Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bukan Hanya karena Jorok, Secara Biologis Lelaki Lebih Rentan pada COVID-19
email: [email protected]
26 Oktober 2020 13:03 WIB
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selama ini, perilaku pria yang suka sembarangan dianggap sebagai sebab rentannya mereka terhadap COVID-19. Serangkaian protokol kesehatan yang memang membuat repot itu acap kali dilanggar oleh para pria. Itu masih ditambah dengan kebiasaan menjaga kebersihan yang tidak serutin dan sedetail perempuan. Kebiasaan merokok yang identik dengan kaum pria juga turut menjadi faktor yang mendekatkan mereka pada penyakit.
ADVERTISEMENT
Namun benarkah sebab perilaku inilah yang membuat pria menjadi sangat rentan terinfeksi? Membuat mereka lebih rapuh saat terinfeksi?
Untuk urusan kerentanan terinfeksi, jenis kelamin tidak memberikan perlindungan tambahan maupun menjadi kelemahan manusia. Tapi faktor ketidakpatuhan pada protokol kesehatan menjadi faktor yang meningkatkan risiko seseorang untuk terinfeksi.
Gender Benar-benar Berpengaruh
Laporan terbaru yang diterbitkan di Nature menyajikan data mengenai bagaimana pria dan wanita ternyata memang memiliki respon yang berbeda terhadap COVID-19. Ini adalah penelitian pertama dari sejenisnya untuk mengetahui perbedaan yang diberikan gender pada manusia saat menghadapi COVID-19.
Studi ini memeriksa sampel termasuk air liur, cairan hidung, dan darah, yang dikumpulkan dari orang sehat atau pasien COVID-19. Sampel ini digunakan untuk lebih memahami seperti apa tanggapan kekebalan terhadap infeksi dan bagaimana perbedaannya pada orang dengan penyakit yang lebih parah.
ADVERTISEMENT
Seperti laporan yang dikeluarkan CDC tentang tingkat infeksi, perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi jumlah konsentrasi virus, baik yang ditemukan saat swab hidung maupun air liur. Juga tidak ada perbedaan dalam tingkat antibodi - sinyal yang telah diidentifikasi oleh tubuh tentang virus - terdeteksi pada pria dan wanita yang terinfeksi.
Perbedaannya segera muncul setelah seseorang terinfeksi virus SARS-CoV-2. Tanggapan kekebalan awal penderita COVID-19 lelaki dan perempuan ternyata berbeda.
Sampel darah pasien dianalisa untuk mengetahui berbagai sitokin, yaitu beberapa molekul pemberi sinyal pertama yang membantu sel kekebalan merespons patogen. Nah, sinyal ini naik turun untuk memberikan tanggapan yang memadai pada serangan patogen. Tetapi, jika dalam jumlah besar, molekul-molekul ini sangat bisa untuk merusak tubuh, atau disebut badai sitokin.
ADVERTISEMENT
Dari laporan yang terbit di Nature tersebut, bisa diketahui bahwa perbedaan jenis kelamin dalam kekuatan respons sitokin. Pria menunjukkan tingkat sitokin yang lebih tinggi yang memicu peradangan, seperti IL-8 dan IL-18, dibandingkan wanita. Jumlah sitokin yang lebih tinggi ini terkait dengan penyakit yang lebih parah. Dalam kasus COVID-19 yang parah, cairan menumpuk di paru-paru, mengurangi oksigen yang tersedia di tubuh untuk fungsi normal. Ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan, syok, dan berpotensi kegagalan banyak organ.
Selain pada jumlah sitokin, perbedaan lainnya juga terdapat pada fungsi sel imun. Perempuan memiliki sel T aktif yang lebih tinggi. Sel ini adalah pasukan penting untuk membasmi virus yang masuk dalam tubuh. Selain sel T aktif, jumlah sel T cadangannya juga tinggi. Perempuan memang dicitakan lebih kuat dan tahan banting terhadap virus.
ADVERTISEMENT
Risiko Lahiriah Lebih Besar
Temuan ini membungkam pandangan yang mengatakan bahwa gaya hidup pria-lah yang membuat mereka menjadi sangat rentan terinfeksi dan memiliki risiko yang lebih besar saat terinfeksi. Pandangan sesat ini mengabaikan fakta bahwa virus SARS-CoV-2 adalah sesuatu yang serius, yang berakibat pada menurunnya tingkat kepatuhan protokol kesehatan.
Jenis kelamin tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada tingkat infeksi, namun saat terinfeksi, pria memiliki risiko yang lebih tinggi daripada perempuan karena adanya perbedaan biologis dalam menanggapi infeksi.
Dengan risiko lahiriah yang lebih besar untuk penyakit parah dan kematian pada pria, mungkin sudah saatnya bagi “mahluk dengan harga diri” ini untuk mulai mematuhi anjuran tenaga kesehatan dengan mematuhi protokol kesehatan.
Kepatuhan yang lebih tinggi terhadap perlindungan pencegahan infeksi, terutama pada pria, tidak hanya akan mengurangi risiko infeksi, tetapi juga memerangi peningkatan risiko penyakit parah dan kematian akibat COVID-19.
ADVERTISEMENT
So ladies... cowok itu dijaga, bukan dirusak. Mereka hanyalah mahluk lemah dan rentan. (Anasiyah Kiblatovski / YK-1)