Konten Media Partner

Dirjen Kebudayaan Ungkap 3 Alasan Sumbu Filosofi Yogya Layak Jadi Warisan Dunia

25 April 2023 15:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Pembahasan penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta menjadi Warisan Dunia oleh UNESCO telah memasuki babak akhir. Berdasarkan jadwal UNESCO, sidang penetapan Warisan Dunia ini akan digelar di Riyadh, Arab Saudi, pada September 2023 mendatang.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Hilmar Farid, mengatakan bahwa untuk ditetapkan sebagai sebuah warisan dunia, maka Sumbu Filosofi Yogya mesti memiliki minimal satu kategori Outstanding Universal Value (OUV) atau Nilai Universal Luar Biasa.
Hilmar mengatakan, Sumbu Filosofi Yogya Yogya memiliki tiga kategori OUV, yang kini tengah diajukan dan dinilai oleh UNESCO. Pertama terkait dengan pertukaran nilai budaya yang terjadi dalam lingkup wilayah tertentu, dalam hal ini Sumbu Filosofi Yogyakarta.
“Pertukaran nilai ini sangat terkait dengan sejarah kita yang panjang, masuknya lapis-lapis peradaban dari waktu ke waktu, dari India, Arab, Tiongkok, Eropa, dan seterusnya yang mewarnai perjalanan sejarah kita secara sangat kuat,” kata Hilmar Farid dalam webinar yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan DIY, Selasa (18/4).
ADVERTISEMENT
“Dan Yogyakarta menjadi salah satu bukti adanya pertukaran budaya yang hebat ini dan sekarang di dalam naskah nominasi juga dijadikan salah satu Outstanding Universal Value,” lanjutnya.
Ilustrasi Sumbu Filosofi Yogya. Foto: Dinas Kebudayaan DIY
Yang kedua terkait dengan Sumbu Filosofi Yogya sebagai bukti adanya kebudayaan yang hidup. Sedangkan kriteria ketiga terkait dengan banyaknya kegiatan kebudayaan di kawasan Sumbu Filosofi Yogya yang hidup sampai hari ini.
Sampai hari ini, banyak sekali kegiatan-kegiatan budaya seperti pertunjukan seni sampai ritual-ritual tradisi yang terus dipelihara di kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta.
Ketiga kategori atau OUV ini menurut Hilmar sangat penting bagi pemerintah untuk menyusun kebijakan ke depan. Sebab, tugas utama setelah Sumbu Filosofi Yogya ditetapkan sebagai Warisan Dunia adalah menjaga keutuhan dari seluruh situs yang telah didaftarkan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Jadi tentu saya ke depan sangat berharap Dinas Kebudayaan akan bisa lebih aktif membuat rancangan program yang mengintegrasikan nominasi Warisan Dunia ini ke dalam program-programnya,” kata Hilmar Farid.
Selain itu, dia juga mengatakan bahwa peran masyarakat luas terutama para pelaku budaya dalam menjaga keutuhan Sumbu Filosofi Yogya sebagai Warisan Dunia merupakan hal yang sangat esensial.
“Tanpa keterlibatan dari para pelaku budaya, baik itu para pelestari, seniman, pekerja seni yang lain, kita akan sulit tugas menjaga integritas Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia ini bisa kita jalankan,” tegasnya.
Ilustrasi Sumbu Filosofi Yogya 3D. Foto: Wdi RH Pradana
Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk UNESCO, Ismunandar, mengatakan bahwa sampai saat ini Indonesia sudah memiliki sembilan situs Warisan Dunia yang terdiri atas Warisan Budaya Dunia seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Situs Manusia Purba Sangiran, Sistem Pengairan Subak di Bali, dan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto; serta Warisan Alam Dunia seperti Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Lorentz, serta Taman Hutan Hujan Tropis Sumatra.
ADVERTISEMENT
“Kalau Sumbu Filosofi ditetapkan sebagai Warisan Dunia, berbarti akan bertambah lagi nanti Warisan Budaya Dunia yang ada di sekitar Yogyakarta,” kata Ismunandar.
Namun, Ismunandar menekankan bahwa label penetapan Warisan Dunia oleh UNESCO bukanlah tujuan akhir. Sebaliknya, hal itu justru menjadi awal dari suatu tanggung jawab untuk menjaga kelestarian warisan tersebut.
“Kini, UNESCO menekankan pariwisata berkelanjutan, yakni pariwisata yang menghormati masyarakat lokal, wisatawan, warisan budaya, dan lingkungan,” ujarnya.