Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Jokowi Sentil soal Saham ‘Gorengan’, Bagaimana Saham Kok Bisa ‘Digoreng’?
8 Februari 2023 15:56 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperingatkan adanya saham-saham ‘gorengan’ seperti saham Adani di India yang menghebohkan keuangan dunia. Jokowi mewanti-wanti supaya aksi goreng-menggoreng saham seperti yang terjadi di perusahaan milik konglomerat India, Gautam Adani itu terjadi di bursa saham Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Irfan Noor Riza, menjelaskan bahwa saham ‘gorengan’ yang dimaksud oleh Jokowi adalah saham sebuah perusahaan yang kenaikannya tidak normal karena pergerakannya sedang direkayasa oleh pelaku pasar dengan tujuan kepentingan tertentu.
“Saham gorengan itu istilah pasar ya, jadi saham yang tiba-tiba naik dan tiba-tiba turun yang tidak mencerminkan sisi fundamentalnya. Ada beberapa oknum yang barangkali menggerakkan itu,” kata Irfan Noor Riza saat dihubungi, Rabu (8/2).
Irfan menjelaskan bahwa saham-saham yang digoreng biasanya akan di-pompom agar menjadi perhatian banyak orang oleh para oknum penggoreng saham. Dengan begitu, harga saham tersebut akan naik walaupun secara fundamental tidak sesuai dengan kenaikan harga saham tersebut.
ADVERTISEMENT
“Harpannya semakin banyak investor yang ikut di dalamnya sehingga harganya semakin naik,” kata Irfan.
Ketika sudah semakin banyak investor yang membeli saham tersebut dan membuat harga saham tersebut naik sampai pada level tertentu, para oknum penggoreng saham tadi kemudian akan menjual sahamnya.
“Sehingga harganya turun kembali,” lanjutnya.
Dalam situasi ini, pihak yang paling dirugikan adalah orang-orang yang terjebak dan mengikuti tren kenaikan harga saham tersebut. Dia sudah membeli saham dengan jumlah besar dan harga tinggi misalnya, namun dalam sekejap harga saham itu hancur sehingga uangnya hilang begitu saja.
“Orang kan kadang melihat ada harga saham yang tiba-tiba bisa naik, mereka tutup mata dan ikut beli, harapannya harganya naik terus. Padahal dia sedang masuk ke dalam perangkap,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Dia juga mengatakan bahwa perusahaan di sektor apapun sahamnya memungkinkan untuk digoreng, tergantung kekuatan oknum para penggoreng saham tersebut. Namun umumnya, saham-saham yang digoreng adalah saham yang murah sehingga dengan modal yang relatif kecil mereka sudah bisa menggerakkan saham tersebut.
“Kalau saham-saham yang sudah mahal tentunya mereka membutuhkan modal yang sangat besar untuk bisa menggerakkan saham tersebut,” ujarnya.
Sebelum membeli saham, seorang investor yang baik menurut Irfan harus melihat fundamental saham yang akan dia beli dulu untuk mengetahui apakah saham tersebut sehat atau tidak. Jika harga saham sebuah perusahaan naik, maka harus dilihat fundamental atau dasar kenaikan harganya. Misalnya apakah perusahaan tersebut sedang mendapatkan proyek, atau sedang melakukan pengembangan, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Kalau tidak ada apa-apa tiba-tiba naik itu harus diwaspadai, harus dilihat dulu fundamentalnya, apa yang mendasari kenaikan harga saham perusahaan tersebut,” kata Irfan Noor Riza.