Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Ditilang Polisi Tunjukin Kartu KMY, Kelakar Sesepuh di Depan 3.500 Warga Madura
4 Juni 2023 15:02 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Saking pentingnya KMY bagi warga Madura di Yogya, kalau ditilang polisi di Jalan, warga Madura itu bukan nunjukkan SIM atau STNK tapi menunjukkan kartu anggota KMY.
Ribuan warga Madura di Yogya -diperkirakan lebih dari 3.500 orang- berkumpul di Grand Pacific Hall, Yogya, pada Sabtu (3/6) dalam acara Halal Bihalal Keluarga Madura Yogya (KMY) bertema “Sucikan Hati Gapai Rahmat Ilahi, Menyongsong Kebangkitan Madura Bersinergi Membangun Negeri”.
ADVERTISEMENT
Ketua Keluarga Madura Yogyakarta (KMY), Jugil Adiningrat, mengatakan bahwa acara tersebut murni acara kekeluargaan dan tidak ada dukung mendukung dalam arena politik praktis lokal maupun nasional. Dan acara ini menjadi acara pertama silaturahmi besar-besaran KMY sejak diadakan terakhir pada 2012 lalu.
“Banyak memang pertanyaan soal itu. Ini acara kekeluargaan saja, soal dukungan politik kan warga Madura ini macam-macam, partainya macam-macam, tokohnya macam-macam. Kami sebagai keluarga ya mendukung semua, yang penting berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara. Kalau di Yogya, ya bagaimana berkontribusi untuk Yogya,” papar Jugil ditemui usai acara.
Sebelumnya, Menteri Koodinator Politik, Hukum, dan Ham (Menko Polhukam) Mahfud MD, dijadwalkan menjadi Keynote Speaker dalam Halal Bihalal tersebut namun ternyata berhalangan hadir. Jugil Adiningrat mengatakan, ketidakhadiran Mahfud MD dikarenakan ada agenda kenegaraan yang tidak bisa ditinggal.
ADVERTISEMENT
“Pak Mahfud diwakili oleh intelektual kebanggaan warga Madura di Yogya, dosen Ilmu Pemerintahan UGM, Pak Abdul Gaffar Karim. Pesan Pak Gaffar meneruskan pesan Pak Mahfud adalah Keluarga Madura Yogya musti menampilkan wajah Madura yang sebaik-baiknya saat di perantauan. Ini pesan yang dalam buat kami,” papar Jugil.
Sesepuh KMY, Abdul Wahid Oscar, dalam paparan panjangnya di depan ribuan warga Madura di Yogya menerangkan bagaimana kelahiran KMY pada tahun 1952 atau hanya 7 tahun sesudah Indonesia merdeka pada 1945.
Bahkan sejak era Mataram Islam pada 1600-an warga Madura sudah banyak yang berada di Yogya (Kerajaan Mataram Islam adalah cikal bakal Yogya dan Solo) dan makin banyak setelah Indonesia merdeka pada 1945.
Sejak UGM didirikan pada 1949 dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga pada 1951, sudah ada warga Madura yang kuliah di Yogya. Didirikannya KMY, menurut Abdul Wahid dimulai dari mahasiswa dari Madura yang kekurangan uang saku lalu mencari warga Madura yang jualan sate di Yogya.
ADVERTISEMENT
“Jadi cikal bakal KMY ini adalah niagawan dan mahasiswa. Baru kemudian cendekiawan, para dosen, bapak-bapak dosen, menyusul,” terang Abdul Wahid.
KMY kini membawahi 4 organisasi diiantaranya, Forum Silaturrahim Cendikiawan Keluarga Madura Yogyakarta (FSC-KMY), Forum Silaturrahim Niagawan Keluarga Madura Yogyakarta (FSN-KMY), Forum Silaturrahim Mahasiswa Keluarga Madura Yogyakarta (FSM-KMY) dan terakhir LBH Arya Wiraraja yang baru lahir di era kepemimpinan Jugil Adiningrat yang baru dilantik pada 2022 lalu.
Abdul Wahid menerangkan, warga perantauan Madura di Yogya makin banyak di era 1970-an. Sehingga KMY sebagai organisasi tempat mereka bertemu satu sama lain dengan warga Madura di Yogya makin penting bagi warga perantauan. Terutama, di KMY, warga Madura bisa bertemu dengan warga Madura lainnya dengan latar belakang yang berbeda sehingga satu sama lain bisa saling menguatkan.
ADVERTISEMENT
“Saking pentingnya KMY bagi warga Madura di Yogya, kalau ditilang polisi di Jalan, warga Madura itu bukan nunjukkan SIM atau STNK tapi menunjukkan kartu anggota KMY. Itu yang kita inginkan bagi KMY sekarang, bisa benar-benar menjadi pelindung bagi warga Madura,” kata Abdul Wahid.
Bupati Pamekasan, Badrut Tamam, dalam sambutannya mengatakan bahwa Madura memiliki sumbangan besar untuk negara yakni etos kerja Madura. Warga Madura keluar dari kampungnya hanya berbekal baju satu lembar tapi pulang bisa membawa harta karun. Berangkat ke Yogya berbekal ijazah satu lembar tapi pulang jadi profesor, jadi guru besar.
“Terimakasih banyak untuk warga Madura yang menyumbang etos kerja luar biasa untuk bangsa,” kata Badrut Tamam.
Adapun Bupati Sampang, Slamet Junaidi, kepada media mengatakan bahwa dirinya sangat senang dengan acara halal bihalal KMY tersebut.
ADVERTISEMENT
“Saya pasang badan mendukung kesadaran kolektif masyarakat Madura di perantauan untuk bersolidaritas, bersinergi, membangun negeri. Ini acara luar biasa dan musti jadi contoh bagi warga Madura di daerah lain. KMY ini contoh luar biasa, intelektual Madura bisa bersinergi dengan niagawan, dengan mahasiswa,” papar Slamet.