Konten dari Pengguna

Melihat Pohon Cemara Bekerja sebagai Penyembuh bagi Lahan yang Sakit

14 Juni 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pantai Goa Cemara, Jogja. Foto: Happytour.id
zoom-in-whitePerbesar
Pantai Goa Cemara, Jogja. Foto: Happytour.id
ADVERTISEMENT
Jika orang-orang mencari tanah yang subur untuk ditanami, berbeda dengan Winastuti Dwi Atmanto. Dosen Fakultas Kehutanan UGM itu justru mencari lahan-lahan yang gersang dan kritis untuk ditanami pohon cemara.
ADVERTISEMENT
Jenis cemara yang paling sering ditanam oleh Winastuti adalah jenis cemara udang atau nama ilmiahnya Casuarina equisetifolia. Cemara udang merupakan satu dari sekitar 7 jenis cemara asli dari Indonesia. Pohon cemara udang, biasanya paling sering ditemukan di area pesisir pantai.
Menurut Winastuti, cemara merupakan tanaman yang sangat tepat untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis dan kekurangan nutrisi. Daun dan ranting cemara yang berguguran, akan memberikan nutrisi bagi lahan kritis di sekitarnya, sehingga sangat baik untuk pertanian.
“Di pantai di Kebumen dulu, petani di sana menanami melon, semangka, cabai, dan sebagainya, hasilnya itu kurang bagus. Tapi setelah di pesisir ditanami cemara, hasil pertaniannya jadi bagus-bagus,” ujar Winastuti Dwi Atmanto ketika ditemui di lokasi penyemaian bibit miliknya di Yogyakarta, Sabtu (13/6).
ADVERTISEMENT
Daun dan ranting cemara yang berguguran menjadi nutrisi bagi dirinya dan tanaman di sekitarnya. Dengan cara itu, tanah yang semula gersang dan tidak punya nutrisi menjadi subur. Apalagi cemara dapat melakukan gutasi atau mengeluarkan cairan yang sangat tinggi. Jika kebanyakan pohon akan melakukan gutasi pada pagi hari, cemara sudah bisa melakukan gutasi pada sore sekitar pukul 15.00.
Cairan yang keluar dari daun-daun cemara ini nantinya akan jatuh ke tanah, sehingga membuatnya selalu lembab. Hal itu akan terus dia lakukan, terutama jika pada siang hari cuaca sangat panas sehingga dia tidak akan pernah kekurangan air.
“Jadi dia itu memang suka tempat-tempat panas. Jadi dia akan mengeluarkan air dari daunnya untuk membasahi dirinya sendiri, kemudian diserap dan dikeluarkan lagi. Begitu seterusnya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan pohon cemara juga sangat cepat, terlebih dibantu dengan mikroorganisme simbiotik Frankia yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme ini juga mampu menambatkan nitrogen, hal inilah yang membuat ekosistem di sekitarnya menjadi lebih baik.
“Jadi Frankia ini akan membentuk bintil akar yang akan meningkatkan kapasitas penambatan nitrogen di udara,” lanjutnya.
Mikroorganisme ini berhasil ditemukan oleh Winastuti setelah melakukan penelitian sekitar delapan tahun. Frankia juga yang telah mengantarnya meraih gelar doktoralnya di UGM pada 2013 silam.
Mengutip disertasi Winastuti tentang Potensi Simbiosis Casuarina – Frankia dalam Peningkatan Kualitas Tanah di Lahan Pesisir Pantai, Frankia termasuk aktinomisetes yang hidup bebas dan bersimbiosis dengan Casuarina sehingga mampu menambat nitrogen dari udara.
“Untuk memperbaiki ekosistem sekitar itu cepat, lahan kritis ditanami cemara dengan jarak tanam yang rapat itu cepat sekali tumbuh,” ujar Winastuti.
ADVERTISEMENT
Penahan Angin, Pencegah Abrasi
Bibit pohon cemara. Foto: Widi Erha Pradana.
