Konten Media Partner

Animal Communicator: Jasa Ngobrol sama Hewan yang Lebih Mahal dari Dokter Hewan

5 Oktober 2023 20:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi seorang perempuan sedang bermain dengan kucing peliharaannya. Foto: Yuriy Seleznev/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang perempuan sedang bermain dengan kucing peliharaannya. Foto: Yuriy Seleznev/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Animal Communicator atau ancom menjadi salah satu profesi yang sedang tren dalam beberapa tahun terakhir. Profesi ini menyediakan jasa kepada pemilik hewan peliharaan untuk ‘berkomunikasi’ dengan hewan peliharaan supaya lebih bisa memahaminya.
ADVERTISEMENT
Di media sosial bahkan banyak sekali unggahan-unggahan pengguna jasa animal communicator yang memperlihatkan hewan peliharaannya seolah-olah sedang ngobrol dengan ngobrol dengan pemiliknya.
Dokter hewan yang juga ahli perilaku hewan dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Hery Wijayanto, mengatakan bahwa profesi animal communicator sebenarnya sudah mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 2016.
Namun, baru akhir-akhir ini profesi tersebut dikenal luas oleh masyarakat, terutama oleh para pemilik hewan peliharaan.
“Hanya saja memang booming baru akhir-akhir ini, mungkin karena kemarin ketika Covid orang lebih care dengan hewannya karena tidak banyak beraktivitas di luar juga,” kata Hery Wijayanto saat dihubungi Pandangan Jogja, Kamis (5/10).
Dokter hewan yang juga ahli animal behavior UGM, drh Hery Wijayanto. Foto: Dok. Istimewa
Sejak saat itu, jasa animal communicator terus berkembang seiring dengan orang-orang yang ingin lebih memahami hewan peliharaannya, bahkan mengetahui perasaan dan isi hati dari hewan peliharaan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Dan animal communicator sekarang justru lebih mahal daripada dokter hewan. 30 menit saja Rp 250 ribu sampai Rp 400 ribu rata-rata, dokter hewan kalah,” kelakarnya.
Meski di media sosial banyak jasa-jasa animal communicator yang seolah-olah bisa menerjemahkan bahasa hewan peliharaan, namun menurutnya animal communicator sebenarnya bukan menerjemahkan bahasa hewan menjadi bahasa yang dapat dipahami manusia.
Kata-kata seekor kucing yang disampaikan oleh animal communicator kepada kliennya. Foto: Twitter @croinahceah
Animal communicator bekerja dengan cara memahami perilaku hewan, baik melalui suara, penampakan bahasa tubuh, sentuhan, penciuman, gelombang listrik, dan sebagainya sesuai dengan jenis atau spesies hewan. Perilaku tersebut merupakan cara hewan berkomunikasi untuk menunjukkan perasaan atau kondisinya.
“Sebenarnya yang disampaikan kepada pemilik bukan bahasa, tapi bagaimana animal communicator menerjemahkan keinginan dari hewan peliharaannya melalui perilakunya. Jadi lebih ke arah membantu pemilik untuk lebih memahami hewan peliharaannya,” kata Hery Wijayanto.
ADVERTISEMENT