Konten Media Partner

Cerita Jokpin saat Jadi Anak Kos, Suka Jalan Kaki Menyusuri Trotoar Jogja

28 April 2024 14:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prosesi pemakaman penyair Joko Pinurbo di Sasanalaya Demangan, Ngemplak, Sleman, pada Minggu (28/4). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Prosesi pemakaman penyair Joko Pinurbo di Sasanalaya Demangan, Ngemplak, Sleman, pada Minggu (28/4). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Jenazah sastrawan Yogya, Joko Pinurbo, telah dimakamkan di Sasanalaya Demangan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman pada Minggu (28/4). Tempat peristirahatannya tidak jauh dari tempat dimakamkannya sang ayah.
ADVERTISEMENT
Salah seorang sahabat Joko Pinurbo, Kris Budiman, mengenang Joko Pinurbo sebagai sosok yang sederhana. Dulu, Kris yang kini juga menjadi dosen dan penulis mengaku sering jalan kaki menyusuri trotoar Jogja.
“Momen yang paling melekat ya saat kami jalan bareng menyusuri trotoar Jogja, cari makan, mampir di kos, kayak gitu lah yang sepele-sepele,” kata Kris Budiman, Sabtu (27/4).
Kris Budiman. Foto: Rochmad NH/Pandangan Jogja
Kedekatannya dengan Joko Pinurbo terutama terjadi pada rentang tahun 1989 sampai 1995, saat keduanya sama-sama masih jadi anak kos.
Saat masih sama-sama muda, Kris Budiman juga mengaku sering datang ke acara-acara sastra bersama Joko Pinurbo. Sejak dulu, Jokpin menurut Kris Budiman memang hobi berjalan kaki.
“Jokpin itu sederhana, enggak banyak neko-neko, dari dulu stabil seperti itu, ke mana-mana jalan kaki, kalau ngobrol ya lucu,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu sahabat, Kris juga mengikuti perkembangan karya-karya Jokpin dari waktu ke waktu. Namun, dia mengaku lebih suka menyukai karya-karya lamanya ketimbang karya-karyanya yang baru.
“Yang baru-baru saya malah enggak suka. Favorit saya ada ‘Bulu Matamu: Padang Ilalang’, terus ‘Jogjanya Linus’, satu lagi ‘Di Kulkas’, ada tiga itu yang paling saya suka,” kata Kris Budiman.
Reporter: Rochmad NH