Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
1.023 Bayi di DIY Lahir Prematur hingga Oktober 2024, Paling Banyak di Sleman
21 November 2024 12:56 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat hingga Oktober 2024, sebanyak 1.023 bayi di DIY lahir prematur atau sebelum usia kehamilan 37 minggu. Jumlah ini setara dengan 3,71 persen dari total kelahiran sebanyak 27.545 bayi di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga, Gizi, dan Kesehatan Jiwa Dinkes DIY, Prahesti Fajarwati, mengungkapkan data tersebut masih bersifat sementara dan terus diperbarui.
“Ada 3,71 persen bayi di tahun 2024 itu lahir prematur, yaitu 1.023 bayi. Ini datanya sampai bulan Oktober, namun data dari Dinkes masih terus berjalan,” kata Prahesti kepada Pandangan Jogja di kantornya, Rabu (10/11).
Dari total bayi prematur yang lahir di DIY, Kabupaten Sleman mencatat jumlah tertinggi dengan 448 kasus. Disusul Bantul sebanyak 212 bayi, Gunungkidul 165 bayi, Kulon Progo 123 bayi, dan Kota Yogyakarta 75 bayi.
Prahesti menjelaskan, kelahiran prematur dipengaruhi oleh tiga faktor utama: kondisi kesehatan ibu, kondisi bayi dalam kandungan, serta pelayanan dan pemantauan kesehatan.
“Kesehatan ibu selama hamil, bahkan sejak sebelum hamil, sangat berpengaruh. Misalnya, penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes dapat memengaruhi kehamilan secara keseluruhan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Prahesti menekankan pentingnya perencanaan kehamilan yang matang, termasuk memeriksa kesehatan dan status gizi ibu sebelum hamil. Pemeriksaan ini meliputi ukuran lingkar lengan atas, anemia, dan riwayat penyakit.
“Ibu sebaiknya sehat dulu sebelum hamil,” tegasnya.
Ia menambahkan, bayi yang lahir prematur memiliki risiko masalah kesehatan yang lebih tinggi. Berat badan mereka biasanya di bawah 2.500 gram, sehingga lebih rentan terhadap suhu dingin karena tubuhnya kekurangan lemak. Hal ini berisiko menyebabkan hipotermia.
“Lemak yang lebih sedikit membuat mereka rentan terhadap suhu dingin, rawan hipotermia, dan ini akan memengaruhi kondisi kesehatannya,” jelas Prahesti.
Selain itu, organ tubuh bayi prematur, terutama paru-paru, sering kali belum berkembang sempurna.
“Organ paru-paru paling rentan jika bayi lahir sebelum waktunya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dinkes DIY terus mengupayakan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan ibu hamil guna mengurangi risiko kelahiran prematur.