Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Inspiratif, Kisah Sukses Roti Gembong Gedhe Bisa Buka 69 Cabang Kala Pandemi
1 Juli 2021 17:31 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:52 WIB
ADVERTISEMENT
Saat bisnis yang lain kesulitan napas karena pandemi, brand atau merek Roti Gembong Gedhe justru terus terbang ke angkasa memenangkan hati pelanggan.
Buka pertama pada awal 2019 dengan brand Roti Gembong Mokoh di Jalan Gejayan Yogyakarta, pada Februari 2020 saat virus corona mulai ramai di media massa pionir roti gembong di Yogya ini membuka cabang baru di Jalan Godean Km 6,5 dengan brand baru, Roti Gembong Gedhe.
ADVERTISEMENT
Nama baru, peruntungan baru, sejak itu laju Roti Gembong Gedhe tak tertahankan. Kini, total 69 cabang sudah dibuka, dan masih ada 21 calon mitra yang sudah bayar uang kemitraan dan tinggal menunggu waktu pembukaan gerai.
Berkantor pusat di Sinduadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) gerai Roti Gembong Gedhe tersebar di Yogya dan sejumlah kota lain di Jawa Tengah dan Jawa Barat seperti Solo, Semarang, Magelang, Boyolali, Ambarawa, Salatiga, Ungaran, Pekalongan, Kendal, dan Bandung.
Penjualannya bukan main, dalam sehari penjualan Roti Gembong Gedhe bisa mencapai 30 ribu potong roti gembong.
“Tentu saja bagi kami ini sebuah anugerah dari Tuhan, enggak pernah nyangka kita bisa diterima konsumen secepat ini,” kata Co-Founder sekaligus Direktur Marketing Roti Gembong Gedhe, Afan Syahdana, di Yogya, di awal Juni yang basah ini.
ADVERTISEMENT
Berani Rugi demi Kualitas dan Inovasi
Afan menyusun bisnis ini tak sendirian. Ini adalah bisnis keluarga yang dikelola bersama-sama dengan kakak kandungnya dan juga karyawan-karyawan kantor ayahnya yang dalam kesulitan karena pandemi. Ya, ayahnya memiliki bisnis biro perjalanan haji dan umroh, cukup besar, yang sejak pandemi dalam kesulitan sangat berat.
“Kata kuncinya sebenarnya justru bagaimana bareng-bareng bangkit dari kesulitan pandemi, sehingga bisa benar-benar kompak dan semangat kekeluargaan yang tinggi sebagai bekal menghadirkan produk dan layanan terbaik ke konsumen,” jelas Afan.
Tentang produk terbaik, Afan menerangkan bahwa roti gembong belum lama dikenal oleh khalayak Yogya dan sekitarnya. Roti gembong yang berarti adonan roti yang bisa mengembang hingga gedhe (besar) ini baru saja mendapat tempat di hati konsumen.
ADVERTISEMENT
Maka, menurut Afan, sebagai pengalaman pertama, konsumen harus langsung mendapat pengalaman terbaik. Sebab, kalau kecewa, pertaruhannya adalah konsumen tak akan mau mencoba lagi.
Untuk menjaga kualitas ini, butuh keberanian untuk merugi yang tak banyak pengusaha baru mau melakukannya. Di awal buka toko roti gembong di Jalan Gejaya dengan brand Roti Gembong Mokoh, bahkan dengan hanya membuat 80 potong roti, sisanya bisa separo bahkan lebih.
“Kemana separonya? Kita bagi-bagi ke karyawan, saudara, tetangga, pokoknya meski Roti Gembong Gedhe bisa tahan sampai berhari-hari tapi di outlet enggak boleh jual roti kemarin. Roti yang dibikin pagi ini harus habis hari ini karena kita enggak pakai pengawet, jadi kalau lewat hari meski masih bisa dimakan kualitas pasti kurang optimal,” kata Afan.
ADVERTISEMENT
Untuk menghasilkan adonan terbaik hingga tekstur roti bisa selembut dan selezat Roti Gembong Gedhe, manajemen harus mengimpor beberapa bahan dari luar negeri untuk mendapatkan hasil roti lezat dengan tekstur selembut sekarang. Yang tidak mudah adalah bagaimana semua inovasi yang di dapur tak membuat kantong pelanggan keberatan.
“Maka banyak konsumen bilang Roti Gembong Gedhe ini bisa gedhe tapi tetep lembut dan lezat padahal harganya murah. Itu lah yang kami kejar, itu momen ajaib yang kami kejar,” jelas Afan.
Ya, kelembutan tekstur dan kelezatan Roti Gembong Gedhe serta harga yang acceptable itulah yang diakui Afan menjadi salah satu sebab utama begitu banyak pelanggan jatuh hati. Bayangkan, satu bongkahan besar Roti Gembong Gedhe hanya dijual Rp 15 ribuan.
