Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Solidaritas bagi Bangsa Palestina dari "The Walled Off Hotel” Bethlehem
5 November 2022 5:41 WIB
Tulisan dari Pragusdiniyanto Prakasa Soemantri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penggalangan dukungan dan solidaritas bagi kemerdekaan Palestina dapat dilakukan melalui media-media non-konvensional. Contohnya melalui karya seni instalasi di salah satu Hotel di Kota Bethlehem, Tepi Barat. Seorang seniman jalanan asal Inggris bernama psudonim Bansky mengubah salah satu hotel di Kota Bethelem sebagai medium berkreasi sekaligus menyuarakan dukungan bagi kemerdekaan Bangsa Palestina.
ADVERTISEMENT
Banksy dikenal sebagai seniman kelas dunia dengan karya-karya instalansi dan lukisan mural yang sarat pesan-pesan satire dan kritis. Pada bulan Maret 2017, Banksy membeli sebuah bangunan hotel di Kota Bethelem Tepi Barat untuk dijadikan media dalam berseni. Karya seni instalasi tersebut diberi judul “The Walled Off Hotel”, memplesetkan dari Hotel Waldorf yang mewah di Kota London.
Dari namanya jelas bahwa The Walled Off Hotel merupakan bentuk protes Banksy terhadap politik zionis yang telah merebut tanah milik bangsa Palestina,
Siapa sangka, karya seni instalasi yang semula dibangun hanya untuk dipamerkan selama satu tahun, justru berubah menjadi hotel butik permanen dan destinasi wisata ikonik kota Bethlehem hingga saat ini. Setiap tahun ratusan wisatawan domestik maupun manca negara menginap di hotel yang hanya memiliki 9 kamar regular dan 1 kamar suite yang didesain khusus oleh Banksy. Harga kamar beragam, mulai dari US$ 60 per-malam untuk kamar dengan tempat tidur susun (bunk bed), hingga US$ 965 per malam untuk kamar dengan kelas Presidential Suite.
Lokasi hotel cukup unik karena tepat menghadap tembok blokade sepanjang 700 km yang dibangun Pemerintah Israel untuk mencegah masuknya warga Palestina ke wilayahnya setinggi 8 meter. Salah satu pengalaman yang ditawarkan kepada tamu hotel adalah dapat melihat sisi lain tembok dari kamar tempat menginap. Di mana ketimpangan pembangunan dan ketidakadilan terlihat kontras di kedua sisi.
Keberadaan Hotel Walled Off juga dimanfaatkan sejumlah seniman lokal Palestina mengekspresikan pandangan politiknya melalui graffiti, mural, maupun pemasangan poster-poster pada tembok pembatas. Pesan-pesan perdamaian, kemerdekaan, anti penjajahan sangat terasa dari karya yang terpampang.
Pesan-pesan tersebut semakin terasa di dalam bangunan hotel. Tidak hanya terlihat melalui graffiti dan mural yang dilukis langsung oleh Banksy, namun juga dalam bentuk karya seni instalasi yang mudah dicerna pengunjung. Di samping itu terdapat pula museum mini yang menampilkan berbagai poster, memorabilia, serta benda-benda peninggalan warga Palestina.
Pada salah satu sudut di lantai dasar menampilkan patung PM Inggris Albert Balfour yang tengah menandatangani Deklarasi Balfour tahun 1917, lengkap dengan salinan naskahnya. Dokumen tersebut berisi persetujuan Pemerintah Inggris atas usulan anggota parlemen Walter Rotshchild untuk mendirikan negara Yahudi di tanah Palestina. Melalui karya ini seolah Banksy memprotes keputusan Pemerintah Inggris sebagai penyebab penderitaan bagi bangsa Palestina karena terusir dari tanahnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Di sudut lain terpampang karya seni dalam bentuk patung kucing yang ingin memakan seekor burung merpati di dalam sangkar. Menyiratkan perdamaian bagi bangsa Palestina yang masih terbelenggu dan terancam oleh pihak-pihak yang ingin menghancurkannya.
Kumpulan berbagai memorabilia benda-benda yang ditinggalkan warga Palestina maupun pihak Israel dipajang di salah satu sisi lobby hotel. Terlihat barang-barang seperti ketapel, martil, dan kamera pengawas yang digunakan masing-masing pihak dalam berbagai konflik yang terjadi.
Di sudut lain dipamerkan sisa barang-barang warga Palestina yang menjadi korban ketika jet-jet tempur Israel menghancurkan rumahnya. Pengunjung juga dapat mendengarkan rekaman peringatan yang disampaikan tentara Israel melalui saluran telepon kepada keluarga Palestina di Jalur Gaza sesaat sebelum rumahnya dihancurkan. Dalam telepon tersebut warga diminta untuk segera meninggalkan rumah dalam waktu kurang dari 30 menit sebelum rumah tersebut dihancurkan.
Salah satu mural yang paling menarik perhatian adalah yang berjudul ‘Pertempuran Bantal’ antara tentara Israel dengan pejuang Palestina. Mural yang dilukis di salah satu kamar suite tersebut menghayalkan situasi di mana bangsa Israel dan Palestina hidup rukun berdampingan. Adapun perkelahian yang terjadi hanya sebatas perang bantal dan tidak perlu ada korban jiwa dari kedua pihak.
Hotel Walled Off tidak hanya menjadi sarana Banksy menyuarakan pesan perdamaian dan solidaritas bagi bangsa Palestina, namun juga mendorong berputarnya roda perekonomian di wilayah Bethlehem. Keberadaannya mendorong peningkatan ribuan wisatawan ke Kota Bethlehem, yang sebelumnya hanya berpusat pada obyek wisata religi seperti Gereja Nativity yang dipercaya umat Kristiani sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus.
ADVERTISEMENT
Kisah sukses Hotel Walled Off patut dijadikan contoh bagi Pemerintah dan masyarakat Indonesia bahwa dukungan Kemerdekaan Bangsa Palestina perlu untuk terus disuarakan melalui berbagai cara dan media. Bentuk solidaritas yang disampaikan melalui cara-cara non-konservatif, seperti yang dilakukan Banksy melalui karya seni, terbukti mampu menggalang dukungan internasional yang lebih nyata bagi perjuangan bangsa Palestina untuk merdeka.
Di masa mendatang Pemerintah Indonesia kiranya dapat melibatkan partisipasi seniman-seniman Indonesia untuk menyuarakan dukungan dan solidaritas bagi Bangsa Palestina melalui karya seni. Dengan dukungan internasional yang terus mengalir, serta persatuan dalam negeri Palestina yang kuat, dalam waktu dekat kemerdekaan bagi Bangsa Palestina tidak lagi hanya sebatas harapan, melainkan sebuah kenyataan. Semoga.