Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Kisah Manusia Mini di Tolitoli Berjuang di Tengah Pandemi Jualan Es
7 Februari 2021 19:36 WIB
ADVERTISEMENT
Berbekal sebuah sepeda motor yang telah dimodifikasi khusus dan dilengkapi dengan sebuah boks pendingin agar es yang dijualnya itu tetap beku, Slamet Hariyanto menghentikan laju kendaraannya untuk menghampiri pembeli yang telah menunggunya.
ADVERTISEMENT
Dengan cekatan ia pun langsung menyapa pembelinya untuk menawarkan es keliling yang dijualnya tersebut. Dua varian es kotak rasa pelangi dan coklat yang berbentuk kotak dan seperti es, langsung disodorkan kepada pembeli dengan harga satu kotak dijual Rp 2 ribu.
Meski kondisinya yang tidak seperti manusia normal pada umumnya, bukan menjadi penghalang bagi Slamet Hariyanto (21), warga Dusun Raharjo, Desa Sibea, Kecamatan Lampasio, Kabupaten Tolitoli , Sulawesi Tengah , untuk berjualan es keliling.
Saban hari, pemuda yang memiliki bobot tubuh 20 kilogram itu, menjajakan es buatan ayahnya itu dengan menyusuri setiap desa.
"Es ini buatan ayahku setiap hari saya menjual sampai ke desa-desa tetangga dan juga ke kecamatan sebelah," kata Slamet Hariyanto saat ditemui PaluPoso disela-sela melayani pembeli, Minggu (7/2).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, ia bangga menjual hasil buatan ayahnya itu, meskipun bukan bentuk es krim yang terkenal dan dijual pada umummya. Namun yang pasti dari segi harga dapat menjangkau semua kalangan.
Saat berjualan, Memet sapaan akrabnya, mengaku tetap mematuhi protokol kesehatan dengan tetap menggunakan masker kain saat berjualan untuk menghindari penyebaran Virus Corona .
"Saya tetap pakai masker mas, dan juga harus jaga jarak dengan pembeli, supaya tidak kena corona," kata Memet.
Putra dari pasangan Ahmad Supriyanto dan Sitti Khadijah bertekad membahagiakan kedua orang tuanya di antaranya, dengan membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari meskipun ia bukan merupakan tulang punggung keluarga.
"Saya sudah merasa senang dan bersyukur dengan keadaan seperti ini pak, walaupun postur tubuh saya tidak normal seperti manusia normal," kata Memet.
ADVERTISEMENT