Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Ibu Asmarani Ndonku (12) siswi kelas VI yang ikut dalam fun run mengaku tidak keberatan dengan lari maraton di Poso tanpa hadiah yang diikuti anaknya.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak keberatan tetapi ade datang menangis katanya tidak mau lagi ikut lomba,” sebut Ibu Asmarani Yumilda Todagi (42).
Kepada PaluPoso, Yumilda, yakin bahwa anaknya Asmawati adalah perempuan pertama yang sampai di garis finis.
Tidak hanya itu, keyakinan Yumilda semakin kuat ketika anak keempatnya itu diberi pita kuning dan cap ditangan sebagai tanda sampai di garis finis.
“Saya ikuti anak saya dari start dan kami tunggu di Jembatan Poso. Saya liat anak saya memang sendiri perempuan yang terus berlari. Saya tunggu sampai di finis dan saya liat memang anak saya,” tutur Yumilda.
Sebelum ikut dalam kegiatan yang diselenggrakan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Sulawesi Tengah itu, Yumilda ditawarkan oleh salah seorang temannya yang bekerja sebagai honorer di Dinas PU Kabupaten Poso.
ADVERTISEMENT
“Mama Asma saya daftarkan Asma di lomba lari sebagai perwakilan Dinas PU Poso, saya tanya dulu barangkali bisa ikut. Begitu dia bilang ke kami dan saya tanya ke papanya Asma dan kami setuju,” terangnya.
Sebelum didaftarkan, ibu Asmawati dimintai uang Rp 50.000 biaya pendaftaran. Beberapa hari kemudian diberikan kaos dan mendapat nomor peserta 151.
“Katanya Asma pertama kali dan mau ikut, katanya mau dicoba. Ade juga pelari jadi mau,” tutur Yumilda.
Sayangnya Yumilda mengaku tidak mempunyai bukti berupa dokumentasi foto. “Menunggu sampai selesai acara tidak ada kami dengar Asma juara atau akan dikasih hadiah,” kata Yumilda.
Berkaitan dengan simpang siur siapa yang sampai di garis finish, Yumilda dan suaminya Alfianus Ndonku (42) kaget dan bingung. “Kami tidak permasalahkan karena kami juga kaget dengar seperti ini,” ucapnya.
ADVERTISEMENT