Konten Media Partner

Duh Sedihnya, Ada Penyu Mati dengan Mulut Penuh Sampah Plastik di Pantai Yogya

20 Januari 2022 18:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penemuan penyu hijau di Pantai Cangkring yang dalam keadaan membusuk, Rabu (19/1). Foto: Sarlinmas Wilayah 4
zoom-in-whitePerbesar
Penemuan penyu hijau di Pantai Cangkring yang dalam keadaan membusuk, Rabu (19/1). Foto: Sarlinmas Wilayah 4
ADVERTISEMENT
Seekor penyu hijau (Chelonia mydas) ditemukan mati dengan mulut penuh sampah plastik di kawasan Pantai Cangkring, Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Rabu (19/1). Penyu tersebut berukuran cukup besar, dengan panjang karapas 75 cm dan lebar 60 cm.
ADVERTISEMENT
Ini adalah kasus kesekian, dimana penyu jadi korban dari banyaknya sampah plastik yang masuk ke lautan. Sebelumnya, sudah banyak juga beredar video yang memperlihatkan seekor penyu terlilit tali plastik, atau video pencabutan sedotan plastik dari hidung penyu yang berdarah dan terlihat sangat menyakitkan.
Bahkan di kawasan Pantai Cangkring tersebut, petugas setidaknya telah menemukan 10 bangkai penyu hanya dalam kurun waktu beberapa tahun.
“Sudah 10 kali lebih kami menemukan bangkai penyu penuh sampah,” kata Koordinator Satlinmas Wilayah 4 Pantai Samas-Pandansimo, Dwi Sari Pamuji, Rabu (19/1).
Penemuan penyu hijau di Pantai Cangkring yang dalam keadaan membusuk, Rabu (19/1). Foto: Sarlinmas Wilayah 4
Pakar reptil dari Fakultas Biologi UGM yang juga aktif meneliti penyu di Yogyakarta, Donan Satria Yudha, mengatakan serangkaian kematian penyu ini sebuah kabar duka yang mestinya membuat kita semua bersedih dan berkabung. Pasalnya, selama ini penyu telah sangat berjasa terhadap kehidupan umat manusia. Bahkan, ketika penyu masih jadi telur, dia telah berjasa untuk manusia.
ADVERTISEMENT
Donan mengatakan, telur-telur penyu akan membuat pengayaan nutrisi pada lahan pasir di pantai yang gersang dan tandus. Supaya pasir yang miskin nutrisi ini bisa subur sehingga banyak tanaman yang tumbuh di atasnya, maka dibutuhkan nutrien.
“Nutriennya dari mana? Salah satu yang utama adalah dari telur-telur penyu yang tidak menetas,” kata Donan Satria Yudha ketika dihubungi, Kamis (20/1).
Ketika telah menetas dan jadi penyu dewasa, jasanya lebih besar lagi. Penyu akan memakan rumput laut atau algae yang ada di laut, sehingga rumput-rumput laut atau algae yang sudah dewasa dan sulit terurai akan diurai oleh pencernaan penyu, dengan begitu akan tumbuh organisme yang baru.
“Sehingga proses pertukaran energi di dalam laut itu lebih lancar, kalau lancar berarti mikro organisme jahat di laut tersebut akan sedikit, tidak menumpuk,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ketika penyu hijau merumput, mereka juga telah membatu menambah nutrisi dan membantu produktivitas lamun. Tanpa proses merumput yang konstan, maka padang lamun akan terlalu rimbun sehingga menghalangi arus laut. Tak sampai di situ, lamun yang terlalu rimbun juga akan menghalangi sinar matahari menembus dasar laut, dampaknya pangkal lamun akan mengalami pembusukan dan menciptakan habitat sejenis jamur.
Namun ketika ada penyu, mereka akan memakan lamun sampai hanya menyisakan beberapa cm saja dari pangkal daunnya, hal ini menyebabkan bagian-bagian lamun yang tua akan hilang lalu tumbuh daun yang baru. Hal ini juga akan menyebabkan lamun tumbuh menyebar, tak berkumpul di satu tempat saja. Singkatnya, tanpa peran penyu maka padang lamun di dasar lautan akan hilang.
ADVERTISEMENT
“Padahal lamun adalah rumah bagi ikan-ikan di lautan,” lanjutnya.
Menurutnya, penyu hijau dan penyu lekang memang termasuk jenis yang paling sering mendarat di pantai selatan Bantul. Selain memakan rumput laut dan algae di lautan, mereka juga sangat hobi memangsa ubur-ubur. Sayangnya, hobi inilah yang kerap membuat mereka menemui celaka.
“Sampah plastik dari sungai yang masuk ke lautan, dia kira ubur-ubur, sehingga dia makan. Kasus seperti ini memang sudah semakin sering terjadi,” kata Donan Satria Yudha.
Untuk diketahui, di setiap Juni-Agustus pantai di sepanjang Daerah Istimewa Yogyakarta juga diterjang ledakan ubur-ubur. Sebagai salah satu pemangsa utamanya, penyu lah yang mengendalikan populasi ubur-ubur.
“Jadi jika penyu banyak yang mati tentu ledakan populasi ubur-ubur akan terus terjadi,” terang Donan. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT