Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Kasus HIV di DIY Melonjak 8 Kali Lipat Lebih Dibanding Tahun Lalu
3 Desember 2024 14:47 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Tren kasus HIV/AIDS di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus meningkat dalam 3 tahun terakhir. Tahun ini bahkan terjadi lonjakan lebih dari 8 kali lipat dalam 6 bulan dibandingkan tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY mencatat pada 2021, ditemukan 327 kasus HIV dan 107 kasus AIDS di DIY. Angka tersebut melonjak pada 2022 menjadi 830 kasus HIV dan 193 AIDS. Tahun 2023 tercatat ada 957 kasus HIV dan 205 kasus AIDS.
Lalu hingga semester pertama tahun 2024, ditemukan 8.195 HIV dan 2.313 kasus AIDS di DIY. Data ini merupakan akumulasi dari tahun-tahun sebelumnya.
“Tren angka kejadian HIV/AIDS terus meningkat secara kumulatif dari tahun ke tahun karena memang pengobatan HIV/AIDS seumur hidup,” kata Kepala Dinkes DIY, Pembajun Setyaningastutie, dihubungi Pandangan Jogja, Senin (2/12).
Tercatat penderita HIV/AIDS di DIY mayoritas adalah laki-laki, dengan jumlah mencapai 5.815 kasus HIV dan 1.558 kasus AIDS. Sementara itu, kasus pada perempuan tercatat sebanyak 2.304 untuk HIV dan 741 untuk AIDS. Lalu 76 kasus HIV dan 14 kasus AIDS tidak diketahui jenis kelaminnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, penderita HIV/AIDS ini ada yang berprofesi sebagai pekerja seks hingga mahasiswa.
“Data DIY Tahun 2024 semester pertama menunjukkan profesi penderita HIV/AIDS cukup bervariasi mulai dari wiraswasta, tenaga non-profesional, siswa/mahasiswa, ibu rumah tangga, buruh kasar, pekerja seks, dan sebagian besar tidak menuliskan data pekerjaannya (lain-lain atau tidak diketahui),” ujar Pembajun dihubungi Pandangan Jogja, Senin (2/12).
Pembajun mengimbau masyarakat untuk menjauhi stigma dan diskriminasi terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Menurut Pembajun, dukungan dari lingkungan sosial sangat penting untuk membantu ODHA menjalani pengobatan dengan patuh.
“Di samping itu juga ditekankan untuk menjauhi stigma dan diskriminasi kepada para penyandang HIV/AIDS, dukungan untuk pencegahan dengan berperilaku aman dan melakukan deteksi dini/skrining untuk mengetahui status HIV-nya, dukungan untuk segera melakukan pengobatan dengan patuh (termasuk rutin pemantauan pengobatan dengan pemeriksaan Viral Load) ketika telah terdiagnosis, serta dukungan psikososial lainnya,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dinkes juga menyediakan logistik pencegahan dan skrining untuk populasi berisiko dan ibu hamil melalui program Triple Eliminasi, yaitu deteksi dini HIV, sifilis, dan hepatitis bagi ibu hamil yang kontrol kehamilan.