Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Keris KK Panji Kencana: Simbol Perjuangan Menuju Penetapan Hari Keris Nasional
27 November 2024 19:14 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Forum Komunikasi Paguyuban Tosan Aji DIY (FKPTA-DIY) bersama Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji Nusantara (SENAPATI NUSANTARA) menggelar acara doa syukur untuk memperingati 19 tahun pengakuan Keris sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dunia oleh UNESCO. Acara ini berlangsung pada Senin malam (25/11) di Sekretariat SENAPATI NUSANTARA, Jalan Lingkar Selatan 69, Sokowaten, Tamanan, Banguntapan, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Sekitar 30-an pecinta keris dari Yogyakarta dan sekitarnya hadir untuk merayakan momen bersejarah ini. Acara tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh perkerisan seperti Ki Nurjianto (Wasekjen SENAPATI NUSANTARA sekaligus Ketua FKPTA-DIY), Ki Eko Supriyono, dan Ki Budiharja, serta para kolektor keris nasional, termasuk Salim A. Fillah, Jugil Adiningrat, Rudy Belly, Sumijan, Adi Susanto, Irsad Tamrin, dan banyak lainnya.
Keris diakui sebagai WBTb Dunia pada 25 November 2005, sebagai salah satu dari 13 ikon budaya Indonesia yang mendapat pengakuan UNESCO. Namun, menurut Ki Nurjianto, perjuangan untuk menjadikan tanggal tersebut sebagai Hari Keris Nasional masih terus berlangsung.
“Kegiatan perayaan ini adalah bentuk dukungan kami sebagai pelestari budaya keris demi menuju Indonesia sebagai Kota Budaya Dunia dan perjuangan untuk bisa memperoleh penetapan Hari Keris Nasional dari Pemerintah RI pada 25 November, sesuai pengakuan UNESCO,” ungkap Ki Nurjianto, yang akrab disapa Gus Poleng.
ADVERTISEMENT
Keris Panji Kencana Sebagai Ikon Perjuangan
Salah satu momen penting dalam acara ini adalah kehadiran kembali Keris Pusaka Kanjeng Kyai Panji Kencana, yang diperkenalkan oleh Ki Eko Supriyono. Keris dengan luk lima, dhapur Pandawa Lalermengeng Kinatah Emas Kamarogan, dan pamor Pancuran Mas ini pernah menjadi ikon dalam proposal pengakuan keris oleh UNESCO.
“Keris Luk 5, dengan dhapur Pandawa Lalermengeng Kinatah Emas Kamarogan dengan pamor Pancuran Mas ini sangat layak untuk menjadi ikon keris pilihan yang saat itu dijadikan cover Proposal Keris UNESCO tahun silam,” ujar Ki Eko Supriyono.
Secara simbolis, keris ini diloloskan dari sarungnya oleh Ki Nurjianto dan diperlihatkan kepada seluruh tamu sebagai bentuk rasa syukur sekaligus pengingat perjuangan menuju penetapan Hari Keris Nasional. Sementara secara bersamaan, Ustad Salim A. Fillah memberi penjelasan kepada seluruh tamu undangan mengenai Keris KK Panji Kencana dan pentingnya penetapan Hari Keris Nasional.
ADVERTISEMENT
“Perjuangan masih belum usai. Maka sudah sepatutnya pemerintah harus kembali kita ingatkan untuk memikirkan kembali penetapan Hari Keris Nasional. Koleksi Keris KK Panji Kencana sengaja dihadirkan kembali sebagai pengingat bahwa keris juga tidak hanya menjadi tontonan, tapi juga tuntunan agar kita harus kembali dalam visi dan misi bersama membangun Budaya Keris Nusantara,” jelas Salim A. Fillah.
“Peringatan Pengakuan Keris UNESCO ini adalah agenda tahunan yang diinisiasi bersama antara SENAPATI NUSANTARA dan Forum Komunikasi Paguyuban Tosan Aji DIY (FKPTA-DIY) sebagai ajang sapa-aruh sekaligus silaturahmi para pelestari budaya keris di Yogyakarta,” sambung Ki Arya Pandhu, mewakili Museum dan Galeri Keris Sanggar Keris Mataram (SKM) Yogyakarta.
Budayawan Sunda, Abah Daniel, juga memberikan pandangannya mengenai pentingnya pelestarian keris sebagai warisan budaya Nusantara.
ADVERTISEMENT
“Keris sebagai seni tempa pamor mahakarya adiluhung budaya Nusantara ini harus tetap dapat dilestarikan dan diwariskan bersama secara berkelanjutan. Agar stigma keris terkait benda klenik, mistik, dan magis dapat diimbangi dengan transformasi keilmuannya dalam domain pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, dan seni,” paparnya.
Acara tersebut di atas, menurut Ki Nurjianto (Wasekjen SENAPATI NUSANTARA sekaligus Ketua FKPTA-DIY), telah menegaskan kembali semangat para pecinta keris untuk terus memperjuangkan pengakuan yang lebih besar terhadap keris sebagai simbol kebanggaan budaya Nusantara.
“Kami akan terus berjuang sampai 25 November jadi Hari Keris Nasional. Saya harap Pak Menteri Kebudayaan yang baru, Pak Fadli Zon, yang merupakan kolektor dan pecinta keris segera menghadiahkan 25 November untuk para pendemen keris di Indonesia,” pungkas Gus Poleng.
ADVERTISEMENT