Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Antropologi Budaya: Dampak Globalisasi terhadap Pola Makan Masyarakat Jakarta
3 Desember 2024 10:57 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Olifia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jakarta, 1 Desember 2024– Globalisasi telah membawa perubahan signifikan dalam pola makan masyarakat Jakarta, terutama di kalangan generasi muda yang lebih terbuka terhadap budaya luar. Makanan internasional dan cepat saji kini semakin mendominasi pilihan konsumsi, menggantikan kebiasaan makan tradisional yang sebelumnya lebih banyak mengutamakan hidangan lokal.
ADVERTISEMENT
Restoran cepat saji global seperti Pizza, Ramen, dan Sushi telah menjadi pilihan utama bagi masyarakat perkotaan yang sibuk. Makanan cepat saji, yang lebih praktis dan sesuai dengan gaya hidup urban yang serba cepat, kini banyak ditemukan di pusat perbelanjaan dan kawasan bisnis Jakarta. Fenomena ini tak hanya mencerminkan perubahan dalam kebiasaan makan, tetapi juga terkait dengan dinamika sosial dan budaya yang lebih luas, di mana makanan internasional sering dianggap lebih modern dan bergengsi.
Menurut pakar antropologi budaya, perubahan ini mencerminkan ketegangan antara tradisi dan modernitas. "Globalisasi membawa dampak besar terhadap pola makan masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Makanan cepat saji dan produk internasional semakin mendominasi kehidupan sehari-hari, sementara makanan tradisional mulai tergeser. Namun, di sisi lain, ada juga inovasi dalam menciptakan bentuk makanan baru yang menggabungkan unsur tradisional dengan pengaruh global, menciptakan budaya konsumsi yang semakin hibrid," ujar I Wayan Ardikadalam bukunya yang berjudul *Globalisasi dan Transformasi Budaya di Indonesia* (2011).
ADVERTISEMENT
Sejak akhir abad ke-20, perubahan pola makan masyarakat Jakarta semakin terasa, seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan masuknya restoran internasional. Pada tahun 1980-an dan 1990-an, Jakarta mulai diperkenalkan dengan jaringan restoran cepat saji, yang semakin mempercepat pergeseran preferensi makanan. Akses yang lebih mudah terhadap makanan internasional serta kemajuan teknologi, terutama internet dan televisi, semakin memperkuat pengaruh budaya luar terhadap kebiasaan makan masyarakat Jakarta.
Pengaruh globalisasi paling terasa di kawasan dengan konsentrasi tinggi aktivitas perkotaan, seperti Sudirman, Kuningan, Kemang, dan Senayan. Di kawasan-kawasan ini, restoran internasional dan kafe dengan menu global semakin menjamur, menawarkan berbagai pilihan makanan cepat saji yang praktis. Masyarakat yang semakin terhubung dengan dunia luar juga lebih mudah mengakses makanan dari berbagai belahan dunia.
ADVERTISEMENT
Namun, ada juga perubahan menarik dalam kawasan-kawasan kuliner yang lebih santai, seperti Kemang. "Menurut saya si, Wisata Kuliner di antara keempat tempat itu, Kemang ada, tapi dia lebih ke Coffee Shop dan Bar," ujar Katerina Wijayanti, seorang yang sudah tinggal di Setiabudi.
Globalisasi telah mengubah pola makan masyarakat Jakarta, dengan makanan internasional dan cepat saji kini lebih dominan dibandingkan makanan tradisional. Faktor seperti media sosial, kemajuan teknologi, dan masuknya perusahaan global mempercepat perubahan ini, seiring dengan gaya hidup perkotaan yang mengutamakan efisiensi dan kepraktisan. Meskipun demikian, masyarakat Jakarta tetap berhadapan dengan tantangan untuk mempertahankan kuliner lokal di tengah arus globalisasi yang semakin kuat.
Tak hanya itu, para pelaku industri makanan lokal juga turut beradaptasi dengan perubahan ini. Banyak restoran dan kafe yang mulai mengadopsi menu internasional atau menggabungkan elemen-elemen global dalam hidangan mereka untuk menarik pelanggan dari kalangan masyarakat perkotaan yang sibuk. Media sosial, yang semakin berkembang, juga berperan penting dalam memperkenalkan tren makanan baru dan mempercepat perubahan dalam pola makan masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Simple dan lebih cepat," ujar Novi Amalia, seorang warga Jakarta yang memilih makanan cepat saji untuk menghemat waktu. Menurutnya, makanan internasional memberikan kemudahan bagi mereka yang memiliki jadwal padat. "Banyak yang viral pada FOMO," tambahnya, merujuk pada fenomena "Fear of Missing Out" yang mendorong banyak orang untuk mencoba tren makanan yang sedang populer di media sosial.
Sementara itu, Nelis Jayanti, seorang profesional muda di Jakarta, berpendapat, "Lebih praktis," Ia mengungkapkan bahwa makanan cepat saji memungkinkan dirinya untuk makan dengan cepat, tanpa harus menunggu lama, sebuah kebutuhan penting dalam kesehariannya yang serba cepat.
Seiring dengan peningkatan pendapatan dan gaya hidup yang lebih modern, akses masyarakat Jakarta terhadap makanan yang lebih bervariasi semakin mudah. Makanan cepat saji dan makanan internasional kini bukan hanya menjadi pilihan utama, tetapi juga simbol gaya hidup perkotaan yang semakin mengutamakan kepraktisan dan efisiensi waktu.
ADVERTISEMENT
Perubahan pola makan di Jakarta menunjukkan bagaimana globalisasi telah memengaruhi kebiasaan konsumsi masyarakat, menciptakan pergeseran budaya yang tidak hanya memengaruhi pola makan, tetapi juga identitas sosial dan budaya lokal yang semakin terpengaruh oleh tren global.
Globalisasi telah mengubah pola makan masyarakat Jakarta, dengan makanan internasional dan cepat saji kini lebih dominan dibandingkan makanan tradisional. Faktor seperti media sosial, kemajuan teknologi, dan masuknya perusahaan global mempercepat perubahan ini, seiring dengan gaya hidup perkotaan yang mengutamakan efisiensi dan kepraktisan. Meskipun demikian, masyarakat Jakarta tetap berhadapan dengan tantangan untuk mempertahankan kuliner lokal di tengah arus globalisasi yang semakin kuat.