Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Cek Sekarang, Pakar Sebut 9 dari 10 Pasien Ginjal Tak Tahu Dia Sakit Ginjal
15 Maret 2022 18:49 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Ginjal dan Hipertensi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Metalia Puspitasari, mengatakan bahwa sebagian pasien gangguan ginjal tidak paham atau tidak mengetahui kalau dia mengalami gangguan ginjal.
ADVERTISEMENT
“Sepuluh persen orang yang mengalami gangguan ginjal itu adalah gangguan ginjal kronis atau yang sudah lama. Sembilan dari 10 orang tidak paham dan tidak mengetahui kalau ia mengalami gangguan ginjal,” kata Metalia Puspitasari seperti dikutip dari rilis UGM, Selasa (15/3).
Ketidaktahuan itu jadi salah satu penyebab tingginya tingkat mortalitas atau kematian akibat penyakit ginjal. Bahkan pada 2040, diproyeksikan gangguan ginjal akan jadi penyebab kematian ke-5 terbesar di dunia.
“Setiap tahun tingkat mortalitasnya terus meningkat,” lanjutnya.
Meta menjelaskan, bahwa gangguan ginjal dibagi menjadi dua, yakni gangguan ginjal akut dan gangguan ginjal kronis. Gangguan ginjal akut adalah gangguan ginjal yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan gangguan ginjal kronis terjadi dalam waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
Gangguan ginjal akut biasanya disebabkan oleh sejumlah hal seperti asupan minum yang kurang, muntah hebat, diare yang parah sehingga menyebabkan kekurangan cairan pada tubuh.
“Selain itu, konsumsi obat-obatan tertentu juga bisa menyebabkan gangguan ginjal akut,”ujarnya.
Sedangkan gangguan ginjal kronis biasanya disebabkan oleh penyakit jangka panjang seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, penyakit jantung, infeksi yang tidak diobati dengan efektif yang secara perlahan merusak ginjal dan mengurangi fungsi organ tersebut dari waktu ke waktu.
Karena itu, menurut Meta dibutuhkan pemeriksaan rutin untuk melakukan deteksi dini adanya gangguan ginjal. Adapun gejala-gejala yang biasa dialami oleh seseorang yang mengalami gangguan ginjal diantaranya meningkatnya tekanan darah dan nadi, adanya pembengkakan bagian tubuh, wajah pucat atau anemia, dan intensitas buang air kecil yang menurun.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kita juga bisa melakukan pemeriksaan laboratorium seperti ureum, kreatinin, dan urine untuk mengetahui fungsi ginjal. Kadar kreatinin yang tinggi dalam darah dapat jadi tanda adanya gangguan pada ginjal. Atau bisa juga dengan melakukan pemeriksaan elektrolit.
“Ketika seseorang mengalami gangguan ginjal, elektrolit ini menjadi tidak seimbang, ini pemeriksaan sederhana yang bisa dilakukan,” kata dia.
Meta juga menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter penyakit dalam jika merasakan adanya gejala gangguan fungsi ginjal. Dengan begitu, gangguan ginjal bisa ditangani dengan segera sehingga bisa menekan angka mortalitas.
Jika gangguan ginjal yang dialami disebabkan oleh pembesaran prostat, pasien bisa lanjut berkonsultasi ke dokter spesialis urologi. Jika prostat yang membesar menyebabkan gangguan aliran kencing, maka perlu dilakukan tindakan tertentu. Jika gangguan ginjal disertai adanya gangguan tumor di daerah ginekologi atau rahim, maka bisa lanjut untuk konsultasi dengan dokter penyakit dalam atau dokter kandungan.
ADVERTISEMENT
“Selain dokter penyakit dalam, kita bisa berkonsultasi ke dokter penyakit dalam yang khusus konsultan ginjal dan hipertensi,” kata Metalia Puspitasari.