Konten dari Pengguna

Suku Kubu dan Orang Rimba: Melestarikan Adat di Tengah Desakan Perubahan Dunia

Oktavia Anisa
Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi semester 1 - Universitas Pamulang
24 Desember 2024 13:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Oktavia Anisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sumber : www.pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber : www.pexels.com
Orang Rimba, yang juga dikenal sebagai Suku Anak Dalam (SAD), adalah kelompok masyarakat yang mendiami kawasan hutan dataran rendah di Sumatra Tengah, khususnya di Jambi. Nama "Kubu" yang sering digunakan untuk menyebut mereka berasal dari kata "ngubu" dalam bahasa Melayu, yang berarti bersembunyi di hutan. Namun, istilah ini tidak disukai oleh kelompok tersebut karena memiliki konotasi negatif. Mereka tersebar di Taman Nasional Bukit Duabelas dan daerah sekitarnya, termasuk Taman Nasional Bukit Tiga Puluh dan wilayah perkebunan kelapa sawit sepanjang jalur lintas Sumatra, dengan jumlah populasi sekitar 3.000 jiwa.
ADVERTISEMENT
Orang Rimba memiliki sejarah yang berhubungan dengan suku Maalau Sesat yang melarikan diri ke hutan sekitar Air Hitam dan dikenal dengan nama Moyang Segayo. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa mereka berasal dari Pagaruyung dan kemudian mengungsi ke Jambi. Kehidupan mereka cenderung seminomaden, hidup dalam kelompok yang disebut "Tubo" dan dipimpin oleh Tumenggung yang dipilih berdasarkan keturunan atau kemampuan pribadi.
Sebagian besar mata pencaharian mereka adalah berburu dan meramu. Mereka menggunakan alat tradisional seperti lembing kayu dan tombak untuk berburu binatang seperti babi dan kancil. Selain itu, mereka juga mengumpulkan berbagai jenis tanaman yang digunakan untuk konsumsi sehari-hari atau sebagai obat. Beberapa orang Rimba kini juga mulai bertani, menanam padi, ubi, dan karet untuk memenuhi kebutuhan hidup dan ekonomi jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar Orang Rimba menganut kepercayaan animisme atau agama tradisional, meskipun ada juga beberapa yang memeluk agama Kristen atau Islam, terutama di daerah-daerah tertentu. Dalam kehidupan mereka, berburu dan meramu merupakan kegiatan yang sangat penting, di samping tradisi adat yang kuat, seperti Belangun, yaitu kebiasaan berpindah tempat setelah kematian, dan Bebalai, sebuah pesta perkawinan yang dilaksanakan secara tertutup di hutan.
Mereka juga memiliki berbagai ritual, seperti Tari Elang, yang digunakan dalam upacara pengobatan atau pernikahan, serta adat-istiadat yang mengatur kehidupan mereka, termasuk cara mengatasi penyakit yang dianggap berasal dari gangguan roh. Penyakit dalam pandangan mereka sering dianggap sebagai akibat dari kontak dengan orang luar atau gangguan makhluk halus, dan untuk mencegah penyebarannya, mereka melakukan pengkarantinaan atau bersesandingon, yaitu mengisolasi individu yang sakit dari kelompok lainnya.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, kehidupan Orang Rimba sangat bergantung pada alam dan mereka sangat memegang teguh nilai-nilai adat yang diwariskan secara turun-temurun. Meskipun mereka menghadapi banyak tantangan akibat perubahan zaman dan ancaman terhadap lingkungan mereka, mereka berusaha untuk mempertahankan cara hidup tradisional yang telah ada selama berabad-abad.