Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Jelang Libur Nataru, Tingkat Keterisian Kamar Hotel di DIY Capai 80 Persen
16 Desember 2024 17:22 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Menjelang libur Natal dan Tahun Baru, tingkat reservasi hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk periode 24 Desember hingga 1 Januari telah mencapai 70-80 persen.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut berdasarkan catatan Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) DIY.
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, mengatakan tingkat reservasi tahun ini menunjukkan tren positif dibandingkan tahun lalu.
“Seminggu ini sampai dengan hari ini di tingkat huniannya 65-70 persen, tapi reservasi yang masuk di periode tanggal 24 Desember sampai dengan tanggal 1 Januari rata-rata tinggi sekitar 70-80 persen,” kata Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono dihubungi Pandangan Jogja, Senin (16/12).
Khusus di area Kota Yogyakarta dan Sleman, angka reservasi hotel berbintang bahkan sudah mendekati penuh. Tingkat reservasinya telah mencapai angka 85 persen.
“Yang di area Kota Jogja dan Sleman terutama yang bintang, itu sudah mencapai 85 persen,” ujarnya.
Dengan proyeksi okupansi hingga 95% pada puncak liburan, PHRI optimistis sektor pariwisata DIY akan terus tumbuh positif.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Deddy memastikan masih banyak kamar tersedia di wilayah DIY. Namun, ia mengimbau wisatawan untuk melakukan reservasi terlebih dahulu dan tidak datang secara mendadak.
“Jangan khawatir kalau tidak kebagian kamar di periode tersebut. Silakan datang ke Jogja, tapi himbauan kami, reservasi dulu di hotel yang dipilih, jangan mendadak. Jangan walking case atau datang langsung ke hotel, takutnya nanti hanya muter-muter di sini,” ujarnya.
Selain itu, PHRI DIY telah menetapkan batas kenaikan tarif kamar hotel saat libur panjang maksimal 75 persen dari harga normal. Kenaikan ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan peningkatan biaya operasional.
“Jangan sampai wisatawan itu merasa ini aji mumpung. Maksimal kenaikannya 75 persen. kami hanya menyesuaikan harga bahan bakunya yang naik, kemudian biaya operasional yang lain,” kata Deddy.
ADVERTISEMENT