Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Lahuafu, sebuah desa berjarak 35 kilometer dari ibu kota Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Lokasi ini ternyata menyimpan pesonanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Sejak lama di lokasi ini terdapat pantai nan indah, berpasir putih nan hijau. Di masyarakat, nama pantai itu dikenal Pantai Puluti.
Namun, dahulu pemandangan Pantai Puluti masih sangat polos. Belum ada sentuhan manusia untuk menambah pesona keindahannya. Belakangan, pantai ini makin kelihatan menarik saat digarap seorang pengusaha dengan membangun fasilitas-fasilitas di dalamnya.
Lokasi pantai ini tepat berdampingan dengan jalan trans Sulawesi. Jarak antara pantai dan jalan trans tidak begitu jauh, hanya berkisar 5-7 meter. Sedangkan bentuk pantainya tidak begitu besar. Lokasi pantainya diapit oleh dua bukit kiri dan kanan sebagai pembatas panjang pantai. Pemandangan inilah yang cukup berbeda. Jika beberapa pantai memiliki panjang pantai yang luas, tidak untuk pantai yang satu ini.
ADVERTISEMENT
Dua bukit yang membatasinya pun, punya karakter sendiri. Bukit yang sebelah kiri terlihat masih asri, hijau penuh pepohonan dan semak belukar serta batuan-batuan alam. Sedangkan bukit sebelah kanan terlihat gundul. Pemadangan bukit yang terkesan gundul itu cukup merusak keindahan pantai. Kondisi itu membuat pengunjung lebih senang ke bukit sebelah kiri untuk menikmati pantai atau sekadar mengambil foto.
Ketika PaluPoso menyambangi lokasi ini, Selasa (5/11) matahari mulai menyengat kulit, padahal jarum digital di handphone baru menunjukan pukul 10.12 WITA.
Pasir putih Pantai Puluti seperti magnet, menarik minat para pengunjung ingin merasakannya langsung dan tidak hanya melihat keindahannya lewat foto yang diunggah warga di dinding Facebook (FB) mereka.
Ternyata keindahan panorama Pantai Puluti sama seperti yang ada di foto. Di edit seperti apa pun, penampakannya tetap indah. Mungkin namanya saja pantai. Selalu punya daya tarik tersendiri.
ADVERTISEMENT
Masuk ke lokasi wisata pantai ini, tidak perlu membayar biaya masuk, pengelolanya juga tidak membangun pintu gerbang. Yang ada hanya bentangan tanah lapang. Tidak besar, cukup menjadi tempar parkir kendaraan roda dua dan empat.
Dari tampilan luarnya, lokasi ini lebih mirip kafe-kafe di pantai. Rumah-rumah panggung mungil berjajar rapi berdempet-dempetan dicat warna-warni mengundang pengendara yang lewat untuk mampir. Jika tidak jeli, akan sulit membedakan antara lokasi wisata dan kafe pinggir pantai. Sebab kafenya tidak kalah ramai. Padahal, Pantai Puluti ada di belakang rumah-rumah itu.
Bentuk pantai yang kecil juga bisa jadi alasan mengapa tempat itu sulit dikenali. Tapi jangan khawatir, tepat di tengah-tengah depan wisata tersebut terpampang spanduk besar bertuliskan bahasa setempat 'Buranga Puluti' artinya Pasir Putih. Kalau sudah begitu, jangan ragu untuk berhenti di tempat itu.
ADVERTISEMENT
Meski kesannya menutupi pantai, keberadaan rumah-rumah mungil itu sebenarnya punya fungsinya yang besar. Dibangun sengaja menghadap laut, lantai kayu bangunan sengaja dibuat rendah hampir menyentuh lantai tanah, membuat bagian belakang lantai yang berhadapan dengan pantai langsung bersentuhan dengan pasir. Memberikan kesan bagi pengunjung lebih dekat dengan pantai tersebut.
Saat berada di rumah panggung mini ini, sensasinya cukup berbeda dengan saat berada di luar rumah ini. Pantai yang tenang dengan pasir putih keemas-emasan yang membentang kiri dan kanan, memberi rasa tersendiri. Ada rasa tentram dan damai.
Arif (32) warga setempat menyarankan agar jangan berlama-lama di rumah panggung. "Cobalah jalan-jalan mengitari pantai," ujarnya.
Saran Arif itu ternyata benar. Kondisi pantai yang berpasir putih dan tenang sepertinya bagus dimanfaatkan untuk relaksasi. Merasakan pijakan pasir, bertemu kerang, cukup menentramkan jiwa.
Pantai Puluti tidak punya karang. Sehingga bila air laut surut, yang terlihat hanyalah tumpukan pasir bercampur lumut-lumut hijau. Nampaknya cocok untuk dipakai berenang.
ADVERTISEMENT
Pengelola juga menyediakan kamar mandi untuk membasuh tubuh dan berganti baju serta mushola mungil.
Saat PaluPoso bertandang, beberapa pengunjung telah berada di ujung batas pantai. Di bagian itu, air laut tampak tidak tenang. Ombak kecil bergulung-gulung memperlihatkan buih-buihnya yang putih.
Dari kejauhan, terlihat empat orang anak bermain di pantai, dua lainnya memancing dan dua lainnya saling bekejar-kejaran. Di antara kerumunan itu, tampak lampu kilat blits kamera berpendar di udara, tanda dari mereka berfoto bersama mengabadikan keindahan air surut pantai. Semua punya cara menikmati Pantai Puluti.
Setelah bosan, satu persatu dari mereka kembali ke darat dengan pakaian setengah basah menuju rumah panggung sambil bersenda-gurau lalu memesan makanan di warung. Sayangnya, sebagian orang ada yang menganggap makanan yang dijajakan di pantai itu cukup mahal. Hal itulah yang membuat warga lainnya urung ke pantai tersebut.
Intan
ADVERTISEMENT