ADVERTISEMENT
Itu pun masih ditambah dengan varian rasa isian selai yang beragam dan terus berinovasi. Saat ini, sudah ada pilihan rasa cokelat, tiramisu, keju, oreo, nuco maltine, abon mayo, dan masih banyak varian rasa lainnya.
“Berdasar data penjualan, yang jadi favorit adalah nuco maltine dan abon mayo. Tapi bulan depan sudah ada rasa baru inovasi kejutan buat pelangggan. Rasa real durian, durian asli,” terang Afan.
Kemitraan yang Dikelola Pusat
Pertumbuhan cepat Roti Gembong Gedhe diakui oleh manajemen karena dukungan dari mitra. Meskipun, sebenarnya sampai hari ini Roti Gembong Gedhe tak memiliki divisi khusus yang mencari mitra. Manajemen dan mitra bisa ketemu dari banyak jalan; jejaring pertemanan, pelanggan di toko, dan kabar yang menyebar dari mulut ke mulut.
ADVERTISEMENT
“Neranginya agak susah ya, karena kita belum punya divisi khusus untuk nyari mitra. Tapi ya selalu ada saja kesempatan untuk ketemu dengan mitra yang sevisi sama kita, jadi ya sudah Bismillah ayo jalan bareng,” jelas Afan.
Sampai hari ini, selain 69 toko yang sudah berjalan sudah ada 21 mitra yang sudah membayar uang kemitraan dan masih menunggu waktu untuk pembukaan toko.
Berbeda dengan bisnis kemitraan skala UMKM yang hanya menjual nama merek dan resep dapur, Roti Gembong Gedhe memilih pola lain. Model bisnisnya, mitra memberikan modal awal untuk membuka gerai baru. Namun seluruh operasional gerai, dari proses produksi sampai penjualan dipegang sepenuhnya oleh manajemen Roti Gembong Gedhe.
Manajemen, menurut Afan, belajar dari banyak pola kemitraan lain yang ternyata tidak bisa sustain. Manajemen terpusat memungkinkan untuk menjaga kualitas produk dan layanan, berbeda dengan pola franchise UMKM pada umumnya yang selama ini banyak dikenal.
ADVERTISEMENT
“Ini satu-satunya cara untuk menjaga kualitas dan sustainability bisnis. Bisnis bakery itu harus dikelola dengan manajemen yang kuat karena enggak mudah menjaga kualitas, sebab meski sudah ada resep baku dan bahan terstandar tapi kan masih ada proses di dapur toko. Bagaimanapun ini kan roti handmade, meski sudah ada mesin. Nah, ini tidak mudah, sama sekali tidak mudah,” jelas Afan.
Rata-rata modal yang dibutuhkan untuk membuka satu gerai Roti Gembong Gedhe di DIY dan Jawa Tengah sebesar Rp 285 juta dengan asumsi biaya sewa tempat dalam setahun sebesar Rp 40 juta. Artinya di luar sewa toko, modal dari mitra sebesar Rp 245 juta. Modal ini untuk membiayai seluruh set dapur Roti Gembong Gedhe di toko, meja, rak, renovasi toko, neon box, dan semua kebutuhan pembukaan toko.
ADVERTISEMENT
“Kita sama sekali enggak ambil laba dari uang pembukaan toko seperti halnya kalau franchise ada franchise fee, enggak ada sama sekali. Modal ini benar-benar habis untuk biaya pembukaan toko,” jelas Afan.
Dan dengan modal awal itu, mitra tak dibebani pekerjaan apapun alias tahu beres. Perhitungan bagi hasil juga sangat simpel karena mitra mendapatkan pembagian 10 persen dari omset penjualan. Sekali lagi, dari omset, bukan dari laba bersih. Uang sewa toko juga masih dikembalikan oleh manajemen tiap bulan.
“Jadi mitra tugasnya apa? Tugasnya membantu pemasaran saja, bilang ke teman-temannya, tetangga, saudara, kalau dia punya Roti Gembong Gedhe sehingga toko makin ramai. Sudah enggak usah pusing bayar karyawan, bayar listrik, dan tetek bengek operasional toko,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Afan mengatakan, sebagai sebuah bisnis, keuntungan memang hal yang wajib dikejar. Tapi di atas itu semua ada nilai kekeluargaan dan niat baik untuk bangkit dari pandemi, yang menjadi nilai utama Roti Gembong Gedhe.
“Sekali lagi kekeluargaan dan visi ingin berbagi dan bangkit bersama dari pandemi yang manajemen bersama semua mitra ingin selalu dipegang bersama,” tutup Co-Founder sekaligus Direktur Marketing Roti Gembong Gedhe, Afan Syahdana. (Adv/YIA-1)
Baca Juga: