Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Kedua Anak Hebat itu Tiba di New York
15 November 2023 10:08 WIB
Tulisan dari Raka Pamungkas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sore itu, matahari tak kunjung terbenam di ujung barat Manhattan. Suasana begitu cerah dan hangat mengantarkan langkah kaki saya menuju Gedung Japan Society. Letaknya persis di seberang Dag Hammarskjöld Plaza yang berada di persimpangan 1st Avenue dan 47th Street. Berada di kaki-kaki gedung raksasa membuat saya terkesan kecil, tapi lama-lama terbiasa juga. Mencoba menjadi seorang New Yorker sejati, walau terkadang masih suka rindu dengan suasana gang-gang sempit di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Ini menjadi musim panas pertama saya di kota New York. Rasanya sangat menyenangkan. Namun, saya tidak menyangka akan mengalami banyak “keajaiban” di tengah-tengah musim ini. Salah satunya ialah bertemu langsung dengan dua anak hebat asal Indonesia. Ya betul, mereka bukan dari Amerika Serikat, melainkan Indonesia.
Hari itu, tepat pada tanggal 11 Juli 2019, Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, diundang secara khusus oleh World Vision untuk hadir pada acara bertajuk Ending Violence Against Children. Sebagai expert yang menangani isu-isu seputar anak setiap harinya, saya paham betul bahwa undangan ini tidak boleh dilewatkan.
Karena inilah kesempatan untuk bertemu dengan Roslinda, seorang anak dari Desa Kombapari di Sumba Timur, NTT, yang menginspirasi banyak orang, termasuk saya. Saat itu, usianya masih sekitar 14 tahun tetapi kontribusinya bagi anak-anak Sumba sudah sedemikian luar biasa.
“Saya dan teman-teman berjuang di dua jalur. Pertama, setiap bayi yang lahir di Sumba Timur harus punya akta lahir. Kedua, anak-anak harus dilibatkan untuk atasi kekerasan anak,” ungkapnya dalam pidato berbahasa Inggris yang lancar untuk anak seusianya.
ADVERTISEMENT
Melalui kegiatan advokasi Forum Anak Kombapari yang diketuai Roslinda sejak tahun 2018, berbagai perubahan positif telah terjadi di Sumba Timur. Contoh konkretnya adalah 100% anak-anak di sana berhasil memiliki akta lahir. Bagi masyarakat di Pulau Jawa, akta lahir mungkin hal sederhana yang mudah diperoleh siapapun. Bahkan ketika kecil dulu, saya tak pernah benar-benar menaruh perhatian pada selembar dokumen itu.
Baru kali ini setelah mendengar keluh kesah Roslinda, akta lahir ternyata sebegitu krusialnya! Roslinda menyadarkan saya bahwa tanpa akta lahir, anak-anak tidak dapat memperoleh akses pendidikan, kesehatan dan manfaat lainnya. Kesulitan itulah yang dialami anak-anak Sumba Timur kala itu.
Mata saya terbelalak. Ini perjuangan nyata di masyarakat yang tidak pernah terbesit di pikiran saya sebelumnya. Hebatnya, hal tersebut diperjuangkan oleh seorang anak berusia 14 tahun. Sungguh luar biasa!
ADVERTISEMENT
Selepas Roslinda berpidato, saya sempatkan diri untuk berbincang cukup lama dengannya yang terus didampingi World Vision. “Memang kita tidak boleh takut, Kak. Kalau takut, nanti makin banyak kekerasan anak,” ucapnya kepada saya. Sekali lagi, ungkapan lugu dan tulus dari Roslinda mampu mengejutkan saya. Advokasi dia nyata, bukan hanya kata-kata belaka.
Tepat lima hari setelah bertemu Roslinda, saya bertemu dengan seorang anak hebat lainnya asal Indonesia. Kali ini, anak tersebut bernama Rizka, yang berasal dari Makassar. Di usianya yang baru saja menginjak 18 tahun saat itu, ia berhasil menjuarai kontes komik superhero dunia yang diselenggarakan oleh UNICEF dan Comics Uniting Nations.
Siang itu, saya mellihat Rizka tengah berkomat-kamit dan sedikit grogi untuk menyiapkan pidatonya pada kegiatan bertajuk Child and Youth Art, Advocacy and Action to be Safe to Learn. Bagi saya, ini acara biasa yang sering diselenggarakan UNICEF. Namun bagi Rizka, ini berbeda. Acara ini jadi momen penting untuk meluncurkan komiknya ke seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Saya jadi berandai-andai, jika saya menjadi Rizka, perasaan apa yang berkecamuk di hati, saat semua mata menaruh perhatian kepada saya. Proud of you, Rizka!
Sedikit bercerita mengenai komiknya, Rizka telah menciptakan dan menceritakan seorang tokoh bernama “Cipta” yang memiliki visi untuk menghentikan aksi bullying serta menjaga perdamaian di sekolah. “Saya ingin perundungan terhadap anak-anak di sekolah dapat dihentikan, termasuk di Indonesia,” ungkapnya singkat dan padat.
Rizka memang tidak banyak bicara. Namun, karyanya luar biasa. Komiknya berhasil menarik perhatian UNICEF dan banyak pihak untuk memastikan perundungan harus diatasi hingga ke akar-akarnya. Komik karya Rizka sendiri telah didistribusikan kepada para pelajar, ke lebih dari 100.000 sekolah di seluruh dunia oleh UNICEF, termasuk Indonesia. Singkatnya, tidak ada tempat di mana pun untuk perundungan!
ADVERTISEMENT
Saya bangga kepada Rizka maupun Roslinda yang telah menjadi inspirasi bagi anak-anak dan remaja di seluruh dunia. Keduanya berhasil mengharumkan nama Indonesia dalam forum PBB melalui karya dan semangatnya.
Itulah catatan singkat saya bertemu dengan dua anak Indonesia inspiratif di Musim Panas tahun 2019 lalu di New York. Saya percaya masih banyak anak-anak hebat dari Indonesia yang akan terus menginspirasi dunia.