Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Kata Ahli Gizi & Pengusaha Katering soal Anggaran Makan Bergizi Rp 10 Ribu
3 Desember 2024 18:30 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Pemerintah telah mengumumkan anggaran program Makan Bergizi Gratis yang sebelumnya direncanakan sebesar Rp 15 ribu per porsi menjadi Rp 10 ribu. Makan bergizi gratis ini rencananya akan diberikan kepada siswa SD, SMP, SMA, serta ibu hamil.
ADVERTISEMENT
Dengan aggaran ini, apakah memungkinkan menyediakan menu makanan yang bergizi?
Ahli Gizi UGM, Toto Sudargo, dan Ketua Perhimpunan Pengusaha Jasa Boga Indonesia (PPJI) DIY, Sri Wahyuni Dewi, menyebut anggaran tersebut masih dimungkinkan. Namun dengan beberapa catatan.
Toto menyebut anggarannya harus dikelola secara bijak agar mencukupi kebutuhan gizi semua siswa, misalnya melalui subsidi silang antar jenjang sekolah maupun produksi dalam jumlah besar. Dengan catatan, anggaran itu tidak disunat lagi.
“Saya melihat bahwa distribusi untuk harga itu disamakan, cover blanket system. Artinya SD, SMP dan SMA disamakan Rp10 ribu. Padahal kecepatan makan untuk anak-anak SD, SMA dan SMA berbeda. Di sini pintar-pintarnya pengelola ahli manajemen masing-masing wilayah. Artinya (anggaran bagi siswa) SD yang lebih mungkin disubsidi silang ke SMP atau SMA,” jelas Toto.
Tak hanya itu, anggaran sebesar itu juga masih bisa jika ditambahkan protein seperti telur dengan perhitungan yang tepat.
ADVERTISEMENT
“Kalau partainya besar, kan (bisa mendapatkan) telur 100 gram. Telur itu akan mengandung sekitar 10 gram protein. Andai kata kebutuhan anak SD itu masih 20 atau 25 gram protein, separuh dari makan itu tercukupi dari sumbangan makan,” tambahnya.
Namun, jika anggaran ini masih dipotong, menurutnya sulit untuk menyediakan makanan yang bergizi, malah bisa berujung pada keracunan massal.
“Kalau andai kata (anggaran Rp10 ribu) itu disunat sampai separuh, selain nilai gizi yang kurang, keamanan bahan makanan itu bukan lagi menjadi sehat tetapi justru menjadi keracunan, malah sakit. Itu yang berbahaya sekali,” tuturnya.
Penilaian ini didasarkan karena dirinya juga tengah melakukan penelitian serupa dengan melibatkan lansia di tiga panti di Yogyakarta. Hasilnya, menu yang disajikan dinilai tetap memenuhi kebutuhan gizi meski dengan anggaran Rp 10 ribu.
ADVERTISEMENT
“Saya sudah buktikan, sekarang saya sedang penelitian longitudinal yang bekerja sama dengan Ajinomoto ya. Ada satu panti yang dibiayai hanya 10 ribu rupiah per orang, per orang saja loh ya, tetapi menunya, topnya luar biasa,” jelas Toto.
Sementara itu, Sri Wahyuni, mengatakan dengan Rp 10 ribu, bahan yang mengandung protein seperti ayam dan telur masih bisa masuk ke dalam menu.
Namun, ukurannya akan lebih kecil dan biasanya hanya cukup untuk porsi anak TK atau SD.
“Kalau yang diminta pemerintah itu kan kemarin ada proteinnya, ada sayurnya, ada buahnya, ada nabatinya. Mungkin kalau itu bisa, ya,” kata Sri.
“ayamnya mungkin satu kilonya bisa dibagi menjadi 15, jadi kecil gitu, ya gitu. Terus mungkin telurnya bisa separuh,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Namun, dia menyebut sampai saat ini pihaknya masih menunggu regulasi resmi dari pemerintah terkait dengan besaran dan petunjuk teknis mengenai program Makan Bergizi Gratis tersebut.
“Kami masih menunggu, karena sampai sekarang kami belum mendapat regulasi yang pasti terkait dengan anggaran itu,” ujar Sri Wahyuni.