Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9
Konten Media Partner
Hari Jadi ke-270 DIY, Sultan HB X: Maju, Modern, Tak Tinggalkan Nilai Budaya
13 Maret 2025 10:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, pimpin Upacara Peringatan Hari Jadi ke-270 DIY, Kamis (13/3) pagi ini. Upacara tersebut digelar di Stadion Mandala Krida mulai pukul 08.00 WIB hingga 09.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Dalam pelaksanaannya, Sultan HB X menyampaikan amanat selama 11 menit. Secara garis besar, amanat tersebut berisi mengenai sejarah dan penetapan Hari Jadi DIY, refleksi dan harapan untuk DIY.
Sultan HB X menekankan bahwa momentum ini harus menjadi ajang refleksi dan kebangkitan bersama untuk menjadikan Yogyakarta sebagai daerah yang semakin maju, berbasis tata kelola modern, tanpa meninggalkan nilai budaya dan sejarahnya.
“Hari Jadi ini menjadi sebentuk alarm untuk ‘gumregah’, dengan menyerap esensi perjuangan yang telah diukir Mataram Islam dan Kasultanan Yogyakarta. Keduanya mencerminkan benteng yang tak tergoyahkan oleh gelombang kolonialisme dalam memelihara esensi Indonesia," kata Sultan, Kamis (13/3).
Sultan HB X menjelaskan penetapan Hari Jadi DIY merujuk pada peristiwa 13 Maret 1755, ketika Sultan Hamengku Buwono I mendeklarasikan berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat di Hutan Beringan. Peristiwa ini menandai lahirnya pemerintahan Yogyakarta yang lengkap dengan elemen wilayah dan rakyatnya.
ADVERTISEMENT
“Dalam sakralitas momentum itu, tersemat pula rangkaian doa dan asa, seiring munculnya jenama ‘Ayodhya’ yang bertransformasi menjadi ‘Ngayodhya’ dan ‘Ngayogya’. Nama tersebut akhirnya mengilhami penamaan ‘Ngayogyakarta Hadiningrat’, yang merefleksikan gambaran tentang sebuah nagari yang makmur, serta model peradaban ideal," jelasnya.
Pada peringatan tahun ini, DIY mengusung tema ‘Tumata, Tuwuh, Ngrembaka’ yang mencerminkan visi tata kelola pemerintahan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan inklusif. Ketiga istilah tersebut menurutnya saling berkesinambungan, membahas tata kelola pemerintahan di era digital, integrasi ekonomi kreatif, dan perpaduan modernitas dan nilai tradisi.
"Pemerintahan tidak lagi sekadar birokrasi administratif, tetapi harus berbasis data, efisien, dan responsif terhadap tantangan global. Yogyakarta harus beranjak menjadi ‘smart region’, di mana teknologi, kebijakan publik, budaya, dan partisipasi masyarakat bersinergi," kata Sultan.
ADVERTISEMENT
Di akhir amanatnya, Sultan HB X menyerukan kepada seluruh masyarakat untuk menjaga nilai budaya, gotong royong, dan terus berkontribusi dalam membangun Yogyakarta. Ia menegaskan bahwa kemajuan DIY hanya bisa terwujud dengan peran serta berbagai elemen, mulai dari aparatur negara, pendidik, wirausahawan, hingga masyarakat umum.
“Hari Jadi ini juga menyiratkan seruan untuk menghargai sesama manusia, sekaligus membangkitkan kecintaan terhadap bumi dan budaya Yogyakarta. Insyaallah, semangat keberanian akan menjadi nyala yang memandu setiap langkah menuju masa depan DIY yang adil, sejahtera, dan menjadi sumber inspirasi bagi bangsa dan dunia," pungkasnya.