkat lokal maupun internasional. Hal ini didasarkan berdasarkan pengalaman perempuan yang hidup dekat dengan alam yang dinilai mampu memberikan wawasan penting di dalam menciptakan solusi yang efektif dan berkelanjutan
ADVERTISEMENT
3. Dampak Neoliberalisme terhadap Lingkungan dan Gender
Ekofeminisme juga mengkritik model ekonomi neoliberal yang mendukung privatisasi sumber daya alam dan intensifikasi kapitalisme global. Menurut mereka, pendekatan ini sering kali tidak memperhatikan peran tradisional perempuan sebagai penjaga lingkungan dan justru memperburuk ketidakadilan ekonomi yang ada.
Tantangan dalam Mengintegrasikan Ekofeminisme di Kancah Internasional
Meskipun ekofeminisme menawarkan analisis yang kuat mengenai hubungan antara penindasan gender dan eksploitasi alam, tantangan tetap ada dalam upaya mengintegrasikan pandangan ini ke dalam suatu kebijakan internasional, beberapa tantangan tersebut meliputi:
1. Dominasi Maskulinitas dalam Hubungan Internasional
Hubungan Internasional saat ini masih didominasi oleh wacana maskulin yang menekankan kekuatan, keamanan militer, dan ekonomi yang tidak mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan. Perspektif gender, terutama ekofeminisme dikesampingkan sebagai masalah domestik atau sekunder
ADVERTISEMENT
2. Keterbatasan Akses Perempuan di Forum Global
Pada banyak forum internasional yang membahas mengenai kebijakan lingkungan dan perubahan iklim, suara perempuan sering kali kurang terwakilkan. Hal ini mencerminkan ketidaksetaraan struktural yang terdapat di banyak negara, yang dimana perempuan masih belum memiliki akses yang setara ke aspek politik dan ekonomi.
3. Penepisan terhadap Kritik Neoliberalisme
Banyak negara dan perusahaan multinasional yang memiliki kepentingan dalam mempertahankan keadaan terkini pada aspek ekonomi global yang bersembunyi di balik pandangan pertumbuhan, sehingga kritik ekofeminisme terhadap kapitalisme dan indutrialisasi dinilai terlalu radikal dan utopis.
Gerakan-Gerakan Ekofeminisme
Berbagai aksi dan gerakan ekofeminis telah muncul di berbagai belahan dunia yang berfokus pada isu-isu lingkungan yang berkaitan dengan kesetaraan gender. Berikut merupakan beberapa peristiwa gerakan ekofeminis yang pernah terjadi di berbagai belahan dunia:
ADVERTISEMENT
1. Gerakan Chipko di India (1970-an)
Gerakan Chipko adalah salah satu contoh paling terkenal dari gerakan ekofeminisme yang berhasil. Gerakan ini muncul di wilayah Uttarakhand (dulu bagian dari Uttar Pradesh) di India utara pada tahun 1973. Para perempuan di desa-desa pegunungan memimpin gerakan ini dengan memeluk pohon-pohon (kata "chipko" berarti "memeluk" dalam bahasa Hindi) untuk mencegah penebangan oleh perusahaan kayu. Perempuan desa yang terlibat dalam gerakan ini menyadari bahwa deforestasi mengancam sumber daya alam yang mereka andalkan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti air, kayu bakar, dan pakan ternak. Gerakan ini bukan hanya tentang pelestarian lingkungan, tetapi juga memperjuangkan hak perempuan atas sumber daya yang penting bagi kelangsungan hidup mereka. Vandana Shiva, salah satu tokoh ekofeminis terkemuka, menghubungkan gerakan Chipko dengan ekofeminisme melalui kritik terhadap industrialisasi dan kapitalisme yang mengabaikan perempuan serta lingkungan.
ADVERTISEMENT
2. Green Belt Movement di Kenya (1977)
Green Belt Movement (Gerakan Sabuk Hijau) adalah gerakan lingkungan yang diprakarsai oleh Wangari Maathai, seorang perempuan Kenya yang kemudian memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2004. Gerakan ini berfokus pada penanaman pohon untuk mencegah erosi tanah, memperbaiki keanekaragaman hayati, dan melindungi lingkungan. Green Belt Movement memiliki komponen gender yang kuat. Maathai melibatkan perempuan di desa-desa Kenya untuk menanam pohon dan melindungi hutan, karena mereka adalah pihak yang paling terdampak oleh deforestasi, terutama dalam hal ketersediaan air, kayu bakar, dan makanan. Gerakan ini memperlihatkan bagaimana perempuan dapat menjadi agen perubahan dalam upaya pelestarian lingkungan, sekaligus memperkuat ekonomi lokal dan posisi perempuan dalam masyarakat.
3. Gerakan Navajo Women and uranium Mining di Amerika Serikat (1980-an)
ADVERTISEMENT
Di wilayah Navajo, Amerika Serikat, perempuan Navajo menjadi tokoh sentral dalam perjuangan melawan penambangan uranium di tanah adat mereka. Penambangan uranium menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat besar, mencemari sumber air, tanah, dan udara yang vital bagi kehidupan komunitas Navajo. Para perempuan Navajo, yang banyak di antaranya adalah penjaga tradisi dan pengetahuan lokal, terlibat aktif dalam kampanye melawan perusahaan-perusahaan tambang. Mereka berjuang untuk melindungi tanah adat dan kesehatan komunitas mereka dari dampak buruk pertambangan, sekaligus menuntut hak atas lingkungan yang sehat dan berkelanjutan. Gerakan ini menyoroti peran perempuan dalam mempertahankan kelangsungan hidup komunitas dan alam, menghubungkan perjuangan mereka dengan prinsip-prinsip ekofeminisme.
4. Gerakan La Via Campesina (Gerakan Petani Internasional)
La Via Campesina adalah gerakan internasional yang memperjuangkan hak-hak petani kecil dan keadilan agraria, serta menentang industrialisasi pertanian yang merusak lingkungan. Meski bukan gerakan yang secara eksklusif ekofeminis, banyak perempuan petani yang menjadi bagian penting dari gerakan ini, terutama dalam memperjuangkan kedaulatan pangan dan perlindungan lingkungan. Gerakan ini sangat berkaitan dengan isu ekofeminisme, karena perempuan petani sering kali memainkan peran penting dalam memelihara keberlanjutan tanah dan air, serta menjaga keanekaragaman hayati di pertanian kecil mereka. Dalam konteks ini, La Via Campesina menentang kapitalisme global yang mempromosikan pertanian industri besar yang mengeksploitasi sumber daya alam dan meminggirkan perempuan.
ADVERTISEMENT
5. Gerakan Indigenous Women di Amerika Latin
Di banyak wilayah Amerika Latin, perempuan adat memainkan peran penting dalam gerakan ekofeminis yang berfokus pada perlindungan tanah adat dan sumber daya alam dari eksploitasi industri ekstraktif, seperti penambangan, penggundulan hutan, dan pembangunan bendungan besar. Perempuan adat seperti Berta Caceres dari Honduras, yang dibunuh pada tahun 2016 karena memimpin kampanye melawan pembangunan bendungan Agua Zarca di tanah adat suku Lenca, menjadi simbol perjuangan ekofeminis di wilayah tersebut. Gerakan ini mencakup upaya untuk mempertahankan hak atas tanah, air, dan sumber daya alam, serta memperjuangkan keadilan sosial dan ekologi. Perempuan adat sering kali melihat alam sebagai bagian integral dari identitas budaya dan spiritual mereka, sehingga perjuangan mereka juga merupakan perlawanan terhadap kolonialisme dan patriarki yang merusak kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
Penutup
Pada hakikatnya, ekofeminisme memberikan pandangan penting di dalam memperdalam dan memperkaya analisis hubungan internasional dengan menunjukkan keterkaitan antara isu lingkungan, gender, dan kapitalisme global. Beberapa gerakan sosial dengan pandangan ekofeminis juga telah terjadi di berbagai belahan dunia yang mampu memberikan kita pandangan lebih mengenai isi dari pemikiran ekofeminis itu sendiri. Dengan semakin besarnya krisis lingkungan yang dihadapi, penting bagi pemangku kebijakan global untuk lebih memperhatikan perspektif ekofeminisme agar kebijakan yang dihasilkan lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan. Dengan memperhatikan bagaimana perubahan lingkungan mempengaruhi kelompok-kelompok yang terdampak, salah satunya perempuan, kita dapat menemukan solusi yang menyuluruh dan adil.
Referensi
Brugge, D., & Goble, R. (2002). The History of Uranium Mining and the Navajo People. American Journal of Public Health, 92(9), 1410–1419.
ADVERTISEMENT
https://doi.org/10.2105/ajph.92.9.1410
Cstraight Media. (2024). The Green Belt Movement. Www.greenbeltmovement.org.
https://www.greenbeltmovement.org/
Dahl, J. (2009). IWGIA: a history. In About IWGIA (pp. 1–204). IWGIA.
https://www.iwgia.org/images/publications/0015_IGIA_-_a_history.pdf
Gaard, G. (2011). Ecofeminism Revisited. Www.academia.edu, Vol 23(No. 2), 26–53.
https://www.academia.edu/2606383/Ecofeminism_Revisited
La Via Campesina. (2013). About La Via Campesina. Via Campesina English.
https://viacampesina.org/en/international-peasants-voice/
Merchant, C. (2006). The Scientific Revolution and The Death of Nature. Isis, 97(3), 513–533.
https://doi.org/10.1086/508090
Petruzzello, M. (2019). Chipko movement | History, Causes, Leaders, Outcomes, & Facts. In Encyclopædia Britannica.
https://www.britannica.com/topic/Chipko-movement
Shiva, V. (1988). Staying Alive Women, Ecology and Survival in India Vandana Shiva kali for women i. In ArvindGuptaToys.
https://www.arvindguptatoys.com/arvindgupta/stayingalive.pdf