Cemara yang ditanam di kawasan pesisir pantai akan berperan sebagai penahan angin dari laut. Angin ini biasanya akan membawa pasir menjauhi kawasan pantai, jika dibiarkan hal ini akan mengakibatkan abrasi atau pengikisan yang serius.
Di sini, cemara akan berperan sebagai wind break atau penahan angin. Sehingga, pasir yang terbawa oleh angin akan tertahan, dan abrasi bisa dicegah. Bahkan Winastuti mengatakan bahwa proses ini perlahan akan membuat garis pantai semakin panjang.
“Kalau pantainya semakin jauh kan bisa ditanami lagi, jadi makin banyak cemara yang bisa ditanam,” ujar Winastuti.
Semakin banyak pohon cemara yang ditanam di pesisir pantai juga akan memberikan tempat tinggal bagi banyak satwa. Mulai dari burung, berbagai macam serangga, ular, penyu, dan sebagainya. Bahkan burung walet menurut Winastuti akan sangat menyukai sebuah tempat jika di sana banyak pohon cemara.
ADVERTISEMENT
“Pernah waktu itu di Kebumen, sebelumnya itu tidak ada walet, namun setelah ditanami cemara mungkin karena ekosistemnya cocok, walet-walet mulai muncul,” lanjutnya.
Karena itu, cemara menurutnya merupakan salah satu tanaman yang sangat tepat untuk melakukan konservasi ekosistem. Terlebih tanaman ini juga sangat mudah diperbanyak, bisa secara generatif menggunakan biji maupun secara vegetatif dengan cara stek.
Cemara Memperbaiki, Manusia Merusak
Dosen Fakultas Kehutanan UGM Winastuti Dwi Atmanto di pusat pembibitan cemara di Jogja. Foto: Widi Erha Pradana.
Winastuti adalah salah seorang pemula yang menanami pantai selatan Jawa dengan pohon cemara. Sebelumnya, pantai selatan seperti di Gunungkidul, Bantul, sampai Kebumen belum ada pohon cemara. Winastuti dan sejumlah peneliti lainnya harus membawakan bibit dari Madura sekitar tahun 1990-an untuk ditanam di pantai selatan Jawa.
Seiring berjalannya waktu, pohon cemara mulai tumbuh. Membuat kawasan pantai yang semula gersang menjadi sejuk dan rindang. Belum soal abrasi yang bisa dicegah.
ADVERTISEMENT
“Tapi manusia merusaknya,” kata Winastuti menyesalkan.
Aktivitas pariwisata kerap kali menjadi musuh utama kawasan cemara di pesisir pantai. Sebab, daunnya yang lebat kerap kali menutupi pemandangan ke arah pantai. Akibatnya, mereka tak mampu lagi menjadi penahan angin dan fungsinya sebagai pencegah abrasi pun hilang.
“Cemara itu kan daunnya sampai bawah, bagus banget itu. Tapi kemudian dipotong karena menghalangi pandangan, seperti yang terjadi di Gunungkidul itu. Di Indrayanti itu dulu bagus banget cemaranya. Belum kalau makin banyak warung di pantai,” lanjutnya.
Masyarakat yang kurang memahami fungsi daun dan ranting cemara untuk keberlangsungan ekosistem juga kerap mengambil daun dan ranting yang kering dan jatuh itu. Karena mengandung karbon, daun dan ranting cemara kering sangat baik jika dijadikan pengganti kayu bakar. Jika dibakar, daun dan ranting kering cemara akan lebih tahan lama ketimbang kayu bakar jenis lainnya.
ADVERTISEMENT
Bagi Winastuti, cemara adalah penolong bagi ekosistem yang rusak. Cemara adalah obat bagi lahan yang sakit dan hampir mati.
“Jadi ibarat manusia sudah enggak punya apa-apa, enggak bisa makan apa-apa, terus cemara datang semuanya menjadi lebih baik. Memperbaiki lingkungan yang rusak,” ujarnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)